SELAMAT HARI KESEHATAN NASIONAL KE 50


Jumat, 19 Juni 2009

Tetanus

TETANUS

I . Pendahuluan :
Penyakit tetanus addalah penyakit infeksi yang diakibatkan oleh kuman Cloctradium tetani yang dimanifestasikan berupa kejang otot proksimal, diikuti oleh kekuatan otot seluruh tubuh. Kekuatan tonos otot ini selalu tampak pada otot maseter dan otot – otot rangka.
II. Etiologi:
Clastradium tetani adalah kuman berbentuk batang, rangping berukuran 2-5x0,4-0-0,5 milimikron. Kuman ini berspora termasuk dalam golongan gram positif dan hidup anaerob. Spora dewasamempunyai bagian yang bergenderang ( drum stick). Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neorotoksik. Toksik ini (tetanuspasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot daqn syaraf ferefer setempat. Toksin labil pada pemanasan pada suhu 65 derajat celcius akan hancur dalamwaktu5 menit. Disamping itu dikenal juga tetanolisin yang bersifat hemolisis yang perannya kurang berani dalam proses hemolisis.

III. Epidmiologi :
Di Amerika rata-rata usia pasien tetanus berkisar antara 50 s.d 57 tahun. Tetanus juga dapat menyerang semua golongan umur : bayi (tetanus neonatorum). Dewasa muda (biasanya pecandu narkotik) Kuman ini bisa tersebar luas diseluruh tanah terutama tanah garapan yang berasal dari kotoran hewan.

IV. Patofisiologi :
Luka yang terjadi karena tusukan paku , besi, kaleng/ bekas tusuk sate yang kotor cenderung tertutup dan menyebab keadaan kotoran anaerob didalam luka,merupakan media yang sangat baik bagi kuman clostridium tetani . Cara penyebaran toksin oleh kuman terjadi dalam 2 cara yaitu diabvsorbsi melalui ujung syaraf motorik dan malalui susunan limpatik dan ikut aliran darah arteri . Setelah terjadi toksik terjadi perubahan serangan akan timbul gelala-gejala kejang tetani yang khas.

V. Gejala Klinis :
Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari. Timbulnya gejala klinis biasanya mendadak yang didahului oleh ketegangan otot pada rahang dan leher. Timbul kesukaran membuka mulut, (trismus) karena spasmus otot masseter. Kejang ototini akan berlanjut kekuduk dinding perut dan sepanjang tulang belakang. Bila serangan toksik sedang sering tampak rimus sardonikus karena spasmus otot muka dengan gambaran alis tertarik keatasdan sudut mulut tertarik keluar dankebawah , bibir tertekan kuat pada gigi . Gambaran umum yang khas pada tetanus adalah berupa badan kaku dengan epistotonus ,tungkaidalam keadaan ektensi, lengan kaku dan tangan mengapel, biasanya kesadaran tetap baik.

Secara umumdalam kurun waktu kurang lebih 48 jam penyakit tetanus menjadi nyata
terlihat dengan gambaran klinis sebagai berikut :
1. Tetanus : karena spasmus otot-otot matikatoris ( otot pengunyah).
2. Kaku kuduk sampai epistotonus ( karena ketegangan otot-otot erector tungkai).
3. Ketegangan otot dinding perut (perut kaku seperti papan).
4. Kejang tonis teritama bila dirangsang karena toksin yang tendapat di komus
anterior.
5. Resus sardonikos karena spasme otot muka ( alis tertarik keatas,sudut muka
tertarik keluar dan kebawah, bibir tertekan kuat pada gigi)
6. Kerusakan menelan, gelisah ,mudah terrangsang, nyeri kepala, nyeri anggota
badan
7. Spasme yang khas yaitu badan kaku dengan epitotonus, ektrimitas inferior dalam
keadaan ektensi, lengan kaku dan tangan mengepal kuat .
8. Asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan pada otot pernapasan dan laring.
9. Panas biasanya tidak terlalu tinggi.
10. Biasanya terdapat leukositisis ringan dan kadang-kadang peninggian tekanan
cairan otak.

Menurut beratnya gejala dapat dibedakan dalam 3 stadium :
1. trismus ( 3cm) tampa kejang tonik umum meskipun dirangsang.
2. Trismus (3 cm atau lebih kecil) dengan kejang tonik umum bila dirangsang.
3. Trismus ( 1 cm) dengan kejang tonik umum spontan


Penilaian tetanus berdasarkan Phillip skore :
Gardasi Penyakit :
1. Masa inkubasi :
- < 2 hari - Nilai 5
- 2-5 hari - “ 4
- 6-8 hari - “ 3
- 11-14 hari - “ 2
- > 15 hari - “ 1
2. Tempat infeksi :
- Umbilikus - Nilai 5
- Kepala/leher - “ 4
- Badan - “ 3
- Ektrimitas atas proksimal - “ 3
- Ektrimitas bawah proksimal - “ 3
- Ektrimitasd atas distal - “ 2
- Ektrimitas bawah distal - “ 2
- Tidak diketahui - “ 1
3. Imunisasi :
- Belum pernah - Nilai 10
- Mungkin pernah - “ 8
- Pernal > 10 th yang lalu - “ 4
- Pernah < 10 th yang lalu - “ 2
- Imunisasi lengkap - “ 0
4. Faktor penyerta :
- Trauma yg mengancam jiwa - Nilai 10
- Trauma berat - “ 8
- Trauma sedang - “ 4
- Trauma ringan - “ 2
- A.S.A derajat 1 - “ 1

Faktor-faktor yg mempengaruhi prognosa penyakit :
5. Derajat spasme :
- Epistotonus - Nilai 5
- Reflek spasme umum - “ 4
- Reflek terbatas - “ 3
- Spastisitas umum - “ 2
- Trismus - “ 1
6. Frekue3nsi spasme :
- Spontan > 3 x / 15 menit - Nilai 5
- Spontan < 3 x / 15 menit - “ 4
- Kadsang-kadang spontan - “ 3
- < 6 x / 12 jam - “ 1
7. Suhu Badan :
- > 38,9 derajat celcius - Nilai 10
- 38,3 – 38,9 derajat celcius - “ 8
- 37,8 – 38,2 derajat celcius - “ 4
- 37,2 – 37, 7 derajat celcius - “ 2
- 37,7 – 37,1 derajat celcius - “ 0
8. Pernapasan :
- Tracheostomy - Nilai 10
- Henti napas setiap konvulsi - “ 8
- Henti napas kadang setelah konvulsi - “ 4
- Henti napas hanya selama konvulsi - “ 2
- Normal - “ 0

VI. Pemeriksaan Laboratorium :
Biasanya terdapat leukositosis ringan dan kadang-kadang didapat peningkatan tekanan cairan otak.

VII. Penatalaksanaan :
1. Umum :
a. Merawat dan membersihkan luka dgn sebaik-baiknya
b. Diet cukup ka;lori dan protein ( bentuk makanan tergantungpada kemampuan
membuka mulut dan menelan ).
c. Isolasi klien untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tidakan thd
klien lainnya
d. Oksigen dan pernapasan buatan dan tracheotomy kalau perlu.
e. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Obat-obatan :
a. Anti toksin . Tetanus Imun Glubolin (TIG ) lebih dianjurkan pemakainnya di
bandingkan dengan anti tetanus serum (ATS) dari hewan. Disis initial TIG
adalah 5000 U IM ( disis harian 500 – 6000 U ). Kalau tidak adaTIG diberi ATS
dgn dosis 5000 U IM dan 5000 U IV.
b. Anti kejang.
Beberapa obat yg dapat diberikan :

Obat Dosis Efek samping
- Diasepam 0,5 – 10 mg/kg BB /24 jam IM - Sopor, koma
- Meprobamat 300 – 400 mg/4 jam IM - Tidak ada
- Klorpromasin 25 – 75 mg /4 jam IM - Hipotensi
- Fenobarbital 50 – 100 mg / 4 jam IM - Depresi nafas

VIII. Prognosis :
Dipengaruhi oleh berbagai faktor yg dapat memperburuk keadaan yaitu :
a.Masa inkubasi yg pendek ( 7 hari ).
b.Neonatus dan usia tua (lebih dari 55 th )
c.Frekuensi kejang yg sering
d.Kenaikan suhu badan yg tinggi
e.Pengobatan yg terlambat
f.Periode trismus dan kejang yg semakin sering
g.Adanya penyulit spasme otot pernafasan dan obstruksi jalan nafas

IX. Pencegahan :
1.Mencegah luka
2.Merawat luka secara adekuat
3.Beri ATS setelah luka
4.Diluar negeri dicegah dg pemberian TIG dan toksoid.




ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN TETANUS

1. Pengkajian Keperawatan :

A.Identitas :
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan , dan alamat penting untuk
Mengetahui adanya faktor resiko thd timbulnya serangan tetanus.

B.Pengkajian Data Klien yg berhubungan dengan :
1. Aktifitas dan istirahat :
Gejala yg timbul biasanya : berupa keletihan, keterbatasan dalam beraktifitas
dan bekerja yg ditimbulkan oleh diri sendiri atau orang terdekat atau pemberi
asuhan keperawatan.
Tandanya : perubahan tonus dan kekuatan otot, gerakan involunter atau kontrasi
otot ataupun kelompok otot.
2. Sirkulasi :
Gejala : hipertensi, peningkatan nadi, sianosis atau bisa juga depresi dgn penurunan
Nadi dan RR dan penurunan tanda vital
3. Integritas Ego :
Gejala : Sresor internal dan ekternal yg berhubungan dengan keadaan dan atau
penanganan , peka rangsangan, perasaan tidak ada harapan,atau tidak berdaya,
perubahan dalam berhubungan.
4 Eliminasi :
Gejala : inkontinensia episodic.
Tanda : Penignkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter dan otot relaksasi
yg menyebabkan inkontinensia.
5. Makanan dan Cairan
Gejala : Sensitif thd makanan , mual, muntah, yg berhubungandengan aktifitas
kejang . Terjadi hiperplasia dinggival ( efek samping pemakaian dilantin
Jangka panjang )
6. Neoru sensori :
Gejala : aktifitas berulang, pingsan,pusing, infeksi serebri.
Tanda : karakteristik kejang : prodromal, kejang umum, kejang parsial
( komplek), kejang parsial sederhana.
7. Nyeri dan kenyamanan :
Nyeri otot punggung ssakit kepala.
8. Pernafasan :
Gejala :, gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun atau cepat, peningkatan
sekresi mukus sampai apnea.
9. Keamanan : adanya riwayat terjatuh atau trauma akibat kejang.
10. Interaksi social : masalah dalam hubungan interpersonal, social, penghidaran thd
rangsangan (isolasi ).
11. Penyuluhan atau pembelajaran berhubungan dengan faktore resiko timbulnya
kejang yg berulang, penanganan dan hal yg harus dilaporkan.

C. Pemerikasaan Diagnostik :
1. Elektrolit ( tidak seimbang sebagai pencetus kejang ).
2. Glukosa ( hipoglikemi sebagaipencetus kejang )
3. Ureum/ kreatinin ( peningkatannya dapat meningkatkan resiko kejang)
4. Sel darah merah
5. Kadar obat dalam racun.

D. Prioritas Keperawatan :
1 Mencegah atau mengendaklikan aktifitas kejang
2. Melindungi klien dfari cedera atau akibat kejang
3. Mempertahankan fungsi nafas yg efektif
4. Meningkatkan pengetahuan klien

E. Diagnosa Keperawatan:
1. Resiko tinggi terhadap trauma atau penghentian pernafasan b.d kehilangan
koordinasi otot-otot besar dan kecil.
Kriteria :
- Tidak terdapatnya faktor resiko internal ataupun ekternal untuk memunculkan
serangan gagal nafas.
- Menunjukkan sikap yg dapat menghindari rangsang lingkungan aman dan sesuai
dengan indikasi.

- Pengobatan dapat dipertahankan untukmengontrol aktifitas kejang dan pencegahan

Intervensi Keperawatan :

Intervensi
Rasaional
1. Gali bersama klien berbagai stimulus
pencetus kejang
2. Pertaahankan bantalan lunak, pada
penghalang tempat tidur yg aman.
3. Pertahankan tirah baring secara ketat
jika klien menunjukkan gejala
prodromal kejang.
4. Tinggallah bersama klien bbrp lama
setelah timbulnya kejang.
5. Miringkan kepala, masukkan tong
spatel kemulut, dan lakukan
pengisapan.
6. Catat tipe aktifitas kejang
7. Kolaborasi pembelian obat-obat anti
kejang.
1. Untuk menghindari faktor resiko
terjadinya kejang.
2. Untuk mencegah klien dari trauma.
3. Untuk mencegah/ mengambil
tindakan secara mudah jika terjadi
serangan kejang,klien bebas dari
trauma.
4. Mengobservasi timbul;nya serangan
kejang berulang.
5. Mencegah aspiras, gigitan lidah, dan
aspirasi oleh cairan pd jalan nafas.
6. Memberi pengaman thd pencegahan
serangan kejang berikutnya.
7. Mencegah terjadinya serngan kejang
yang berulang.


2. Bersihan jalan nafas atau pola nafas tidak efektif b.d kerusakan neuro ,obstrusi
tracheobronchial.
Kriteri hasil :
- Mempertahankan pola nafas yg efektif dgn jalan nafas paten atau aspirasi
dicegah .






Intervensi Keperawatan.

Intervensi
Rasional
1. Anjurkan klien untuk mengosongkan
mulut dari benda tertetu seperti gigi
palsu jika fase aura terjadi atau tanpa
gejala kejang.
2. Letakkan klien pd posisi miring
permukaan datar , miringkan kepala
selama serangan kejang.
3. Tanggalkan pakain pd derah dada /
abdomen dan leher.
4. Masukkan spatel lidah atau jalan nafas
buatan atau gulungan benda lunak
sesuai indikasi.
5. Lakukan pengisapan sesuai indikasi
6. Berikan tambahan oksigen sesuia
indikasi.
7.Siapkan alat atau bantu intubasi jika
ada indikasi.
1. Menurunkan resiko aspirasi atau
masuknya benda asing ke faring.
2. Mencegah aspirasi.
3. Untuk memfasilitasi usaha bernafas
atau ekspansi dada.
4. Untuk mencegah gigitan lidah,
mengefektifkan jalan nafas.
5. Mempertahankan bersihan jalan nafas
6. Memenuhi kebutuhan klien terhadap
oksigen.
7. Menjaga jika terjadinya obstruksi
jala nafas.yg permanent oleh
rangsangan kejang.


3. Kurang pengetahuan atau kebutuhan bejar mengenai kondisi dan aturan
penatalaksanaan b.d kurangnya informasi , keterbatasan kognitif.
Kriteria hasil : Mengungkakkan pemahaman tentang gangguan dan berbagai
Rangsangan yg dapat meningkatkan atau berpotensial pada aktifitas kejang, klien
Mentaati aturan penetaksanaan .






Intervensi Keperawatan :

Intervensi
Rasional
1. Jelaskan mengenai penyakitnya,
patifisiologi, gejala tanda serangan,
dan penenganan yg dilakukan pada
saat serangan timbul.
2. Jelaskan pentingnya minum obat
secara teratur.
3. Jelaskan pentingnya menghindari
rangsangan sabagai faktor pencetus
terjadinya serangan..
1. Klien mengerti tentang keadaan dan
mampu mengambil tindakan yang
berguna untuk dirinya.
2. Menghindari terjadinya serangan yang
disebabkab oleh karena putus obat.
3. Klien dapat terhindar dari stimulus
terjadinya serangan berulang.


A.PENGKAJIAN
1.Identitas
Nama : Ismanto
Umur : 42 tahun
Pekerjaan : --
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Putat Jaya Timur IB / 10 RT 03.RW 02

2.Keluhan utama : Kejang dan mulut sulit dibuka
3.Riwayat Penyakit Sekarang :
Mulut sulit dibuka dirasakan sejak Minggu 12 Mei 2002 (pk.18.30). Selanjutnya pk.01.10 dirasa tambah parah sehingga dibawa ke IRD RSUD dr.Soetomo.
Riwayat luka (+) terkena tusuk kayu pada jari kelima kaki kiri 7 hari sebelumnya.
Hasil pemeriksaan di IRD:
GCS : 4,5,6
Vital sign : Tensi: 170/80 mmHg, Nadi: 90x/menit
RR: 20 x/menit Nafas spontan.
Philip Score : 17
Terapy:
RL : D5 = 2 : 2
PPC : 3 x 1,5 juta unit
Valium 8 ampul / 24 jam
Tesogan 12 ampul
ATS 40.000 Unit.
Selanjutnya klien dirawat ruang bedah G.
Pada tgl. 14 Mei 2001, klien sesak (RR 36 x/menit) tensi 210/110 mmHg, nadi 108 x/menit, kejang meningkat dan tonus otot meningkat.
Pemeriksaan Lab.
Tgl. 14 Mei 2002 (pk.09.00), diketahui pH 7,116 PCO2: 60, PO2 : 82,1 HCO3 18,9 dan BE : - 10,5.
Tgl 14 Mei 2002 (pk.13.20) diketahui pH turun menjadi 6,876 PO2 : 70,1 PCO2:175,1 HCO3 : 31,7 BE: - 1,6
Tgl. 14 Mei (pk.15.00) pH 7,005 PO2 : 56,8 PCO2 : 139,2 HCO3: 34 BE: +2,8

Karena terjadi gagal nafas, maka selanjutnya pasien dirawat di ICU GBPT pada hari yang sama.
Klien dipasang ventilator dengan mode IPPV, FiO2 : 40% RR: 12x/mnt PEEP 5, selanjutnya pada tanggal 16 Mei 2002 mode ventilator dirubah menjadi BPAP dengan FiO2 : 30% RR: 12 x/mnt PEEP : 5, hingga kemudian tgl 25 Mei 2002 mode dirubah menjadi CPAP dengan PEEP 5.

4.Data Focus
4.1Sistem Pernafasan
Pasien bernafas dengan bantuan ventilator
Mode: CPAP SPO2 : 100%
PEEP:5 RR : 23x/mnt
FiO2 : 21 % Humidifier : 38,50 C
Pasien terpasang trakeostomi logam.
Produksi secret meningkat, warna kekuningan
Ronchi (+) Gerakan nafas sesuai irama ventilator
Ekspansi dada kiri / kanan sama

4.2Sistem Kardiovaskuler
Tekanan darah : 140 / 80 mmHg
Nadi : 100 x/mnt regular
Jantung dalam batas normal
Perfusi jaringan baik dapat dilihat dari akral yang kering, hangat dan merah.
cyanosis (-) Hb: 8,7 mg/dl

4.3Sistem Persyarafan (Neuro-Sensori)
Kesadaran somnolens(GCS: 3, X, 6)
Pasien mendapatkan pengobatan diazepam secara intermiten menggunakan syringe pump, pasien masih mengalami kejang parsial terutama pada otot maseter dan otot bisep.

4.4Sistem Perkemihan
Pasien terpasang dower kateter dari awal masuk dan suda diganti pada tanggal 23 Mei 2002. Tanda-tanda infeksi pada orifisium uretra (-), produksi urine 24 jam : 1.210 cc dengan warna kekuningan dengan bau khas.Intake: 2.700 cc .

4.5Sistem Pencernaan
Pasien terpasang sonde, diet TKTP cair 1700 cc, cairan KA EN Mg3 1000 cc peristaltik (+) normal, BAB (+) satu kali sehari, diare (-).


4.6Psikologis
Pasien ingin menyampaikan sesuatu, namun karena masih terpasang trakeostomi, sehingga tidak dapat dimengerti.
Pemeriksaan Penunjang.
Tgl. 22 Mei 2002 pemeriksaan culture darah dan swab tenggorokan dengan hasil tidak ada pertumbuhan bakteri aerob dan anaerob.
B.RENCANA KEPERAWATAN
S : --
O : Suara nafas ronchi (+)
Produksi secret meningkat
Kesadaran menurun (GCS:3,X,6)
Kejang parsial / tonus otot meningkat
A : Bersihan jalan nafas tak efektif b/d peningkatan produksi secret.
P : Tujuan:
Bunyi nafas bersih
Ronchi (-)
Kanul traceostomi bebas sumbatan.
Rencana Tindakan:
RENCANA TINDAKAN
RASIONALISASI
1.Kaji suara nafas tiap 2 – 4 jam dan sewaktu-waktu kalau diperlukan.
2.Lakukan penghisapan bila terdengar ronchi, dengan cara:
Jelaskan pada pasien tentang tujuan tindakan pengisapan.
Berikan oksigenasi dengan O2 100% sebelum dilakukan pengisapan, minimal 3-5 kali.
Bekerja dengan memperhatikan tekhnik septic dan aseptic.
Lakukan penghisapan berulang-ulang sampai suara nafas bersih.
3.Lakukan claping dan fibrasi.




4.Pertahankan suhu humidifier
Mengevaluasi ketidak efektifan jalan nafas.
Untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas sehingga pertukaran gas dapat terjadi secara optimal.








Dengan tindakan tersebut maka secret yang ada pada cabang-cabang bronkus dapat berkumpul dan terdorong keluar pada ekspirasi, sehingga mudah dihisap.
Membantu mengencerkan secret.

IMPLEMENTASI
Waktu
Tindakan
Evaluasi
27 Mei 02
09.00


09.30
12.00




13.45
28 Mei 02
08.00



12.00



29 Mei 02
08.00




11.30


Melakukan penghisapan, claping dan fibrasi.

Mengobservasi suhu humidifier
Mengkaji suara nafas
Melakukan penghisapan, claping dan fibrasi.


Mengkaji bunyi nafas

Mengkai suara nafas
Melakukan penghisapan, claping dan fibrasi.

Mengkai suara nafas
Melakukan penghisapan, claping dan fibrasi.


Mengkaji kebersihan jalan nafas


Melakukan penghisapan, claping dan fibrasi.
Mengkaji bersihan jalan nafas


Rhonchi (-), suara nafas bersih. Secret (+) warna putih kekuningan.
Humidifier teraba hangat dengan suhu 38,50 C
Ronchi (+)
Rhonchi (-), suara nafas bersih. Secret (+) warna putih kekuningan.
Ronchi (-)

Ronchi (+)
Rhonchi (-), suara nafas bersih. Secret (+) warna putih kekuningan.
Ronchi (+)
Rhonchi (-), suara nafas bersih. Secret (+) warna putih kekuningan.

Sekret keluar melalui canule dan terdengar stridor, Ronchi (+)
Jalan nafas bersih, suara nafas: stridor (-) ronchi (-)
Jalan nafas bersih, suara nafas normal.

S : --
O : Pasien terpasang canule trakeostomi, dower cateter dan doble lumens
Suhu 37,80C, Cultur tanggal 23 dengan hasil tidak ada pertumbuhan bakteri aerob dan anaerob, keadaan local pada area pemasanagan tidak ada tanda-tanda infeksi (kalor, rubor, tumor dan fungsiolesa).
A : Resiko terjadi infeksi b/d dampak pemasangan alat-alat kesehatan.
P :
Tujuan :Selama pemakaian alat-alat kesehatan tidak terjadi infeksi sekunder, dengan criteria tidak ada tanda tanda general infeksi (peningkatan suhu tubuh, pemeriksaan lab. Culture dan peningkatan lekosit) dan tanda-tanda local infeksi (kalor, rubor, tumor dan fungsiolesa)

RENCANA TINDAKAN
RASIONALISASI
1.Kaji tanda-tanda infeksi
2.Rawat luka traceostomi dan canule dua kali sehari
3.Kolaborasi pemberian diet TKTP

4.Bekerja selalu dengan memperhatiakan konsep septic aseptic.
5.Rawat dower cateter dan doble canule sehari sekali.
6.Periksa culture secret dan darah.

Deteksi dini terjadinya infeksi sekunder
Mengurangi resiko invasi kuman pathogen
Diet TKTP mampu meningkatkan daya tahan tubuh.
Mengeliminir resiko invasi kuman pathogen.

Mengurangi resiko invasi kuman pathogen
Untuk mengetahui ada tidaknya pertumbuhan koloni kuman pathogen.
Mengetahui terjadinya pertumbuhan coloni bakteri.

Implementasi
Waktu
Tindakan
Evaluasi
27 Mei 02
09.35


28 Mei 02


29 Mei 02

Merawat luka traceostomi, canule, doble lumen dan cateter.

Merawat luka traceostomi, canule, doble lumen dan cateter.

Merawat luka traceostomi, canule, doble lumen dan cateter

Tanda-tanda infeksi:
Rubor (-), calor (-)

Tanda-tanda infeksi:
Rubor (-), calor (-)

Tanda-tanda infeksi:
Rubor (-), calor (-)
S : --
O : Pasien dibantu dalam memenuhi kebutuhannya (ADL)
Pasien memakai ventilator
Kesadaran menurun dan memakai sonde
Kejang parsial (kaku pada otot maseter, lengan fleksi, otot perut)
KU lemah.
A : Gangguan pemenuhan ADL b/d dampak kejang dan kelemahan
P :
Tujuan : Kebutuhan pasien atas perawatan diri (makan, mandi, berpakaian, toileting dan instrumental) terpenuhi.

RENCANA TINDAKA
RASIONALISASI
1.Beri pasien makan personde sesuai diet setiap 4 jam.
2.Lakukan oral hygiene dua kali sehari pagi dan sore.
3.Mandikan pasien dua kali sehari.
4.Cuci rambut pasien tiga hari sekali
5.Beri pasien pengalas disposibel untuk BAB.
6.Rapikan penampilan pasien.
Dengan tindakan-tindakan tersebut kebutuhan klien akan makan, kebersihan diri, berdandan, toileting dan instrumental dapat terpenuhi.

Implementasi
Waktu
Tindakan
Evaluasi
27 Mei 02
08.00

08.30
08.45
11.00
13.00

28 Mei 02
08.00

08.30
08.45
11.00
13.00

29 Mei 02
08.00

08.30
08.45
11.00
13.00


Memberikan makan pasien personde dan obat oral
Oral Hygiene
Merapikan penampilan pasien
Memberikan pasien jus
Memberi makan pasien personde dan obat oral

Memberikan makan pasien personde dan obat oral
Oral Hygiene
Merapikan penampilan pasien
Memberikan pasien jus
Memberi makan pasien personde dan obat oral

Memberikan makan pasien personde dan obat oral
Oral Hygiene
Merapikan penampilan pasien
Memberikan pasien jus
Memberi makan pasien personde dan obat oral

Pasien makan 250 cc dan obat oral sudah diminum.
Mulut bersih
pasien tampak rapi.
Jus masuk 200cc
Pasien makan 250 cc dan obat oral sudah diminum.

Pasien makan 250 cc dan obat oral sudah diminum.
Mulut bersih
pasien tampak rapi.
Jus masuk 200cc
Pasien makan 250 cc dan obat oral sudah diminum.

Pasien makan 250 cc dan obat oral sudah diminum.
Mulut bersih
pasien tampak rapi.
Jus masuk 200cc
Pasien makan 250 cc dan obat oral sudah diminum.


S : pasien berusaha untuk mengatakan sesuatu pada perawat, namun tidak jelas karena terpasang trakeostomi.
O : Pasien menggunakan traceostomi
A : Gangguan komunikasi verbal berhubungan dampak pemasangan trakeostomi.
P :
Tujuan :
Pasien dapat menyampaikan keinginannya pada perawat.
Rencana Tindakan
Rasionalisasi
1.Beri support pada pasien untuk mengungkapkan keinginannya.
2.Gunakan close ended question dengan jawaban ya atau tidak dalam setiap kontak dengan pasien.
3.Gunakan abjad untuk membantu komunikasi.

Meningkatkan motivasi pasien dan perhatian.
Dengan bahasa yang simple dan pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak akan memudahkan pasien.
Karena pasien tidak mampu menulis (tangan kaku) maka dengan menunjuk abjat dapat menjembatani kemauan pasien.

Waktu
Tindakan
Hasil / Evaluasi
27 Mei 02
09.30

Mengkaji kemampuan pasien untuk berkomunikasi.


Memberikan tawaran pada pasien tentang cara berkomunikasi.
Menggunakan abjat untuk membantu pasien berkomunikasi.

Ungkapan pasien tidak dapat dimengerti, kedua tangan masih kaku dan fleksi.
Pasien memberi isyarat setuju komunikasi dengan mempergunakan abjat.
Pasien mengatakan ingin duduk.


C.EVALUASI
Tanggal 29 Mei 2002, pk.13.15
1.DK. Bersihan jalan nafas tak efektif b/d peningkatan produksi secret.
S : --
O : produksi secret masih tinggi, pasien masih terpasang canule trakeostomi.
A : Untuk sementara masalah teratasi.
P : Teruskan rencana awal, bila sudah tidak kejang klien dilakukan managemen batuk produktif.

2.DK. Resiko infeksi b/d dampak pemasangan alat-alat kesehatan (canule trakeostomi, dower cateter, ventilator, doble lumen.
S : --
O : Klien sudah tidak memakai ventilator (nafas spontan dengan masker trakeostomi 6 LPM), Dower cateter , NGT dan doble lumen masih terpasang, tanda-tanda infeksi (-)
A : Masalah teratasi, namun selama pemakaian alat-alat tersebut harus tetap diwaspadai terjadinya infeksi.
P : Lanjutkan rencana semula sampai alat-alat tersebut dilepas.

3.DK. Gangguan pemenuhan ADL b/d dampak kejang dan kelemahan.
S : --
O : pasien terpenuhi kebutuhannya akan perawatan diri.
Tonus otot maseter, lengan, tungkai masih mengalami peningkatan, sehingga pasien belum mampu /masih lemah.
A : Untuk sementara masalah teratasi
P : Lanjutkan rencana awal dan selanjutnya kaji kejang yang terjadi pada pasien.

4. DK. Gangguan komunikasi verbal b/d dampak pemasangan trakeostomi.
S : --
O : Pasien dapat mengungkapkan keinginannya
A : Masalah teratasi.

Tidak ada komentar: