Konsep Perawatan Luka
2.3.1 Pengertian
Luka operasi termasuk juga luka insisi yaitu luka yang dibuat dengan potongan bersih menggunakan instrumen tajam, luka bersih secara aseptik biasanya ditutup denga jahitan (Brunner dan Suddarth, 2002:491).
2.3.2 Menurut Brunner dan Suddarth (2002), jenis penyembuhan luka meliputi:
2.3.2.1 Penyembuhan intensi primer
Luka dibuat secara aseptik dengan perusakan jaringan dan penutupan dengan baik. Ketika luka sembuh jaringan granulasi tidak tampak dan pembentukan jaringan parut minimal.
2.3.2.2 Penyembuhan intensi sekunder
Luka besar dengan pembentukan jaringan yang banyak. Penyembuhan alamiah dengan pembentukan jaringan granulasi penyembuhan membutuhkan waktu lebih lama dan mengakibatkan pembentukan jaringan parut lebih banyak.
2.3.2.3 Penyembuhan intensi tersier
Waktu penundaan sebelum luka dijahit, granulasi lebih besar resiko infeksi lebih besar, reaksi inflamasi lebih besar dibanding dengan intensif primer. Penjahitan lama dan lebih banyak terbentuk jaringan parut.
2.3.3 Menurut Brunner dan Suddarth (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka meliputi:
2.3.3.1 Usia klien:semakin tua klien, kelenturan jaringan semakin berkurang.
2.3.3.2 Penanganan jaringan:penanganan yang kasar menyebabkan cidera dan memperlambat penyembuhan.
2.3.3.3 Hipovolemia:volume darah yang tidak mencukupi mengarah pada vasokontriksi dan penurunan oksigen dan nutrient yang tersedia untuk penyembuhan luka.
2.3.3.4 Tekhnik pembalutan yang tidak adekuat. Terlalu kecil:memungkinkan invasi dan kontaminasi bakteri. Terlalu kencang: mengurangi suplay oksigen yang membawa nutrient dan oksigen.
2.3.3.5 Benda asing: benda asing memperlambat penyembuhan.
2.3.3.6 Penumpukan drainage: sekresi yang menumpuk mengganggu proses penyembuhan.
2.3.3.7 Over aktifitas klien: aktifitas klie yang berlebihan menghambat perapatan tepi luka dan mengganggu penyembuhan yang diinginkan.
2.3.3.8 Gangguan sistemik: Syok Hemoragik, Asidosis, Hipoksia, sepsis, Gagal ginjal, Penyakit hepar merupakan depresan fungsi sel yang secara langsung mempengaruhi penyembuhan luka.
2.3.3.9 Medikasi: Steroid dapat menyamarkan adanya infeksi dengan mengganggu respon inflamasi normal, antikoagulan, menyebabakan hemoragik. Antibiotik tidak efektif bila diberikan setelah luka ditutup karena koagulasi intravaskuler.
2.3.4 Pengertian Perawatan Luka Post Operasi fraktur Ekstrimitas
Perawatan Luka Post Operasi Fraktur adalah bentuk pelayanan perawatan luka yang diberikan kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi pembedahan Fraktur (http://musculoskeletalbedah.blogspot.com).
2.3.5 Perawatan Post Operasi Fraktur
Perawatan segera pascaoperasi pasien fraktur sama dengan pasien yang menjalani pembedahan mayor. Tetapi, harus diperhatikan terutama pada pencegahan terjadinya masalah medis sekunder, dan harus segera dilakukan mobilisasi agar fungsi kemandirian dapat dipertahankan.
Selama 24 sampai 48 jam pertama, perhatian ditujukan pada pemberian peredaan nyeri dan pencegahan komplikasi. Latihan menarik nafas dalam, batuk dan fleksi kaki harus didorong untuk dilakukan setiap jam. Diberikan antibiotika profilaksis intravena diberikan sesuai resep. Hidrasi, status nutrisi, dan haluaran harus dipantau. Stocking kompresi elastik setinggi paha dan alat kompresi pneumatik dapat dipergunakan untuk mencegah statis vena. Sebuah bantal diletakkan di antara kedua tungkai untuk mempertahankan abduksi dan kesejajaran dan memberikan dukungan yang diperlukan saat akan memiringkan badan.
2.3.6 Manfaat dan Tujuan Perawatan Luka Post Operasi Fraktur
1) Hari Perawatan menjadi pendek, 2) Waktu penyembuhan luka lebih cepat, 3) Menghindari komplikasi seperti Infeksi dan Sepsis.
2.3.7 Dampak atau komplikasi tidak dilakukan perawatan luka Post Operasi Fraktur
1) Timbulnya Infeksi, Sepsis dan dapat menyebabkan Osteomilitis, 2) Hari perawatan menjadi lama, 3) Waktu penyembuhan lebih lama.
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pasien merasa takut saat dilakukan perawatan luka Post Operasi Fraktur
2.4.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:121). Semakin tinggi tingkat pengetahuan pasien tentang pentingnya perawatan luka, maka pasien tidak akan merasa takut saat dilakukan perawatan luka Post Operasi Fraktur.
2.4.2 Informasi
Informasi yang adekuat akan dapat memotivasi pasien untuk bersedia dilakukan perawatan luka Post Operasi Fraktur. Oleh karena itu petugas kesehatan harus memberikan penyuluhan tentang pentingnya perawatan luka.
2.4.3 Peran Keluarga
Keluarga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara ksehatan anggotanya, keluarga juga sebagai suatu kelompok yang dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah kesehatan dalam kelompoknya (Nashrul Effendi, 1998:39). Dengan dukungan keluarga maka pasien akan bersedia jika dilakukan perawatan luka Post Operasi Fraktur.
2.4.4 Pendidikan
Pendidikan merupakan segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, individu, keluarga atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:16). Pasien yang pendidikannya lebih tinggi, akan lebih mudah menerima informasi sehingga pasien akan lebih tahu tentang pentingnya perawatan luka.
2.2.5 Sosial Budaya
Budaya merupakan segala ciptaan dan tatanan perilaku manusia baik yang ada maupun yang tidak ada (Dyson L dan Santoso T, 2001:25). Sebagian masyarakat mempercayai patah tulang perlu bantuan non medis dan selanjutnya sembuh dengan sendirinya (ekspentatif).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar