BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Penampilan seseorang terutama diwakili oleh keadaan kulit wajah. Individu yang mukanya berjerawat, kulit berlubang-lubang, berflek coklat akibat bekas jerawat, akan sulit bersaing dengan rekannya yang wajahnya cerah, meskipun ia mempunyai kelebihan dalam keterampialan jerawat yang merupakan masalah utama pada usia remaja jika tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan penyesalan dikemudian hari berapa besar peran wajah berjerawat dalam menghambat kemajuan karir seseorang.
1.2Batasan Masalah
Penulis membatasi masalah tentang “Jerawat” diantaranya sebagai berikut ;
1.Definisi tentang jerawat
2.Jenis-jenis Jerawat dan proses timbulnya
3.Usaha pencegahan Jerawat secara umum
4.Perawatan makanan lewat makanan
5.Hubungan jerawat dengan reori “BLOOM”
1.3Tujuan
Tujuan dari makalah ini untuk mengetahui tentang “Jerawat” dan dapat memahami hubungan jerawat dengan teori “BLOOM”
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Definisi
Jerawat adalah radang kulit yang sering menyerang pada remaja dengan ditandai benjolan pada wajah, dada dan punggung. Ada 4 faktor yang dapat menimbulkan jerawat, antara lain :
a.Adanya sumbatan di pori-pori kulit oleh sebum yang berubah menjadi padat.
b.Peningkatan produksi sebum akibat pengaruh hormonal, kondisi fisik dan pdikologis juga disertai sumbatan di muara kelenjar sebosea, aliran keluar sebum akan terbendung.
c.Peningkatan populasi dan aktivitas propini bakteri acnes karena bakteri ini terdapat dibawah muara kelenjar sebasea dan suka makan lemak sebum.
d.Reaksi radang akibat serbuan sel darah putih kesekitar kelenjar sebasea yang sudah mengalami bendungan dan akhirnya pecah, isi lemak sebum tumpah-ruah kedalam jaringan kulit jangat atau dermis, dan dianggap benda asing sehingga memancing serbuan sel darah putih ke tempat tersebut.
2.2Jenis-jenis Jerawat dan Proses Timbulnya
a.Komedo
Stres fisik dan psikis bisa meningkatkan produksi sebum, yang berakibat bisa meeningkatkan populasi bakteri propioni acnes selain itu juga bisa meningkatkan hidrolisis asam lemak menjadi asam lemak jenuh, aliran sebun akan terhambat akibat adanya sumbatan pada pori-pori kulit, diet tinggi lemak juga mempengaruhi terbentuknya sebum yang leih kental, sehingga mudah menjadi padat berwarna putih pucat, dikenal dengan sebutan “komedo tertutup” atau “white head comedo” kemudian menjadi kehitaman disebut “komedo terbuka” atau “blak head comedo”.
b.Jerawat radang
Jerawat radang terjadi akibat kantung folikel yang ada didalam dermis menggembung karena kondisi lemak padat, kemudian pecah. Menyebabkan serbuan sel darah putih kesekitar folikel sebasea sehingga terjadilah reaksi radang.
Peradangan akan semakin parah jika kuman dari luar ikut masuk ke dalam jerawat akibat perlakuan yang salah seperti dipijat dengan kuku atau benda lain yang tidak steril, jerawat radang memiliki ciri berwarna merah cepat membesar, berisi nanah dan terasa nyeri.
c.Jerawat konglongbata
Jerawat konglongbata adalah jerawat berupa bisul-bisul besar yang bergerombol menjadi satu (konglongmerasi) membentuk danau nanah yang menimbulkan reaksi demam setempat.
Jenis jerawat ini disebabkan oleh kurangnya menjaga kebersihan kulit wajah, seperti kebiasaan memijat jerawat dengan kuku jari tangan kotor atau peralatan yang tidak steril, yang bisa menimbulkan bekas jaringan parut yang buruk rupa, kulit bergelombang dan mengeras.
d.Jerawat dada dan punggung
Jerawat bisa timbul di dada dan punggung karena pengaruh sebagai berikut :
Hormon testosteron darah terlalu tinggi, ditandai dengan lengan dan tungkai berbulu.
Mendapat pengobatan testosteron dalam upaya menggemukkan badan dan meningkatkan potensi sexualitas.
Memakai krim anti alergi yang mengandung steroid potent secara berlebihan dan terus menerus dalam waktu yang lama dan luas
2.3Usaha Pencegahan Jerawat Secara Umum
Jika kulit anda berminyak, bersihakan seperti berikut :
Pijak kulit wajah pelan-pelan dengan sabun selama 3 – 5 menit jangan memijat bagian yang sakit, bersihkan dengan hati-hati agar infeksi tidak menyebar bilas selama 2 – 3 menit, kemudian gunakan astrigen, seperti alkohol untuk menghilangkan minyak, gunakan penyeka yang bersih setiap hari, bakteri tumbuh pada kain yang basah atau lembab.
Keramaslah dengan sampo dua kali seminggu, jangan biarkan rambut bergantung pada wajah walaupun hanya semalam, rambut menyebabkan minyak dan bakteri, pakailah sampo anti ketombe untuk mengatasi atau mencegah rambut berketombe.
Setelah olah raga atau senam, bersihkan keringat dan minyak secepatnya.
Jangan memencet, menggaruk, atau menggosok kulit, jerawat sembuh tanpa merusak kulit, jika anda hendak memencet jerawat cucilah tangan terlebih dahulu bersihkan kulit wajah dengan alkohol sebelum dan sesudah dipencet.
Jangan menyandarkan wajah anda pada tangan sewaktu membaca, belajar atau nonton TV.
2.4Perawatan Jerawat Lewat Makanan
Perawatan dari luar lebih banyak berimbas pada kulit ari (epidermis) yang terletak dibagian luar, perawatan melalui makanan lebih berimbas kedalam, karena mempengaruhi kulit jengat (dermis) yang tampak buruk karena bekas jerawat, sangat memerlukan asupan protein dalam jumlah banyak untuk membentuk jaringan baru. Vitamin A (bate Carotine), Vitamin C, Vitamin E dan Zinc sangat diperlukan untuk metabolisme sel dalam jaringan paru untuk mencegah kekeringan pada kulit, cukup mengkonsumsi air putih minimal 8 gelas sehari.
Batasi asupan lemak jenuh makanan sehari-hari seperti durian, alpokat, kacang tanah, kacang mete, cabai dan cokelat, selain itu batasi juga mengkonsumsi daging hewan yang berlemak, goreng-gorengan, santan, minuman bersoda, bir, kopi.
2.5Hubungan Jerawat Dengan Teori “BLOOM”
1.1Agen (sumber penyakit)
a.Gizi
Makanan tidak menyebabkan jerawat, tetapi beberapa jenis makanan mungkin memperburuk keadaan. Untuk menentukan jenis makanan yang sensitif untuk kulit, hindari semua makanan dibawah ini :
Coklat, es krim, kacang, mentega, keju, garam beryodium, sea food (terutama lobster, udang kepiting dan kerang); daging babi baik yang segar maupun yang diasinkan, minuman beralkohol dan berkarbon makanan berbumbu banyak, kentang goreng, daging yang didinginkan pop corn, asinan atau makanan dari daftar diatas, tunggu 2 – 3 hari jika timbul jerawat, jangan sentuh lagi makanan tersebut, jika tidak ada jerawat anda dapat memakannya.
b.Faktor dari dalam
Sumbatan kelenjar lemak dikulit yang disebabkan oleh perubahan hormon seks selama pubertas ikut berperan, jika minyak tersumbat akan terinfeksi oleh bakteri yang memang ada dalam kelenjar, berbeda dengan mitos, jerawat tidak disebabkan oleh debu atau masturbasi.
c.Faktor dari luar
Tingkat potensi kulit wajah lebih tinggi dari pada kulit tubuh ditempat lain yang tertutup
Wajah memiliki banyak kelenjar sebesea dan keringat, jika cuaca panas akan mudah berkeringat, lengket dan kotor.
Bagian wajah yang sering dipoles dengan kosmetik, tujuannya selain untuk mempercantik diri, juga melindungi kulit dari sinar matahari pagi dan siang. Namun pada sore hari, kosmetik rias yang tidak segera dibersihkan akan menjadi polusi bersama keringat dan debu yang menempel diwajah.
d.Faktor psikis
Stres psikis bisa mengakibatkan produksi sebum yang berakibat bisa meningkatkan populasi propionary bactery ances, selain itu bisa juga meningkatkan hidrolisis asam lemak menjadi asam lemak jenuh.
1.2Pejamu
a.Faktor genetis
Berbagai faktor genetis yang menimbulkan perubahan pada keadaan kulit. Kulit wajah berbeda dengan kulit lainnya karena pada kulit wajah terdapat lebih banyak kelenjar lemak (kelenjar sebasea) yang menghasilkan lemak bernama “sebum” selain kelenjar lemak, dikulit wajah juga terdapat pula kelenjar keringat. Pada cuaca panas, keadaan panik, atau terlalu lelah kulit wajah akan tampak berkeringat dan berminyak, hal ini disebabkan karena adanya hubungan stres fisik dan kejiwaan dengan peningkatan produksi keringat dan “sebum” pada dua jenis kelenjar tersebut.
b.Umur
Jerawat sering terjadi pada masa pubertas yaitu sekitar umur 16 sampai 24 tahun, jerawat akan sembuh setelah melewati masa ini.
c.Jenis Kelamin
Jerawat terjadi karena adanya sumbatan di pori-pori kulit oleh sebum yang berubah menjadi padat.
1.3Enviroment (lingkungan)
a.Lingkungan fisik
Lingkungan seperti cuaca, iklim, dan air juga mempengaruhi timbulnya jerawat
b.Lingkungan biologis
Olah raga lebih banyak dapat mengurangi jumlah jerawat pada individu karena olah raga yang teratur dapat membakar lemak di dalam tubuh dengan kata lain dapat menurunkan kadar lemak di dalam tubuh.
Selain itu menjaga selalu kebutuhan nutrisi dengan baik karena dapat mengatur metabolisme tubuh secara normal.
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Jerawat sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya jika kulit wajah mendapatkan perlakuan secara bijaksana, komplikasi kadang lebih seriang terjadi akibat ulah iseng dan sok tau tangan pemiliknya
3.2Saran
Dengan selesainya makalah ini pembaca dapat mengambil manfaat dan pengetahuan dari makalah ini serta dapat menjaga kesehatan sebaik mungkin dengana makan makanan yang bergizi, istirahat cukup, olah raga, mengkonsumsi vitamin yang dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
dr. Maria Dwikarya. Dkk, 2003 “Cara Membasmi Jerawat”. Jakarta : Kawan Pustaka
Ahmad A.K. Muda, 2003 “Kamus Lengkap Kedokteran”. Surabaya : Gitamedia Press
H. Winter Criffith M.D, 1994. “Buku Pintar Kesehatan”. Jakarata : Arcan
SELAMAT HARI KESEHATAN NASIONAL KE 50
Jumat, 19 Juni 2009
Gagal Ginjal Kronik
2.6 Asuhan Keperawatan Dengan Gagal Ginjal Kronik
2.6.1Landasan Teori
1)Definisi
(1)Gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan klinis dengan menurunnya faal ginjal (unik nefron) yang bersifat progresif dengan akibat menumpuknya sisa metabolik (toxin uremik) (JPF IPD RSUD Dr. Soetomo, 1994 : 124)
(2)Gagal ginjal kronik adalah penyakit ginjal yang tidak dapat pulih, ditandai dengan penurunan fungsi ginjal progresif, mengarah pada penyakit ginjal tahap akhir dan kematian, penyebab paling umum dari gagal ginjal kronis meliputi glomerulonefritis, pielonefritis, hipoplasiakongenital, penyakit ginjal polikistik, diabetes, hipertensi, sistemik lupus, sindrom alports, dan amiloidosis (Susan Martin T., 1998 : 583)
2)Etiologi
(1)Prelonefritis kronik
(2)Glomerulunefritis kronik
(3)Hipertensi ginjal
(4)Obstruksi traktus urinaria
(5)Diabetes
(6)Gout
(7)Amiloidosis
(8)Sindrom hiperkatsemia
(9)Penyakit autoimun
(10)Penyakit ginjal polikistik
(11)Nefropati akibat obat
3)Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh) nefron-nefron utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorbsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya sering. Meloda adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron rusak.
Bahan-bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa diresorbsi, berakibat diuresis osmotik disertai poliuria dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguria timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% sampai 90%. Pada tingkat fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15ml/menit atau lebih rendah dari itu.
Perusakan nefron (glomerulus dan tubulus)
Penurunan GRF (daya saring)
Beban bahan yang dilarut lebih besar dari pada yang direabsorbsi
Diuresis osmotik Poliuria
Haus
Kerusakan nefron > banyak oliguria
Kreatinin clearance sampai 15ml/menit fungsi ginjal hilang 80%-90%
GGK
4)Manifestasi Klinis
(1)Gejala Umum
Letargi, sakit kepala, berat badan berkurang, malaise, mudah tersinggung, dan depresi
(2)Gejala Khusus
Kulit : Pruritus edema
Kardiovaskuler : Sesak pada waktu latihan dan nyeri metrosternal pada waktu inspirasi (pericarditis) hipertensi
Gastrointestinal : Anoreksia, nausea, vomiting
Urogenital : Nokturia, impotensi
Neurologi : Berkurangnya konsentrasi, penurunan libido
5)Komplikasi
(1)Penurunan fungsi ginjal progresif
(2)Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
(3)Infeksi / sepsis
(4)Hemoragi
(5)Kegagalan kardiovaskuler
(6)Gagal pernafasan
6)Pemeriksaan Penunjang
(1)BUN dan kreatinin meningkat
(2)Elektrolit : kalium, fosfat, kalsium, magnesium meningkat, natrium turun
(3)Asidosis metabolik
(4)Hb dan hematokrit menurun, sel darah merah turun
(5)Alkali pospat mungkin tinggi
7)Penatalaksanaan
(1)Tentukan dan tata laksanakan penyebabnya
(2)Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam
(3)Diet tinggi kalori dan rendah protein
(4)Kontrol hipertensi
(5)Kontrol keseimbangan elektrolit
(6)Mencegah dan tata laksana penyakit tulang ginjal
(7)Deteksi dini dan terapi infeksi
(8)Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal
(9)Deteksi dan terapi komplikasi
(10)Persiapkan dialisis dan program tranplantasi
8)Konsep Dasar Askep
(1)Pengkajian
Biodata
Dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan
Keluhan Utama
Penurunan haluaran urine < 30 ml/jam
Riwayat Penyakit Sekarang
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, abdomen kembung, edema, malaise, lelah, nyeri sendi, gatal, mual, muntah, sakit kepala
Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya pernah punya penyakit diabetes, penyakit polikistik, hipertensi, glomerulonefritis, sindroma nefrosis, GGA tak teratasi.
Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya di dalam keluarga ada yang menderita diabetes, hipertensi, polikistik
Activity Daily Life (ADL)
Nutrisi : Anoreksia, mual, muntah, peningkatan / penurunan BB
Aktivitas : Kelemahan extremitas, malaise, penurunan rentang gerak, kehilangan tonus
Eliminasi : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, diare, konstipasi, perubahan warna urine
Istirahat : Mengalami gangguan tidur, gelisah
Personal Hygiene : Mengalami penurunan karena kelemahan fisik
Pemeriksaan
Umum
Keadaan umum : Lemah, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koam
Tensi : Meningkat / menurun
Nadi : Kuat / lemah
RR : Tachipnea, dispnea
Suhu : Kadang meningkat
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Odem muka, kulit tipis /lembut
Leher : Distensi vena jugularis
Dada : Fiction pericardial
Abdomen : Kembung, distensi abdomen, pembesaran hepar
Ekstremitas : Kulit pucat, kuning, ptekie, penurunan rentang gerak, kuku rapuh dan tipis
Pemeriksaan Penunjang
BUN dan kreatinin meningkat
Elektrolit : kalium, fosfat, calsium, magnesium meningkat, natrium turun
Asidosis metabolik
Hb dan hematokrit menurun, sel darah merah turun
Alkalik phospat mungkin tinggi
(2)Kemungkinan Diagnosa Keperawatan Yang Terjadi
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
Intoleran aktivitas berhubungan dengan anemia dan nyeri
Resiko tinggi kerusakan integritas berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana tindakan dan progresif
(3)Intervensi
Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
Tujuan :
Status cairan dan elektrolit dalam rentang yang dapat diterima
Elektrolit normal
Edema tak ada, nafas vesikuler, TS sistole 90 – 140 mmHg
Peningkatan BB
Intervensi :
Amati haluaran urine
Catat dan kaji masukan dan haluaran
Kaji urine terhadap hematuria dan Bj
Berikan keamanan bila terjadi kenaikan BUN dan kreatinin
Intoleran Aktivitas berhubungan dengan anemia dan nyeri
Tujuan :
Klien mengatakan badannya lebih segar
Nyeri sendi hilang
Intervensi :
Pantau BB tiap hari, kreatinin dan BUN, jumlah makanan yang dikonsumsi hasil DL, protein indikasi perkembangan / penyimpangan dari hasil yang diharapkan
R/ : Identifikasi indikasi perkembangan / penyimpngan dari hasil yang diharapkan
Konsul dokter bila keluhan kelelahan menetap
R/ : Menandakan kemajuan, kerusakan ginjal dan perlunya penilaian tambahan dalam terapi
Mungkinkan periode istirahat sepanjang hari
R/ : Istirahat memungkinkan tubuh menyimpan energi yang digunakan aktivitas
Bila pasien mengeluh mulut kering, izinkan klien untuk berkumur dengan air sedikitnya tiap jam
R/ : Stomatitis dapat terjadi karena toxin uremik berlebihan pada mukosa darah menurun, masukan cairan
Bantu pasien dalam rencana jadwal aktivitas / hari
R/ : Imobilisasi meningkatkan resorbsi tulang
Resiko tinggi kerusakan integritas berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
Tujuan :
Pruritus lebih sedikit
Tak ada tanda garukan pada kulit
Intervensi :
Anjurkan klien untuk mempertahankan kuku terpotong pendek, mempertahankan suhu yang nyaman mengikuti pembatasan diet yang diprogramkan, mandi dengan sabuntanpa deodorant dan hipo alergik
R/ : Kuku pendek kurang merobek kulit, kulit panas dan kering meningaktkan pruritus
Pantau masukan cairan dan membran mukosa dan integritas jaringan pada tingkat seluler
R/ : -
Inspeksi area tergantung pada edema
R/ : Jaringan edema lebih cenderung rusak / robek
Ubah posisi dengan sering, gerakan pasien dengan perlahan, beri bantalan pada tonjolan tulang dengan kulit pelindung siku / tumit
R/ : Menurunkan tekanan pada edema jaringan dengan periforasi buruk untuk menurunkan iskemia, peninggian aliran status vena / pembentukan edema
Anjurkan menggunakan pakaian longgar
R/ : Mencegah iritasi kulit langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit
Berikan matras basah
R/ : Menurunkan tekanan lama pada jaringan yang dapat membatasi perfusi seluler yang menyebabkan iskemia / nekrosis.
Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi pemeriksaan diagnostik rencana tindakan dan prognosis
Tujuan :
Ansietas berkurang
Klien mengungkapkan pemahaman tentang kondisi
Intervensi :
Bila mungkin atur untuk kunjungan dari individu yang mendapat terapi
R/ : Individu yang berhasil dalam koping akan berpengaruh positif dalam mempertahankan harapan dan memulai menilai perubahan gaya hidup yang akan diterima.
Berikan informasi tentang sifat gagal ginjal tidak dapat pulih, perawatan unit mempertahankan faal tubuh normal
R/ : Informasi akan mendorong partisipasiklien dalam pengambilan keputusan, kepatuhan dan kemandirian dalam pemeriksaan diagnostik, tujuan, deskripsi singkat, persiapan tes dan hasil tes
Sediakan untuk klien dan orang terdekat untuk membicarakan tentang perubahan gaya hidup yang diperlukan dalam memilih terapi
R/ : Pengekspresikan perasaan membantu mengurangi ansietas tindakan
DAFTAR PUSTAKA
Martin T.S. (1998), STANDAR PERAWATAN PASIEN EDISI 5, Jakarta : EGC.
C. Long, Barbar, (1996), PERAWATAN MEDIKAL BEDAH 3, Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Mansjoer, Arif (2001), KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN EDISI 3, Jakarta : Medica Aesculapius
Dongoes, E. Marilynn (2000), RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN, Jakarta : EGC.
2.6.2Asuhan Keperawatan Pada Tn. “S” Dengan CRF + Batu Ginjal Di Ruang Bedah F RSU Dr. Soetomo Surabaya
2.6.2.1Pengkajian (Tanggal 28 Agustus 2004, Jam 08.30 Wib)
1)Identitas Klien
Nama : Tn. S , umur : 35 tahun, jenis kelamin : laki-laki, agama : Islam, suku/bangsa : Jawa/Indonesia, pekerjaan : tukang bangunan, alamat : Sumberejo, Pandaan, Pasuruan, MRS : tanggal 27 Agustus 2004 jam 05.30. Diagnosa : CRF + Batu Ginjal, No. Reg. : 10398684
2)Identitas penanggungjawab :
Nama : Ny. C, umur : 30 tahun, jenis kelamin : perempuan, agama : Islam, suku/bangsa : Jawa/Indonesia, pekerjaan: ibu rumah tangga, alamat : Sumberejo, Pandaan, Pasuruan, hubungan dengan klien : adik
3)Keluhan Utama
Nyeri
4)Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan nyeri pada pinggang yang menjalar ke perut kanan bagian bawah yang disertai mual muntah, nafsu makan menurun sejak dua hari yang lalu sampai sekarang dan klien mengatakan badannya bengkak
5)Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular (Hepatitis, TBC) dan penyakit menurun (DM, HT)
6)Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menular (Hepatitis, TBC) dan penyakit menurun (DM, HT)
7)Riwayat Psiko, sosial, spiritual
(1)Psiko : Klien mengatakan khawatir dengan penyakitnya, klien lebih banyak diam dan berbicara lirih
(2)Sosial : Klien mengatakan di rumah tinggal dengan istri dan anak-anaknya, di rumah sakit klien ditunggui oleh adiknya
(3)Spiritual : Klien mengatakan selama sakit klien hanya dapat berdo’a kepada Tuhan YME
8)ADL (Activity Daily Life)
(1)Pola Nutrisi
Sebelum Sakit : Klien mengatakan makan 2–3x sehari menghabiskan 1 piring nasi, lauk pauk, sayuran dan minum 3-4 botol besar aqua sehari.
Selama di RS : Klien mendapatkan diet nasi TKRPRG tiga kali sehari habis 2-3 sendok makan dan minum air putih 1-2 gelas sehari.
(2)Pola Eliminasi
Sebelum Sakit : Klien mengatakan BAK 4-5 kali sehari dengan konsistensi cair berwarna kuning jernih kadang disertai keluar batu dan BAB 1-2 kali sehari dengan konsistensi lembek
Selama di RS : Klien terpasang dower kateter dengan urine tampung 900 cc selama 4 jam dan klien mengatakan tidak bisa kencing jika tidak dipasang selang. Klien belum BAB .
(3)Pola Aktivitas
Sebelum Sakit : Klien mengatakan setiap hari bekerja sebagai tukang bangunan
Selama di RS : Klien hanya berbaring di tempat tidur kadang miring kanan dan kiri, segala kebutuhan dibantu keluarga dan klien mengatakan badannya lemas.
(4)Pola Istirahat Tidur
Sebelum Sakit : Klien tidur siang 1 – 2 jam, tidur malam mulai pukul 21.00 – 05.00 wib
Selama di RS : Klien terbaring di tempat tidur dan sering terbangun dan sering menguap
(5)Pola Personal Hygiene
Sebelum Sakit : Keluarga klien mengatakan klien mandi 2x sehari, gosok gigi 2xsehari, keramas 3x seminggu dan ganti baju 2x sehari pagi dan sore.
Selama di RS : Klien diseka 2 kali sehari dengan memakai air hangat, oral hygiene 2x sehari dilakukan oleh perawat.
9)Pemeriksaan
(1)Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 4-5-6
TD : 180/100 mmHg
N : 80x/menit
Suhu : 364oC
RR : 20 kali/menit
(2)Pemeriksaan Fisik
Wajah : Sembab, menyeringai
Kepala : Rambut warna hitam, tidak rontok, tidak ada jerawat, distribusi rata
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung : Pernafasan spontan
Mulut : Bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak ada caries
Telinga : Tidak ada serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tiroid, terdapat bendungan vena jugularis
Dada
I : Bulat datar, tidak ada tarikan intercostae
P : Tidak ada nyeri tekan, fokal fremitus sama kanan dan kiri
P : Suara sonor pada paru, pekak pada jantung
A : Suara nafas vesikuler, S1S2 tunggal
Abdomen
I : Buncit, tidak terdapat luka bekas operasi
A : Bising usus 20x/menit
P : Nyeri tekan pada perut kanan bagian bawah
P : Hipertimpani
Genetalia
Terpasang DC dengan urine tampung 900 cc selama 4 jam dengan warna kuning jernih, konsistensi cair
Extremitas
Atas : Tangan kanan terpasang infus D5% 6 tts/menit, tangan kiri bebas digerakkan, akral hangat, odem
Bawah : Kedua kaki bebas digerakkan, tungkai odem
(3)Pemeriksaan Penunjang (27 Agustus 2004)
Laboratorium
Hb 10,8 g/dl L = 13,14 – 17,7
P = 11,4 – 15,1
Leuko 9,6 x 109 / L L = 4,3 – 10,3
P = 4,3 – 11,3
Trombosit 0,34 x 109 / L (150 – 350)
SGOT 10 U / L ( < 25 )
BUN 140 mg/dl (10 – 20)
Kreatinin serum 23,16 mg/dl ( L 1,5 – P 1,2 )
Elektrolit
Kalium 4,79 meq/L (3,8 – 5,0)
Natrium 134 meq/L (136 – 144)
Sedimen urine
Eritro (+) penuh plp
Leukosit 1 – 3 plp
Epitel 1 – 2 plp
GDA
PH 7,298 (7,35 – 7,45)
PCO2 33,0 mmHg (35 – 45)
PO2 87,4 mmHg (80 – 104)
HCO3 15,8 mmol/L (21 – 25)
BE –10,7 mmol/L L –2,4 + 2,3
P –3,3 + 1,2
USG Urologi (26 Agustus 2004)
Renal kanan : Ukuran membesar intensitas echocortex normal batas sinus cortex jelas tampak echtasis ringan – sedang pelviocalyceal sistem tampak batu multiple dari interpolar – pole bawah
Renal kiri : Ukuran normal intensitas echocortex normal batas sinus cortex jelas tampak echtasis ringan pelviocalycal sistem tidak tampak kaku
Kesimpulan : Hidronephrosis ringan – sedang
10)Therapi
(1)Infus D5% 500 cc/24jam
(2)PZ sesuai dengan produksi urine
(3)Nifedipin 3 x 1 mg oral
(4)Allopurinol 3 x 1 mg oral
(5)Novalgin 3 x 1 ampul IV
(6)Rantin 3 x 1 ampul IV
(7)Diet TKRPRG
Surabaya, 28 Agustus 2004
Yang Mengkaji,
NUR AFIDAH
NIM. 2002.43
11)ANALISA DATA
Nama : Tn. S No. Reg. : 10398684
Umur : 35 tahun Ruang : Bedah F
No.
Pengelompokan Data
Etiologi
Problem
TTD
1
2
3
4
5
1.
DS : Klien mengatakan nyeri pada pinggang yang menjalar ke perut kanan bagian bawah yang disertai mual muntah, nafsu makan menurun sejak dua hari yang lalu sampai sekarang
DO : - Perut membuncit
Terdapat nyeri tekan pada perut kanan bagian bawah
Klien nampak menyeringai
TTV
TD : 180/100 mmHg, N : 80x/menit
S : 364oC, RR : 20x/menit
Pembesaran ginjal
Rasa nyaman (nyeri)
2.
DS : - Klien mengatakan badannya bengkak
Klien mengatakan minum 1-2 gelas sehari
DO : - Wajah sembab
Odem pada extrimitas atas dan bawah (tungkai)
Terpasang DC dengan urine tampung 900 cc selama 4 jam
Terpasang infus D5% 6 tetes/menit
TTV : TD : 190/100 mmHg, N : 80x/mnt, RR : 30x/mnt, S : 364oC
Pemeriksaan penunjang
BUN : 140 mg/dl, kreatinin serum : 23,16 mg/dl, Elektrolit : Kalium 4,79 meq/L, natrium 134 meq/L, Hb 10,8 g/dl
Intake inadekuat
Nutrisi
2.6.2.2DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Tn. S No. Reg. : 10398684
Umur : 35 tahun Ruang : Bedah F
No.
Diagnosa Keperawatan
Tgl. Ditemukan
Tgl. Teratasi
TTD
1
2
3
4
1.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan pembesaran ginjal yang ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan nyeri pada pinggang yang menjalar ke perut kanan bagian bawah yang disertai mual muntah, nafsu makan menurun sejak dua hari yang lalu sampai sekarang
DO : - Perut membuncit
Terdapat nyeri tekan pada perut kanan bagian bawah
Klien nampak menyeringai
TTV
TD : 180/100 mmHg
N : 80x/menit
S : 364oC
RR : 20x/menit
28-8-2004
-
2.
Kelebihan volume cairan sehubungan dengan kerusakan fungsi ginjal yang ditandai dengan :
DS : - Klien mengatakan badannya bengkak
Klien mengatakan minum 1-2 gelas sehari
DO : - Wajah sembab
Odem pada extrimitas atas dan bawah (tungkai)
28-8-2004
-
1
2
3
4
5
Terpasang DC dengan urine tampung 900 cc selama 4 jam
Terpasang infus D5% 6 tetes/menit
TTV : TD : 190/100 mmHg, N : 80x/mnt, RR : 30x/mnt, S : 364oC
Pemeriksaan penunjang
BUN : 140 mg/dl, kreatinin serum : 23,16 mg/dl, Elektrolit : Kalium 4,79 meq/L, natrium 134 meq/L, Hb 10,8 g/dl
2.6.2.3INTERVENSI
Nama : Tn. S No. Reg. : 10398684
Umur : 35 tahun Ruang : Bedah F
Tanggal / Jam
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
TTD
1
2
3
4
5
6
28-8-2004
08.45
Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan pembesaran ginjal
Japen :
Setelah dilakukan askep selama + 1x24 jam diharapkan klien beradaptasi dengan nyeri dengan kriteria:
Klien dapat mengungkapkan penyebab pembesaran ginjal
Klien bersedia dilakukan tindakan
Klien kooperatif terhadap tindakan perawat
Nyeri tekan berkurang
Japan :
Setelah dilakukan askep selama + 3x24 jam diharapkan nyeri teratasi dengan kriteria :
Tidak ada nyeri tekan pada perut
Klien tidak menyeringai
1.Beri HE tentang penyebab nyeri
2.Ajarkan teknik relaksasi dan destraksi
3.Observasi TTV tiap 3 jam
4.Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian : Novalgin 1 amp IV
1.Dengan pengetahuan yang adekuat klien lebih kooperatif terhadap tindakan perawat
2.mengurangi ketegangan otot
3.Peningkatan TD, nadi, merupakan indikator sirkulasi darah dalam tubuh
4.Menekan reseptor nyeri
1
2
3
4
5
6
28-8-2004
08.45
Kelebihan volume cairan sehubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
Japen :
Setelah dilakukan askep selama + 1x24 jam diharapkan retensi cairan berkurang dengan kriteria:
Klien dapat mengungkapkan penyebab kerusakan fungsi ginjal
Klien bersedia dilakukan tindakan
Klien kooperatif terhadap tindakan perawat
Produksi urine normal : 1 cc/kgBB/jam
Japan :
Setelah dilakukan askep selama + 3x24 jam diharapkan volume cairan teratasi dengan kriteria :
Intake dan output seimbang
Tidak ada odem
Muka tidak sembab
1.Beri HE tentang penyebab kelebihan volume cairan
2.Pantau intake dan output tiap jam
3.Observasi TTV tiap 3 jam
4.Kolaborasi dengan :
Tim Medis
Pelaksanaan HD dan pembedahan
Cairan infus D5
Nifedipin 3x1 gr
Allopurinol 3x1 gr
Tim Gizi
Diet TKRPRG
Lab
HB, serum kreatinin, BUN, kalium serum
Radiologi
Foto ginjal dan saluran kencing
1.Dengan pengetahuan yang adekuat klien lebih kooperatif terhadap tindakan perawat
2.Output yang sesuai dengan intake menunjukkan keseimbangan cairan tubuh
3.Peningkatan TD, nadi, merupakan indikator sirkulasi darah dalam tubuh
4.- Cairan infus D5 : pemenuh-an glukosa dalam tubuh
Nifedipin : untuk hipertensi
Allopurinol : untuk diuretik
TKRPRG : meringankan daya saring (GFR) yang menurun dan mencegah terjadinya odem
Sebagai penunjang diagnosa, mengetahui fungsi ginjal
Mengetahui kelainan pada ginjal
2.6.2.4IMPLEMENTASI
Nama : Tn. S No. Reg. : 10398684
Umur : 35 tahun Ruang : Bedah F
Diagnosa Keperawatan
Tanggal / jam
Implementasi
TTD
1
2
3
4
Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan pembesaran ginjal
28-8-2004
09.00
09.10
09.15
09.25
Memberikan HE tentang penyebab nyeri kepada klien
Klien dapat mengungkapkan kembali tentang penyebab nyeri adalah adanya pembesaran ginjal
Mengajarkan teknik relaksasi
Klien dapat melakukannya yaitu dengan cara tarik nafas panjang dan melepaskannya pelan-pelan
Mengobservasi TTV
TD : 180/100 mmHg
S : 364oC
RR : 20x/menit
N : 80 x/menit
Melanjutkan program terapi dengan pemberian :
Novalgin 1 amp IV
Rantin 1 amp IV
1
2
3
4
Kelebihan volume cairan sehubungan dengan kerusakan fungi ginjal
09.50
10.00
12.00
Memberikan HE tentang penyebab kelebihan volume cairan
Klien dapat mengungkapkan kembali penyebab kelebihan volume cairan adalah karena kerusakan pada ginjal
Memantau intake dan output
Intake : terpasang infus D5% 6 tts/mnt, dan klien mengatakan minum 1 gelas air sedikit demi sedikit
Output : terdapat urine tampung 90 cc dalam waktu 4 jam
Mengobservasi TTV
TD : 190/110 mmHg
S : 366oC
RR : 20x/menit
N : 88 x/menit
Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan pembesaran ginjal
29-8-2004
15.00
15.10
Mengobservasi keadaan umum klien
Klien mengatakan nyeri belum berkurang
Masih terdapat nyeri tekan pada perut kanan bagian bawah
Mengobservasi TTV
TD : 170/90 mmHg
S : 372oC
RR : 20x/menit
N : 88 x/menit
1
2
3
4
Kelebihan volume cairan sehubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
15.30
17.00
19.00
20.00
Memantau intake dan output
Intake : terpasang infus PZ di tangan kiri dan klien mengatakan sudah minum 2 gelas air putih sedikit demi sedikit
Output : terdapat urine tampung berwarna kuning jernih 1000 cc selama 8 jam (06.00-14.00) dan 400cc selama 1,5 jam (14.00-15.30)
Melanjutkan terapi dengan pemberian injeksi IV
Rantin 1 amp
Novalgin 1 amp
Mengobservasi TTV
TD : 170/100 mmHg
S : 37oC
RR : 20x/menit
N : 88 x/menit
Memantau intake dan output
Intake : terpasang infus PZ 20 tts/menit dan klien mengatakan sudah minum ½ gelas air putih
Output : terdapat urine tampung 300 cc selama 4,5 jam (15.30-20.00) dengan warna kuning jernih
1
2
3
4
Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan pembesaran ginjal
30-8-2004
14.30
15.00
Mengobservasi rasa nyeri pasien
Klien mengatakan nyeri berkurang pada siang hari dan bertambah nyeri setelah pasien muntah
Mengobservasi TTV dan keadaan umum
TD : 170/100 mmHg
S : 373oC
RR : 18x/menit
N : 100 x/menit
Keadaan umum lemah
Expresi wajah tidak menyeringai
Masih terdapat tekan pada perut kanan bagian bawah
Kelebihan volume cairan sehubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
15.30
17.00
Memantau intake dan output
Terdapat urine yang belum dibuang 1000 cc (jam 06.00-15.00) warna kuning jernih konsistensi cair
Klien mengatakan setengah hari sudah menghabiskan + 4 gelas air putih (600cc)
Klien terpasang infus D5% 6 tts/mnt
Melanjutkan terapi dengan pemberian :
Rantin 1 amp
Novalgin 1 amp
1
2
3
4
18.00
20.00
Mengobservasi TTV
TD : 180/110 mmHg
S : 365oC
RR : 20x/menit
N : 102 x/menit
Memantau intake dan output
Klien mengatakan sudah minum + 2 gelas air putih (13.00-20.00)
Terdapat urine tampung 500 cc (mulai jam 17.00-20.00)
2.6.2.5EVALUASI
Nama : Tn. S No. Reg. : 10398684
Umur : 35 tahun Ruang : Bedah F
Diagnosa Keperawatan
Tanggal / jam
Evaluasi
TTD
1
2
3
4
Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan pembesaran ginjal
28-8-2004
13.00
S : - Klien dapat mengungkapkan kembali tentang penyebab nyeri adalah pembesaran ginjal
O : - Klien dapat melakukan teknik relaksasi dengan cara tarik nafas panjang dan melepaskannya pelan-pelan
TTV : TD : 180/100 mmHg
N : 80x/mnt
RR : 20x/mnt
S : 364oC
A : Tujuan belum tercapai
P : Rencana dilanjutkan :
Observasi TTV tiap 3 jam
Lanjutkan program terapi dalam pemberian Novalgin 3x1 ampul iv
I : Implementasi sesuai intervensi
E : Masalah belum teratasi
Kelebihan volume cairan sehubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
S : - Klien dapat mengungkapkan kembali penyebab kelebihan volume cairan adalah karena kerusakan pada ginjal
Klien mengatakan minum 1 gelas air sedikit demi sedikit
1
2
3
4
O : - Terpasang infus D5% 6 tts/mnt
Terdapat urine tampung 900 cc dalam waktu 4 jam
TD : 190/110 mmHg, N : 88x/mnt
RR : 20x/mnt, S : 366oC
A : Tujuan belum tercapai
P : Rencana dilanjutkan :
Pantau intake dan output
Observasi TTV tiap 3 jam
Observasi hasil lab (HB, Serum Kreatinin, BUN, Kalium Serum)
I : Implementasi sesuai intervensi
E : Masalah belum teratasi
Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan pembesaran ginjal
29-8-2004
20.15
S : - Klien mengatakan nyeri belum berkurang
O : - Masih terdapat nyeri tekan pada perut kanan bagian bawah
TTV : (15.00) TD : 170/90 mmHg
N : 88x/mnt
RR : 20x/mnt
S : 372oC
A : Tujuan belum tercapai
P : Rencana dilanjutkan :
Observasi TTV tiap 3 jam
Lanjutkan program terapi dalam pemberian Novalgin 3x1 ampul iv
I : Implementasi sesuai intervensi
E : Masalah belum teratasi
1
2
3
4
Kelebihan volume cairan sehubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
29-8-2004
20.15
S : - Klien mengatakan sudah minum 2,5 gelas air putih sedikit demi sedikit
O : - Terdapat urine tampung 1700 cc selama 14 jam (06.00-20.00wib) dengan warna kuning jernih
TTV : (19.00) TD : 170/100 mmHg
N : 88x/mnt
RR : 20x/mnt. S : 37oC
A : Tujuan belum tercapai
P : Intervensi dilanjutkan :
Pantau intake dan output
Observasi TTV tiap 3 jam
Observasi hasil lab (HB, Serum Kreatinin, BUN, Kalium Serum)
I : Implementasi sesuai intervensi
E : Masalah belum teratasi
Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan pembesaran ginjal
30-8-2004
20.15
S : - Klien mengatakan nyeri berkurang pada siang hari dan bertambah nyeri setelah pasien muntah
O : - Keadaan umum lemah
Expresi wajah tidak menyeringai
Masih terdapat nyeri tekan pada perut kanan bagian bawah
TTV : (15.00) TD : 170/100 mmHg
N : 100x/mnt
RR : 18x/mnt, S : 37oC
1
2
3
4
A : Tujuan belum tercapai
P : Rencana dilanjutkan :
Observasi TTV tiap 3 jam
Lanjutkan program terapi dalam pemberian Novalgin 3x1 ampul iv
I : Implementasi sesuai intervensi
E : Masalah belum teratasi
Kelebihan volume cairan sehubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
20.15
S : - Klien mengatakan sudah minum + 4 gelas (600cc) selama setengah hari
Klien mengatakan sudah minum + 2 gelas air putih (13.00-20.00)
O : - Urine 1500cc (06.00-20.00) dengan warna kuning jernih konsistensi cair
Klien terpasang infus D5% 6 tts/mnt
TTV : (18.00) TD : 180/110 mmHg
N : 102x/mnt
RR : 20x/mnt
S : 365oC
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Intervensi dilanjutkan :
Pantau intake dan output
Observasi TTV tiap 3 jam
Observasi hasil lab (HB, Serum Kreatinin, BUN, Kalium Serum)
I : Implementasi sesuai intervensi
E : Masalah teratasi sebagian
2.6.1Landasan Teori
1)Definisi
(1)Gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan klinis dengan menurunnya faal ginjal (unik nefron) yang bersifat progresif dengan akibat menumpuknya sisa metabolik (toxin uremik) (JPF IPD RSUD Dr. Soetomo, 1994 : 124)
(2)Gagal ginjal kronik adalah penyakit ginjal yang tidak dapat pulih, ditandai dengan penurunan fungsi ginjal progresif, mengarah pada penyakit ginjal tahap akhir dan kematian, penyebab paling umum dari gagal ginjal kronis meliputi glomerulonefritis, pielonefritis, hipoplasiakongenital, penyakit ginjal polikistik, diabetes, hipertensi, sistemik lupus, sindrom alports, dan amiloidosis (Susan Martin T., 1998 : 583)
2)Etiologi
(1)Prelonefritis kronik
(2)Glomerulunefritis kronik
(3)Hipertensi ginjal
(4)Obstruksi traktus urinaria
(5)Diabetes
(6)Gout
(7)Amiloidosis
(8)Sindrom hiperkatsemia
(9)Penyakit autoimun
(10)Penyakit ginjal polikistik
(11)Nefropati akibat obat
3)Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh) nefron-nefron utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorbsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya sering. Meloda adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron rusak.
Bahan-bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa diresorbsi, berakibat diuresis osmotik disertai poliuria dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguria timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% sampai 90%. Pada tingkat fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15ml/menit atau lebih rendah dari itu.
Perusakan nefron (glomerulus dan tubulus)
Penurunan GRF (daya saring)
Beban bahan yang dilarut lebih besar dari pada yang direabsorbsi
Diuresis osmotik Poliuria
Haus
Kerusakan nefron > banyak oliguria
Kreatinin clearance sampai 15ml/menit fungsi ginjal hilang 80%-90%
GGK
4)Manifestasi Klinis
(1)Gejala Umum
Letargi, sakit kepala, berat badan berkurang, malaise, mudah tersinggung, dan depresi
(2)Gejala Khusus
Kulit : Pruritus edema
Kardiovaskuler : Sesak pada waktu latihan dan nyeri metrosternal pada waktu inspirasi (pericarditis) hipertensi
Gastrointestinal : Anoreksia, nausea, vomiting
Urogenital : Nokturia, impotensi
Neurologi : Berkurangnya konsentrasi, penurunan libido
5)Komplikasi
(1)Penurunan fungsi ginjal progresif
(2)Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
(3)Infeksi / sepsis
(4)Hemoragi
(5)Kegagalan kardiovaskuler
(6)Gagal pernafasan
6)Pemeriksaan Penunjang
(1)BUN dan kreatinin meningkat
(2)Elektrolit : kalium, fosfat, kalsium, magnesium meningkat, natrium turun
(3)Asidosis metabolik
(4)Hb dan hematokrit menurun, sel darah merah turun
(5)Alkali pospat mungkin tinggi
7)Penatalaksanaan
(1)Tentukan dan tata laksanakan penyebabnya
(2)Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam
(3)Diet tinggi kalori dan rendah protein
(4)Kontrol hipertensi
(5)Kontrol keseimbangan elektrolit
(6)Mencegah dan tata laksana penyakit tulang ginjal
(7)Deteksi dini dan terapi infeksi
(8)Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal
(9)Deteksi dan terapi komplikasi
(10)Persiapkan dialisis dan program tranplantasi
8)Konsep Dasar Askep
(1)Pengkajian
Biodata
Dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan
Keluhan Utama
Penurunan haluaran urine < 30 ml/jam
Riwayat Penyakit Sekarang
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, abdomen kembung, edema, malaise, lelah, nyeri sendi, gatal, mual, muntah, sakit kepala
Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya pernah punya penyakit diabetes, penyakit polikistik, hipertensi, glomerulonefritis, sindroma nefrosis, GGA tak teratasi.
Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya di dalam keluarga ada yang menderita diabetes, hipertensi, polikistik
Activity Daily Life (ADL)
Nutrisi : Anoreksia, mual, muntah, peningkatan / penurunan BB
Aktivitas : Kelemahan extremitas, malaise, penurunan rentang gerak, kehilangan tonus
Eliminasi : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, diare, konstipasi, perubahan warna urine
Istirahat : Mengalami gangguan tidur, gelisah
Personal Hygiene : Mengalami penurunan karena kelemahan fisik
Pemeriksaan
Umum
Keadaan umum : Lemah, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koam
Tensi : Meningkat / menurun
Nadi : Kuat / lemah
RR : Tachipnea, dispnea
Suhu : Kadang meningkat
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Odem muka, kulit tipis /lembut
Leher : Distensi vena jugularis
Dada : Fiction pericardial
Abdomen : Kembung, distensi abdomen, pembesaran hepar
Ekstremitas : Kulit pucat, kuning, ptekie, penurunan rentang gerak, kuku rapuh dan tipis
Pemeriksaan Penunjang
BUN dan kreatinin meningkat
Elektrolit : kalium, fosfat, calsium, magnesium meningkat, natrium turun
Asidosis metabolik
Hb dan hematokrit menurun, sel darah merah turun
Alkalik phospat mungkin tinggi
(2)Kemungkinan Diagnosa Keperawatan Yang Terjadi
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
Intoleran aktivitas berhubungan dengan anemia dan nyeri
Resiko tinggi kerusakan integritas berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana tindakan dan progresif
(3)Intervensi
Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
Tujuan :
Status cairan dan elektrolit dalam rentang yang dapat diterima
Elektrolit normal
Edema tak ada, nafas vesikuler, TS sistole 90 – 140 mmHg
Peningkatan BB
Intervensi :
Amati haluaran urine
Catat dan kaji masukan dan haluaran
Kaji urine terhadap hematuria dan Bj
Berikan keamanan bila terjadi kenaikan BUN dan kreatinin
Intoleran Aktivitas berhubungan dengan anemia dan nyeri
Tujuan :
Klien mengatakan badannya lebih segar
Nyeri sendi hilang
Intervensi :
Pantau BB tiap hari, kreatinin dan BUN, jumlah makanan yang dikonsumsi hasil DL, protein indikasi perkembangan / penyimpangan dari hasil yang diharapkan
R/ : Identifikasi indikasi perkembangan / penyimpngan dari hasil yang diharapkan
Konsul dokter bila keluhan kelelahan menetap
R/ : Menandakan kemajuan, kerusakan ginjal dan perlunya penilaian tambahan dalam terapi
Mungkinkan periode istirahat sepanjang hari
R/ : Istirahat memungkinkan tubuh menyimpan energi yang digunakan aktivitas
Bila pasien mengeluh mulut kering, izinkan klien untuk berkumur dengan air sedikitnya tiap jam
R/ : Stomatitis dapat terjadi karena toxin uremik berlebihan pada mukosa darah menurun, masukan cairan
Bantu pasien dalam rencana jadwal aktivitas / hari
R/ : Imobilisasi meningkatkan resorbsi tulang
Resiko tinggi kerusakan integritas berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
Tujuan :
Pruritus lebih sedikit
Tak ada tanda garukan pada kulit
Intervensi :
Anjurkan klien untuk mempertahankan kuku terpotong pendek, mempertahankan suhu yang nyaman mengikuti pembatasan diet yang diprogramkan, mandi dengan sabuntanpa deodorant dan hipo alergik
R/ : Kuku pendek kurang merobek kulit, kulit panas dan kering meningaktkan pruritus
Pantau masukan cairan dan membran mukosa dan integritas jaringan pada tingkat seluler
R/ : -
Inspeksi area tergantung pada edema
R/ : Jaringan edema lebih cenderung rusak / robek
Ubah posisi dengan sering, gerakan pasien dengan perlahan, beri bantalan pada tonjolan tulang dengan kulit pelindung siku / tumit
R/ : Menurunkan tekanan pada edema jaringan dengan periforasi buruk untuk menurunkan iskemia, peninggian aliran status vena / pembentukan edema
Anjurkan menggunakan pakaian longgar
R/ : Mencegah iritasi kulit langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit
Berikan matras basah
R/ : Menurunkan tekanan lama pada jaringan yang dapat membatasi perfusi seluler yang menyebabkan iskemia / nekrosis.
Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi pemeriksaan diagnostik rencana tindakan dan prognosis
Tujuan :
Ansietas berkurang
Klien mengungkapkan pemahaman tentang kondisi
Intervensi :
Bila mungkin atur untuk kunjungan dari individu yang mendapat terapi
R/ : Individu yang berhasil dalam koping akan berpengaruh positif dalam mempertahankan harapan dan memulai menilai perubahan gaya hidup yang akan diterima.
Berikan informasi tentang sifat gagal ginjal tidak dapat pulih, perawatan unit mempertahankan faal tubuh normal
R/ : Informasi akan mendorong partisipasiklien dalam pengambilan keputusan, kepatuhan dan kemandirian dalam pemeriksaan diagnostik, tujuan, deskripsi singkat, persiapan tes dan hasil tes
Sediakan untuk klien dan orang terdekat untuk membicarakan tentang perubahan gaya hidup yang diperlukan dalam memilih terapi
R/ : Pengekspresikan perasaan membantu mengurangi ansietas tindakan
DAFTAR PUSTAKA
Martin T.S. (1998), STANDAR PERAWATAN PASIEN EDISI 5, Jakarta : EGC.
C. Long, Barbar, (1996), PERAWATAN MEDIKAL BEDAH 3, Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Mansjoer, Arif (2001), KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN EDISI 3, Jakarta : Medica Aesculapius
Dongoes, E. Marilynn (2000), RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN, Jakarta : EGC.
2.6.2Asuhan Keperawatan Pada Tn. “S” Dengan CRF + Batu Ginjal Di Ruang Bedah F RSU Dr. Soetomo Surabaya
2.6.2.1Pengkajian (Tanggal 28 Agustus 2004, Jam 08.30 Wib)
1)Identitas Klien
Nama : Tn. S , umur : 35 tahun, jenis kelamin : laki-laki, agama : Islam, suku/bangsa : Jawa/Indonesia, pekerjaan : tukang bangunan, alamat : Sumberejo, Pandaan, Pasuruan, MRS : tanggal 27 Agustus 2004 jam 05.30. Diagnosa : CRF + Batu Ginjal, No. Reg. : 10398684
2)Identitas penanggungjawab :
Nama : Ny. C, umur : 30 tahun, jenis kelamin : perempuan, agama : Islam, suku/bangsa : Jawa/Indonesia, pekerjaan: ibu rumah tangga, alamat : Sumberejo, Pandaan, Pasuruan, hubungan dengan klien : adik
3)Keluhan Utama
Nyeri
4)Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan nyeri pada pinggang yang menjalar ke perut kanan bagian bawah yang disertai mual muntah, nafsu makan menurun sejak dua hari yang lalu sampai sekarang dan klien mengatakan badannya bengkak
5)Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular (Hepatitis, TBC) dan penyakit menurun (DM, HT)
6)Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menular (Hepatitis, TBC) dan penyakit menurun (DM, HT)
7)Riwayat Psiko, sosial, spiritual
(1)Psiko : Klien mengatakan khawatir dengan penyakitnya, klien lebih banyak diam dan berbicara lirih
(2)Sosial : Klien mengatakan di rumah tinggal dengan istri dan anak-anaknya, di rumah sakit klien ditunggui oleh adiknya
(3)Spiritual : Klien mengatakan selama sakit klien hanya dapat berdo’a kepada Tuhan YME
8)ADL (Activity Daily Life)
(1)Pola Nutrisi
Sebelum Sakit : Klien mengatakan makan 2–3x sehari menghabiskan 1 piring nasi, lauk pauk, sayuran dan minum 3-4 botol besar aqua sehari.
Selama di RS : Klien mendapatkan diet nasi TKRPRG tiga kali sehari habis 2-3 sendok makan dan minum air putih 1-2 gelas sehari.
(2)Pola Eliminasi
Sebelum Sakit : Klien mengatakan BAK 4-5 kali sehari dengan konsistensi cair berwarna kuning jernih kadang disertai keluar batu dan BAB 1-2 kali sehari dengan konsistensi lembek
Selama di RS : Klien terpasang dower kateter dengan urine tampung 900 cc selama 4 jam dan klien mengatakan tidak bisa kencing jika tidak dipasang selang. Klien belum BAB .
(3)Pola Aktivitas
Sebelum Sakit : Klien mengatakan setiap hari bekerja sebagai tukang bangunan
Selama di RS : Klien hanya berbaring di tempat tidur kadang miring kanan dan kiri, segala kebutuhan dibantu keluarga dan klien mengatakan badannya lemas.
(4)Pola Istirahat Tidur
Sebelum Sakit : Klien tidur siang 1 – 2 jam, tidur malam mulai pukul 21.00 – 05.00 wib
Selama di RS : Klien terbaring di tempat tidur dan sering terbangun dan sering menguap
(5)Pola Personal Hygiene
Sebelum Sakit : Keluarga klien mengatakan klien mandi 2x sehari, gosok gigi 2xsehari, keramas 3x seminggu dan ganti baju 2x sehari pagi dan sore.
Selama di RS : Klien diseka 2 kali sehari dengan memakai air hangat, oral hygiene 2x sehari dilakukan oleh perawat.
9)Pemeriksaan
(1)Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 4-5-6
TD : 180/100 mmHg
N : 80x/menit
Suhu : 364oC
RR : 20 kali/menit
(2)Pemeriksaan Fisik
Wajah : Sembab, menyeringai
Kepala : Rambut warna hitam, tidak rontok, tidak ada jerawat, distribusi rata
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung : Pernafasan spontan
Mulut : Bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak ada caries
Telinga : Tidak ada serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tiroid, terdapat bendungan vena jugularis
Dada
I : Bulat datar, tidak ada tarikan intercostae
P : Tidak ada nyeri tekan, fokal fremitus sama kanan dan kiri
P : Suara sonor pada paru, pekak pada jantung
A : Suara nafas vesikuler, S1S2 tunggal
Abdomen
I : Buncit, tidak terdapat luka bekas operasi
A : Bising usus 20x/menit
P : Nyeri tekan pada perut kanan bagian bawah
P : Hipertimpani
Genetalia
Terpasang DC dengan urine tampung 900 cc selama 4 jam dengan warna kuning jernih, konsistensi cair
Extremitas
Atas : Tangan kanan terpasang infus D5% 6 tts/menit, tangan kiri bebas digerakkan, akral hangat, odem
Bawah : Kedua kaki bebas digerakkan, tungkai odem
(3)Pemeriksaan Penunjang (27 Agustus 2004)
Laboratorium
Hb 10,8 g/dl L = 13,14 – 17,7
P = 11,4 – 15,1
Leuko 9,6 x 109 / L L = 4,3 – 10,3
P = 4,3 – 11,3
Trombosit 0,34 x 109 / L (150 – 350)
SGOT 10 U / L ( < 25 )
BUN 140 mg/dl (10 – 20)
Kreatinin serum 23,16 mg/dl ( L 1,5 – P 1,2 )
Elektrolit
Kalium 4,79 meq/L (3,8 – 5,0)
Natrium 134 meq/L (136 – 144)
Sedimen urine
Eritro (+) penuh plp
Leukosit 1 – 3 plp
Epitel 1 – 2 plp
GDA
PH 7,298 (7,35 – 7,45)
PCO2 33,0 mmHg (35 – 45)
PO2 87,4 mmHg (80 – 104)
HCO3 15,8 mmol/L (21 – 25)
BE –10,7 mmol/L L –2,4 + 2,3
P –3,3 + 1,2
USG Urologi (26 Agustus 2004)
Renal kanan : Ukuran membesar intensitas echocortex normal batas sinus cortex jelas tampak echtasis ringan – sedang pelviocalyceal sistem tampak batu multiple dari interpolar – pole bawah
Renal kiri : Ukuran normal intensitas echocortex normal batas sinus cortex jelas tampak echtasis ringan pelviocalycal sistem tidak tampak kaku
Kesimpulan : Hidronephrosis ringan – sedang
10)Therapi
(1)Infus D5% 500 cc/24jam
(2)PZ sesuai dengan produksi urine
(3)Nifedipin 3 x 1 mg oral
(4)Allopurinol 3 x 1 mg oral
(5)Novalgin 3 x 1 ampul IV
(6)Rantin 3 x 1 ampul IV
(7)Diet TKRPRG
Surabaya, 28 Agustus 2004
Yang Mengkaji,
NUR AFIDAH
NIM. 2002.43
11)ANALISA DATA
Nama : Tn. S No. Reg. : 10398684
Umur : 35 tahun Ruang : Bedah F
No.
Pengelompokan Data
Etiologi
Problem
TTD
1
2
3
4
5
1.
DS : Klien mengatakan nyeri pada pinggang yang menjalar ke perut kanan bagian bawah yang disertai mual muntah, nafsu makan menurun sejak dua hari yang lalu sampai sekarang
DO : - Perut membuncit
Terdapat nyeri tekan pada perut kanan bagian bawah
Klien nampak menyeringai
TTV
TD : 180/100 mmHg, N : 80x/menit
S : 364oC, RR : 20x/menit
Pembesaran ginjal
Rasa nyaman (nyeri)
2.
DS : - Klien mengatakan badannya bengkak
Klien mengatakan minum 1-2 gelas sehari
DO : - Wajah sembab
Odem pada extrimitas atas dan bawah (tungkai)
Terpasang DC dengan urine tampung 900 cc selama 4 jam
Terpasang infus D5% 6 tetes/menit
TTV : TD : 190/100 mmHg, N : 80x/mnt, RR : 30x/mnt, S : 364oC
Pemeriksaan penunjang
BUN : 140 mg/dl, kreatinin serum : 23,16 mg/dl, Elektrolit : Kalium 4,79 meq/L, natrium 134 meq/L, Hb 10,8 g/dl
Intake inadekuat
Nutrisi
2.6.2.2DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Tn. S No. Reg. : 10398684
Umur : 35 tahun Ruang : Bedah F
No.
Diagnosa Keperawatan
Tgl. Ditemukan
Tgl. Teratasi
TTD
1
2
3
4
1.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan pembesaran ginjal yang ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan nyeri pada pinggang yang menjalar ke perut kanan bagian bawah yang disertai mual muntah, nafsu makan menurun sejak dua hari yang lalu sampai sekarang
DO : - Perut membuncit
Terdapat nyeri tekan pada perut kanan bagian bawah
Klien nampak menyeringai
TTV
TD : 180/100 mmHg
N : 80x/menit
S : 364oC
RR : 20x/menit
28-8-2004
-
2.
Kelebihan volume cairan sehubungan dengan kerusakan fungsi ginjal yang ditandai dengan :
DS : - Klien mengatakan badannya bengkak
Klien mengatakan minum 1-2 gelas sehari
DO : - Wajah sembab
Odem pada extrimitas atas dan bawah (tungkai)
28-8-2004
-
1
2
3
4
5
Terpasang DC dengan urine tampung 900 cc selama 4 jam
Terpasang infus D5% 6 tetes/menit
TTV : TD : 190/100 mmHg, N : 80x/mnt, RR : 30x/mnt, S : 364oC
Pemeriksaan penunjang
BUN : 140 mg/dl, kreatinin serum : 23,16 mg/dl, Elektrolit : Kalium 4,79 meq/L, natrium 134 meq/L, Hb 10,8 g/dl
2.6.2.3INTERVENSI
Nama : Tn. S No. Reg. : 10398684
Umur : 35 tahun Ruang : Bedah F
Tanggal / Jam
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
TTD
1
2
3
4
5
6
28-8-2004
08.45
Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan pembesaran ginjal
Japen :
Setelah dilakukan askep selama + 1x24 jam diharapkan klien beradaptasi dengan nyeri dengan kriteria:
Klien dapat mengungkapkan penyebab pembesaran ginjal
Klien bersedia dilakukan tindakan
Klien kooperatif terhadap tindakan perawat
Nyeri tekan berkurang
Japan :
Setelah dilakukan askep selama + 3x24 jam diharapkan nyeri teratasi dengan kriteria :
Tidak ada nyeri tekan pada perut
Klien tidak menyeringai
1.Beri HE tentang penyebab nyeri
2.Ajarkan teknik relaksasi dan destraksi
3.Observasi TTV tiap 3 jam
4.Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian : Novalgin 1 amp IV
1.Dengan pengetahuan yang adekuat klien lebih kooperatif terhadap tindakan perawat
2.mengurangi ketegangan otot
3.Peningkatan TD, nadi, merupakan indikator sirkulasi darah dalam tubuh
4.Menekan reseptor nyeri
1
2
3
4
5
6
28-8-2004
08.45
Kelebihan volume cairan sehubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
Japen :
Setelah dilakukan askep selama + 1x24 jam diharapkan retensi cairan berkurang dengan kriteria:
Klien dapat mengungkapkan penyebab kerusakan fungsi ginjal
Klien bersedia dilakukan tindakan
Klien kooperatif terhadap tindakan perawat
Produksi urine normal : 1 cc/kgBB/jam
Japan :
Setelah dilakukan askep selama + 3x24 jam diharapkan volume cairan teratasi dengan kriteria :
Intake dan output seimbang
Tidak ada odem
Muka tidak sembab
1.Beri HE tentang penyebab kelebihan volume cairan
2.Pantau intake dan output tiap jam
3.Observasi TTV tiap 3 jam
4.Kolaborasi dengan :
Tim Medis
Pelaksanaan HD dan pembedahan
Cairan infus D5
Nifedipin 3x1 gr
Allopurinol 3x1 gr
Tim Gizi
Diet TKRPRG
Lab
HB, serum kreatinin, BUN, kalium serum
Radiologi
Foto ginjal dan saluran kencing
1.Dengan pengetahuan yang adekuat klien lebih kooperatif terhadap tindakan perawat
2.Output yang sesuai dengan intake menunjukkan keseimbangan cairan tubuh
3.Peningkatan TD, nadi, merupakan indikator sirkulasi darah dalam tubuh
4.- Cairan infus D5 : pemenuh-an glukosa dalam tubuh
Nifedipin : untuk hipertensi
Allopurinol : untuk diuretik
TKRPRG : meringankan daya saring (GFR) yang menurun dan mencegah terjadinya odem
Sebagai penunjang diagnosa, mengetahui fungsi ginjal
Mengetahui kelainan pada ginjal
2.6.2.4IMPLEMENTASI
Nama : Tn. S No. Reg. : 10398684
Umur : 35 tahun Ruang : Bedah F
Diagnosa Keperawatan
Tanggal / jam
Implementasi
TTD
1
2
3
4
Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan pembesaran ginjal
28-8-2004
09.00
09.10
09.15
09.25
Memberikan HE tentang penyebab nyeri kepada klien
Klien dapat mengungkapkan kembali tentang penyebab nyeri adalah adanya pembesaran ginjal
Mengajarkan teknik relaksasi
Klien dapat melakukannya yaitu dengan cara tarik nafas panjang dan melepaskannya pelan-pelan
Mengobservasi TTV
TD : 180/100 mmHg
S : 364oC
RR : 20x/menit
N : 80 x/menit
Melanjutkan program terapi dengan pemberian :
Novalgin 1 amp IV
Rantin 1 amp IV
1
2
3
4
Kelebihan volume cairan sehubungan dengan kerusakan fungi ginjal
09.50
10.00
12.00
Memberikan HE tentang penyebab kelebihan volume cairan
Klien dapat mengungkapkan kembali penyebab kelebihan volume cairan adalah karena kerusakan pada ginjal
Memantau intake dan output
Intake : terpasang infus D5% 6 tts/mnt, dan klien mengatakan minum 1 gelas air sedikit demi sedikit
Output : terdapat urine tampung 90 cc dalam waktu 4 jam
Mengobservasi TTV
TD : 190/110 mmHg
S : 366oC
RR : 20x/menit
N : 88 x/menit
Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan pembesaran ginjal
29-8-2004
15.00
15.10
Mengobservasi keadaan umum klien
Klien mengatakan nyeri belum berkurang
Masih terdapat nyeri tekan pada perut kanan bagian bawah
Mengobservasi TTV
TD : 170/90 mmHg
S : 372oC
RR : 20x/menit
N : 88 x/menit
1
2
3
4
Kelebihan volume cairan sehubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
15.30
17.00
19.00
20.00
Memantau intake dan output
Intake : terpasang infus PZ di tangan kiri dan klien mengatakan sudah minum 2 gelas air putih sedikit demi sedikit
Output : terdapat urine tampung berwarna kuning jernih 1000 cc selama 8 jam (06.00-14.00) dan 400cc selama 1,5 jam (14.00-15.30)
Melanjutkan terapi dengan pemberian injeksi IV
Rantin 1 amp
Novalgin 1 amp
Mengobservasi TTV
TD : 170/100 mmHg
S : 37oC
RR : 20x/menit
N : 88 x/menit
Memantau intake dan output
Intake : terpasang infus PZ 20 tts/menit dan klien mengatakan sudah minum ½ gelas air putih
Output : terdapat urine tampung 300 cc selama 4,5 jam (15.30-20.00) dengan warna kuning jernih
1
2
3
4
Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan pembesaran ginjal
30-8-2004
14.30
15.00
Mengobservasi rasa nyeri pasien
Klien mengatakan nyeri berkurang pada siang hari dan bertambah nyeri setelah pasien muntah
Mengobservasi TTV dan keadaan umum
TD : 170/100 mmHg
S : 373oC
RR : 18x/menit
N : 100 x/menit
Keadaan umum lemah
Expresi wajah tidak menyeringai
Masih terdapat tekan pada perut kanan bagian bawah
Kelebihan volume cairan sehubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
15.30
17.00
Memantau intake dan output
Terdapat urine yang belum dibuang 1000 cc (jam 06.00-15.00) warna kuning jernih konsistensi cair
Klien mengatakan setengah hari sudah menghabiskan + 4 gelas air putih (600cc)
Klien terpasang infus D5% 6 tts/mnt
Melanjutkan terapi dengan pemberian :
Rantin 1 amp
Novalgin 1 amp
1
2
3
4
18.00
20.00
Mengobservasi TTV
TD : 180/110 mmHg
S : 365oC
RR : 20x/menit
N : 102 x/menit
Memantau intake dan output
Klien mengatakan sudah minum + 2 gelas air putih (13.00-20.00)
Terdapat urine tampung 500 cc (mulai jam 17.00-20.00)
2.6.2.5EVALUASI
Nama : Tn. S No. Reg. : 10398684
Umur : 35 tahun Ruang : Bedah F
Diagnosa Keperawatan
Tanggal / jam
Evaluasi
TTD
1
2
3
4
Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan pembesaran ginjal
28-8-2004
13.00
S : - Klien dapat mengungkapkan kembali tentang penyebab nyeri adalah pembesaran ginjal
O : - Klien dapat melakukan teknik relaksasi dengan cara tarik nafas panjang dan melepaskannya pelan-pelan
TTV : TD : 180/100 mmHg
N : 80x/mnt
RR : 20x/mnt
S : 364oC
A : Tujuan belum tercapai
P : Rencana dilanjutkan :
Observasi TTV tiap 3 jam
Lanjutkan program terapi dalam pemberian Novalgin 3x1 ampul iv
I : Implementasi sesuai intervensi
E : Masalah belum teratasi
Kelebihan volume cairan sehubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
S : - Klien dapat mengungkapkan kembali penyebab kelebihan volume cairan adalah karena kerusakan pada ginjal
Klien mengatakan minum 1 gelas air sedikit demi sedikit
1
2
3
4
O : - Terpasang infus D5% 6 tts/mnt
Terdapat urine tampung 900 cc dalam waktu 4 jam
TD : 190/110 mmHg, N : 88x/mnt
RR : 20x/mnt, S : 366oC
A : Tujuan belum tercapai
P : Rencana dilanjutkan :
Pantau intake dan output
Observasi TTV tiap 3 jam
Observasi hasil lab (HB, Serum Kreatinin, BUN, Kalium Serum)
I : Implementasi sesuai intervensi
E : Masalah belum teratasi
Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan pembesaran ginjal
29-8-2004
20.15
S : - Klien mengatakan nyeri belum berkurang
O : - Masih terdapat nyeri tekan pada perut kanan bagian bawah
TTV : (15.00) TD : 170/90 mmHg
N : 88x/mnt
RR : 20x/mnt
S : 372oC
A : Tujuan belum tercapai
P : Rencana dilanjutkan :
Observasi TTV tiap 3 jam
Lanjutkan program terapi dalam pemberian Novalgin 3x1 ampul iv
I : Implementasi sesuai intervensi
E : Masalah belum teratasi
1
2
3
4
Kelebihan volume cairan sehubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
29-8-2004
20.15
S : - Klien mengatakan sudah minum 2,5 gelas air putih sedikit demi sedikit
O : - Terdapat urine tampung 1700 cc selama 14 jam (06.00-20.00wib) dengan warna kuning jernih
TTV : (19.00) TD : 170/100 mmHg
N : 88x/mnt
RR : 20x/mnt. S : 37oC
A : Tujuan belum tercapai
P : Intervensi dilanjutkan :
Pantau intake dan output
Observasi TTV tiap 3 jam
Observasi hasil lab (HB, Serum Kreatinin, BUN, Kalium Serum)
I : Implementasi sesuai intervensi
E : Masalah belum teratasi
Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan pembesaran ginjal
30-8-2004
20.15
S : - Klien mengatakan nyeri berkurang pada siang hari dan bertambah nyeri setelah pasien muntah
O : - Keadaan umum lemah
Expresi wajah tidak menyeringai
Masih terdapat nyeri tekan pada perut kanan bagian bawah
TTV : (15.00) TD : 170/100 mmHg
N : 100x/mnt
RR : 18x/mnt, S : 37oC
1
2
3
4
A : Tujuan belum tercapai
P : Rencana dilanjutkan :
Observasi TTV tiap 3 jam
Lanjutkan program terapi dalam pemberian Novalgin 3x1 ampul iv
I : Implementasi sesuai intervensi
E : Masalah belum teratasi
Kelebihan volume cairan sehubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
20.15
S : - Klien mengatakan sudah minum + 4 gelas (600cc) selama setengah hari
Klien mengatakan sudah minum + 2 gelas air putih (13.00-20.00)
O : - Urine 1500cc (06.00-20.00) dengan warna kuning jernih konsistensi cair
Klien terpasang infus D5% 6 tts/mnt
TTV : (18.00) TD : 180/110 mmHg
N : 102x/mnt
RR : 20x/mnt
S : 365oC
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Intervensi dilanjutkan :
Pantau intake dan output
Observasi TTV tiap 3 jam
Observasi hasil lab (HB, Serum Kreatinin, BUN, Kalium Serum)
I : Implementasi sesuai intervensi
E : Masalah teratasi sebagian
TUBERKULOSIS
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KASUS TUBERKULOSIS
1. Konsep Dasar Medis
1.1Pengertian
TBC adalah suatu penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh microbacterium tuberculosis, yaitu suatu bakteri tahan asam. yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah
(Suryadi, Rita 2001 : 287)
penyakit tuberkulosis pada bayi dan anak disebut juga tuberkulosis primer dan merupakan suatu penyakit sistemik. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dan mycobacterium bovis (jarang oleh mycobacterium avium).
1.2Etiologi
1.2.1Microbakterium tuberculosa
1.2.2Microbakterium bovis
1.3 Patofisiologi
(1)Masuknya kuman tuberculosisi kedalam tubuh tidak menimbulkan penyakit infeksi ini dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya tuberculosis serta daya than tubuh manusia.
(2)Setelah menghirup basil tuberculosis hidup dalam paru-paru,Maka terjadi eksudasi dan konsulidasi yang terbatas disebut fokus primer.Basil ini akan menyebar,Kemudian histosit mulai mengangkut microoganisme kekelenjar limpe irigional melaui saluran getah bening menuju kelenjar regional dan terbentuk komplek primer dan mengadakan eksudasi sekitar 2-10 (6-8 minggu) pasca infeksi
(3)Terbentuknya komplek primer terjadi pula hipersensitivitas terhadap tuberculo protein yang diketahui melaliu uji tuberculin.Terjadinya infeksi sampai terbentuk komplek primer disebut masa inkubasi
(4)Pada anak lesi itu terjadi diperiver dekat pleura,dan lebih banyak terjadi dilapangan bawah paru.Terdapat pembesaran kelenjar regiaonal serta penyembuhanya lebih bnyan terjadi melalui hematogrin.
(5)Pada reaksi radang leukosit polimorfo nuklear tanpa pada alveoli dan mengfagosit bakteri namun tidak membunuh. Dan basil menyebar kelimfe dan sirkulasi.Beberapa minggu limfosit T menjadi sensitif terhadap organisme TBC dan membebaskan limfokin yang merubah makrofag atau mengaktifkanya.Alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan menimbulkan pneumoni akut.Pneumoni seluler dapat sembuh dengan sendirinya dan tidak ada sisa nekrosis yang tertinggal.
(6)Terdapat 3 macam penyebaran secara patogen secara tubercolosis anak: Penyebaran hematogen tersembunyi timbul gejala atau tanpa gejala, penyebaran hematogen umum, penyebaran lineir,menimbulkan gejala akut kadang kronik,penyebaran hematogen berulang.
Kuman menempel pada bronkial/alveoli
memperbanyak setiap 18-24 jam
↓
Resiko tinggi terjadinya Proliferasi sel epitel di sekitar basil
Infeksi sekunder dan berbentuk dinding antara basil
↓ dan organ yang terinfeksi
Penularan organ ↓
lain Basil menyebar melalui kelenjar getah → Panas meningkat
Bening menuju ke regional dan terutama pada
Menimbulkan reaksi eksudasi malam hari
↓ ↓
Lesi primer menyebabkan kerusakan Gangguan istirahat
Jaringan tidur
↓
Meluas ke seluruh paru-paru Gangguan pertukaran
( bronki + pleura ) gas berhubungan
ersihan jalan napas ↓ dengan kerusakan
tidak efektif Terjadi erosi pembuluh darah membran alveoli
↓ ↓
Basil menyebar ke daerah yang Nafsu makan menurun
dekat dan jauh ↓
Pemenuhan kebutuhan
Tulang Ginjal Otak nutrisi
1.4Tanda dan gejala
1.4.1Gejala umum
Demam, sering kali suhu meningkat pada siang dan malam hari
Mengigil
Keringat malam,akan timbul bila proses akan terjadi
Anoreksia
Lemah badan
1.4.2Tanda fisik
Kelainan parenkim yaitu konsolidasi, fibrosisi, atelektasis
Kelainan saluran nafas, berubah radang dan mukosa disertai dengan penyempitan,terjadi reaksi pleura berupa penebalan atau nyeri pleura
1.5Gambaran Klinis
(1)Gejala klinis
Tidak ada khas dan sangat bervariasi
Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
Dahak
Awalnya bersifat mukosit kemidian mukopurulen sampai purulen dan berubah menjadai kental
Hemoptoe
Bisa berubah garis atau bercak-bercak merah,gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat besar
1.6Diagnosis Tuberkulosis Pada Anak
Diagnosis paling tepat adalah dengan ditemukannya kuman TB dari bahan yang diambil dari penderita, misalnya dahak, bilasan lambung, biopsi, dll. Tetapi pada anak hal ini sulit dan jarang didapat, sehingga sebagian besar diagnosis TB anak didasarkan atas gambaran klinis, gambaran foto rontgen dada dan uji tuberkulin. Untuk itu penting memikirkan adanya TB pada anak kalau terdapat tanda-tanda yang mencurigakan atau gejala-gejala seperti di bawah ini :
(1)Seorang anak harus dicurigai menderita tuberkulosis kalau :
Mempunyai sejarah kontak erat (serumah) dengan penderita TB BTA positif.
Terdapat reaktif kemerahan cepat setelah penyuntikan BCD (dalam 3-7 hari).
Terdapat gejala umum TB.
(2)Gejala Umum TB pada anak :
Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah penanganan gizi yang biak (failure to thrive).
Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat.
Demam lama / berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam.
Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, biasanya multipel, paling sering di daerah leher, ketiak dan lipatan paha (inguinal)
Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri dada.
Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di abdomen, dan tanda-tanda cairan dalam abdomen.
(3)Gejala Spesifik :
Gejala spesifik ini biasanya tergantung pada bagian tubuh mana yang terserang misalnya :
TB kulit / skrofuloderma
TB tulang dan sendi :
Tulang punggung
Tulang panggul (koksitis) : pincang, pembengkakan di pinggul
Tulang lutut : pincang dan / atau bengkak
Tulang kaki dan tangan
TB otak dan saraf :
Meningitis : dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan kesadaran menurn
Gejala mata
Conjungtivitis phlyctenularis
Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi)
Lain-lain
(4)Uji Tuberkulin (Mantoux)
Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux (penyuntikan intra kutan) dengan semprit tuberkulin 1 cc jarum nomor 26. Tuberkulin yang dipakai adalah tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2 TU. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan. Diukur diameter transversal dari indurasi yang terjadi. Ukuran dinyatakan dalam milimeter.
Uji tuberkulin positif bila indurasi > 10 mm (pada gizi baik) atau > 5 mm pada gizi buruk.
Bila uji tuberkulin positif, menunjukkan adanya infeksi TB dan kemungkinan ada TB aktif pada anak. Namun, uji tuberkulin dapat negatif pada anak TB berat dengan anergi (malnutrisi, penyakit sangat berat, pemberian imunosupresif, dll). Jika uji tubekulin meragukan dilakukan uji ulang.
(5)Reaksi Cepat BCG
Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari) berupa kemerahan dan indurasi > 5 mm, maka anak tersebut dicurigai telah terinfeksi mycobacterium tuberculosis.
(6)Foto rontgen dada
Gambaran rontgen TB paru pada anak tidak khas dan interpretasi foto biasanya sulit, harus hati-hati, kemungkinan bisa overdiagnosis atau underdiagnosis. Paling mungkin kalau ditemukan infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal.
Gejala lain dari foto rontgen yang mencurigai TB adalah :
Milier
Atelektasis / kolaps konsolidasi
Infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilius atau paratrakeal
Konsolidasi (lobus)
Reaksi pleura dan atau efusi pleura
Kalsifikasi
Bronkiektasis
Kafitas
“Destroyed lung”
Bila ada diskongruensi antara gambaran klinis dan gambaran rontgen, harus dicurigai TB, foto rontgen dada sebaiknya dilakukan PA (Postero-Anterior) dan lateral, tetapi kalau tidak mungkin PA saja.
(7)pemeriksaan Mikrobiologi dan Serologi
pemeriksaan BTA secara mikroskopis langsung pada anak biasanya dilakukan dari bilasan lambung karena dahak sulit didapat pada anak. Pemeriksaan BTA secara biakan (kultur) memerlukan waktu yang lama.
Cara baru untuk mendeteksi kuman TB dengan cara PCR (Polymery Chain Reaction) atau Bactec masih belum dapat dipakai dalam klinis praktis. Demikian juga pemeriksaan serologis seperti ELISA, PAP, Mycodot dan lain-lain, masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk pemakaian dalam klinis praktis.
(8)Respons terhadap pengobatan dengan OAT
Kalau dalam 2 bulan menggunakan OAT terdapat perbaikan klinis, akan menunjang atau memperkuat diagnosis TB.
Bila dijumpai 3 atau lebih dari hal-hal yang mencurigakan atau gejala-gejala klinis umum tersebut di atas, maka anak tersebut harus dianggap TB dan diberikan pengobatan dengan OAT sambil diobservasi selama 2 bulan. Bila menunjukkan perbaikan, maka diagnosis TB dapat dipastikan dan OAT diteruskan sampai penderita tersebut sembuh. Bila dalam observasi dengan pemberian OAT selama 2 bulan tersebut di atas, keadaan anak memburuk atau tetap, maka anak tersebut bukan TB atau mungkin TB tapi kekebalan obat ganda atau multiple drug resistent (MDR). Anak yang tersangka MDR perlu dirujuk ke rumah sakit untuk mendapat penatalaksanaan spesialistik.
Penting diperhatikan bahwa bila pada anak dijumpai gejala-gejala berupa kejang, kesadaran menurun, kaku kuduk, benjolan di punggung, maka ini merupakan tanda-tanda bahaya. Anak tersebut harus segera dirujuk ke rumah skait untuk penatalaksanaan selanjutnya.
Penjarinan tersangka penderita TB anak bisa berasal dari keluarga penderita BTA positif (kontak serumah), masyarakat (kunjungan Posyandu), atau dari penderita-penderita yang berkunjung ke puskesmas maupun yang langsung ke rumah sakit.
ALUR DETEKSI DINI ATAU RUJUKAN TB ANAK
1.7 Indikasi Pemeriksaan Foto Rontgen Dada
Umumnya diagnosis TB Paru dapat ditegakkan dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis, namun pada kondisi tertentu perlu dilakukan pemeriksaan rontgen.
(1)Suspek dengan BTA Negatif
Setelah diberikan antibiotik spektrum luas tanpa ada perubahan, periksa ulang dahak SPS. Bila hasilnya tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada.
(2)Penderita dengan BTA Positif
Hanya pada sebagian kecil dari penderita dengan hasil pemeriksaan BTA positif, perlu dilakukan pemeriksaan foto rontgen dada bila :
Penderita tersebut diduga mengalami komplikasi, misalnya sesak nafas berat yang memerlukan penanganan khusus (contoh : pneumotorak, pleuritis eksudativa)
Penderita yang sering hemoptisis berat, untuk menyingkirkan kemungkinan bronkiektasis.
Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini pemeriksaan rontgen dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA positif.
1.8Komplikasi
(1)Meningitis
(2)Spondelitis
(3)Pleurolitis
(4)Bronkopneumoni
(5)Atelektasis
1.9Penatalaksanaan ( Dep. Kes , 2000 : 33 )
Program DOTS (Directly Observed Treatment Shotcome)
Terapi medik
(1)Isoniazid
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid dapat membunuh 90 % populasi kuman dalam beberap[a hari pertama pengobatan. Obat ini msangat aktif terhadap kuman dalam keadaan metabolit aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/KgBB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3x seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/KgBB.
(2)Rifampisin
Dosisnya 10-15 Mg/kg Berat badan/Hari diberikan 1x sehari peroral diminum dalam keadaan lambung kosong selama 16-19 jam.
(3)INH
Dosisnya 10-20 Mg/kg berat badan/hari Selam 18-24 bulan
(4)Streptomicin
Bekerja dalam IM Dosisnya 30-50 mg/kg berat badan/hr
(5)Pirazinamid
Dosisnya 30-35 mg/kg/berat badan/hr, peroral,2x sehari selama 4-6 jam
(6)Etambuthal
Dosisnya 30 mg/kg berat badan/hr dalam keadaam kosong 1x sehari selama 1 tahun
(7)Paraamino salisilat
Dosisnya 200-300 mg /kg/berat badan/hr dalam keaadan lambung kosong secara oral 2-3 x sehari
(8)Kortiko steroid
Diberikan bersama dengan obat anti TBC yang masih sensitif terhadap bentuk kortison 10-15 mg/kg/berat badan/hr,Prednison 1-3 mg/kg beerat badan/hr
Jenis dan Dosis Obat TB Anak
Jenis Obat
BB
5-10 kg
BB 10-20 kg
BB 20-33 kg
Isoniasid
50 mg
100 mg
200 mg
Rifampisin
75 mg
150 mg
300 mg
Pirasinamid
< 5 kg
5-10 kg
400 mg
800 mg
100 mg
200 mg
Catatan :
Penderita yang berat badannya kurang dari 5 kg harus dirujuk
1.10Pencegahan TBC
(1)Vaksinasi BCG
(2)Kemoprofilaksis
Dengan INH dosisnya 10 mg/kg berat badan/hr selama 1 tahun
(3)Kebersihan lingkungan dan individu
(4)Pemeriksaan badan secara periodik
(5)Makan makanan yang bergizi dan teratur
2.Asuhan Keperawatan
(1)Pengkajian
Biodata
Terjadi pada semua umur dan rentang pada usia 1-3 tahun, terjadi pada kondisi pada lingkungan yanag lembab,rumah kurang ventilasi, berdebu, sosial ekonomi rendah
Keluhan utama
Batuk dan sesak
Riwayat Penyakit sekarang
Sesak nafas dan batuk kering yang sudah lanjut akan mengeluarkan sekret
Nyeri terjadi bila infiltasi radang sampai kepleura
Nafsu makam menurun dan berat badan menurun
Badan terasa lemah
Keluar keringat dingin pada malam hari
Riwayat penyakit Dahulu
Batuk yang lama
Bronkitis menahun
Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga ada yang menderita penyakit batuk yang lama
DL (Activity daily life)
- Nutrisi : Adnya sesak nafas sehingga nafsu makan menurun
Aktivitas : Bila melakukan aktivitas terjadi sesak
Istirahat : Sulit tidur karena sesak dan batuk.
Personal hygine : Karena sesak terus menerus sehingga kebersihan diri
mengalami ketergantungan. .
Pemeriksaan fisik
Keadaaan umum
Suhu : Sub febris atau panas tinggi yang sering disertai kejang bila meningitis
Nadi : Adanya takikardi
Respirasi : Expirasi memanjang dan terdengar bunyi
Tekanan darah : Kadang-kadang hipotensi
Berat badan : Menurun
Inspeksi.
- Kepala dan leher : Bibir kering dan pucat, pernafasan cuping hidung terjadi bila penyakit sudah berlanjut,keluar keringat dingin terutama pada malam hari .
- Muka : Pucat /sianosis
- Mata : Konjungtiva anemis ,mata cowong
- Mulut : Mukosa bibir kering ,sianosis
- Thorak I : Tarikan otot Bantu pernafasan ,pengembangan pernafasan tak simetris
P : Nyeri tekan pada area yang terinfeksi
P : Pekak
A : Bunyi nafas menurun/tak ada secara bilateral,unilateral,bunyi nafas terbuka/dan atau bisikan pectoral diatas lesi luas diapeks paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek.
- Abdomen I : Abdomen distensi
A : Bising usus menurun
P : Nyeri tekan pada semua kuadran
P : Hypertimpani / pekak
Pemeriksaan laboratorium
Dalam darah ditemukan BTA positif
LED meningkat pada proses aktif
Leokosit meningkat
Hb pada penyakit bertahap disertai gengan anemia sedang
Uji kulit dengan tuberculin
Usia anak 5 tahun uji tuberculin positif pada TBC yang aktif
Pembacaan uji tuberculin 48-72 jam setelah penyuntikan
Undurasi :- 4 mm :Negatif
5-9 mm :Meragukan
10 mm :Positif
Pemeriksaan tes mantoux positif (+)
Dilakukan dengan suntikan IC reaksi local trdiri dari dari
Eritema karena vasodilatasi primer
Edema karena reaksi antara antogen yang di suntikkam dengan antibody
Undurasi yang dibentuk oleh sel mono nukleus
(2)Diagnosa keperawatan
Jalan nafas tidak efektif sehubungan dengan:
Adanya sekret yang kental
Kelelahan
Oden trakea atau laring
Ditandai dengan:
Tidak normalnya frekwensi nafas, irama, dan kedalaman
Tidak normalnya suara nafas
Dispnea
Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan :
- Penurunan fungsi paru
- Kerusakan alveolar membran kapiler
- Adanya sekret yang kental dan lengket
- Odema bronkus
Resiko terjadinya infeksi sekunder sehubungan dengan:
- Inadekuat daya tahan tubuh
- Kerusakan jaringan
- Malnutrisi
- Lingkungan yang kurang bersih
- Kurang pengetahuan tentang penyebab penyakit
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan:
- Kelelahan
- Banyaknya produksi asam
- Sesak nafas
- Nafsu makan menurun
Kurangnya pengetahuan sehubungan dengan:
- Misinterprestasi informasi
- Keterbatasan pengetahuan
- Pemberian informasi yang tidak adekuat
Pola nafas tidak efektif sehubungan dengan batuk dan nyaei dada
(3)Intervensi
Dx I
Tujuan : jalan nafas efektif
Kriteria hasil :
nafas dalam batas normal sesuai dengan tingkatan usia
X-ray tanpa atelektasis
Tidak ada stridor atau suara nafas tambahan
Intervensi:
Kaji fungsi pernafasan seperti suara, frekwensi, irama, kedalaman nafas, batuk, karakteristik
R/ adamya suara nafas tambahan merupakan indikasi adanya akumulasi sekret/ ketidakmampuan membersihkan jalan nafas
Atur posisi semi fowler, bantu klien untuk batuk dan nafas dalam
R/ posisi fowler atau semi fowler membantu memaksimalkan ekspansi paru
Bersihkan sekret dari mulut dan trakea bila perlu menggunakan suction
R/ mencegah infeksi saluran nafas
Jaga pemasukan cairan kurang lebih 2500 ml/hari, kecuali ada kontra indikasi
R/ memasukkan cairan yang banyak membantu pengeluaran sekret sehingga mudah untuk dibersihkan
Lembabkan keringat membran mukosa dan bantu mengencerkan sekret
R/ mencegah keringnya membran mukosa dan mengencerkan sekret
Beri sesuai indikasi seperti martidik agent
R/ mengurangi kekentalan dari sekret paru bronkodilator
Evaluasi tingkat kesadaran dan TTV
R/ akumulasim dari sekret atau gangguan jalan nafas dapat mengganggu oksigenasi dari organ fital dan jaringan
Ajarkan nafas melalui mulut
R/ mencegah kolaps jalan nafas
Kolaborasi dengan tim medik
R/ Untuk menentukan program terapi selanjutnya.
Dx II
Tujuan : Pertukaran gas efektif
Kriteria hasil :
PO2 80-100 mmHg, pco2 35-43 mmHg.
Klien dapat mendemomtrasikan tingkat kebersihan
TTV : TD : 90/70 mmHg
N : 100-120 x/mnt.
S : 365-375 oC
RR : 28-30 x/mnt.
Intervensi :
Nilai adanya dispneau, Takipnea dan jalan nafas yang tidak normal,peningkatan nafas ,penurunan dinding dada dan kelelahannya.
R/ Evaluasi GCS,catat perubahan warna kulit,membran mukosa dan kukunya.
Evaluasi GCS, catat perubahan warna kulit, mwmbran mukosa dan kukunya.
Demontrasikan atau anjurkan klien nafas melalui mulut pada saat expirasi
R/ Mencegah kolaps jalan nafas
Anjurkan pada klien untuk bedrest atau membatasi aktifitas.
R/ Mengurangi kebutuhan pemakaian O2
Monitir AGD
R/ Penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 merupakan indikasi perubahan indikasi
Kolaborasi dengan tim medis
R/ Untuk menentukan program terapi selanjutnya
Dx III
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil
Identifikasi penyebaran infeksi,mendemontrasikan perubahan gaya hidup untuk menciptakan lingkungan yang aman
Leukosit 10.000-12.000
LED ; laki-laki :15 mm/jam, perempuan : 20mm/jam.
Intervensi :
Review patologi dari penyakit,penyebab penyakit melalui bronkus droplet selama batuk atau bersin
R/ Membantu px mengetahui kebutuhan dari pengbatan untuk mencegah komplikasi/mencegah penyebaran infeksi ke orang lain
Identifikasi orang lain yang mempunyai resiko penyakit, seperti anggota keluarga atau teman
R/ Mencegah penyebaran infeksi
Larang klien meludah di sembarang tempat
R/ Mencegah penyebaran penyakit
Monitor TTV
R/ Reaksi panas adalah reaksi adanya reaksi berlanjut
Jelaskan pada klien tentang faktor penyebab penyakit.
R/ Pengetahuan dapat mem bantu merubah gaya hidup klien
Berikan pengobatan sesuai indikasi
R/ Terapi pengobatan TBC paru
Dx 1V
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil : Berat badan kembali seperti sebelum sakit.
Intervensi :
Catat dan nilai status klien
R/ Sebagai bahan dasar yang penting dalam melakukan tindakan keperawatan
Tentukan diet klien
R/ Untuk mengidentifikasi kebutuhan yang spesifik dan mengubah diet pasien
Catat penurunan nafsu makan,mual dan muntah
R/ Pilihan diet dan identifikasi dan pemecahan masalah dan kegunaan makanan
Monitor intake dan out put dan timbang berat badan secara periodik
R/ berguna dalam melihat keefektifan nutrisi yang dipenuhi
Ajarkan pasien untuk bedrest / memperkecil aktifitas
R/ Konsumsi O2 selama pernafasan dan meningkatkan tanda-tanda penyakit
Kolaborasi dengan tim medism monitor analisa gas darah
R/ peningkatan tekanan O2 dan penyerapan atau peningkatan CO2 perlu untuk mengubah sistem perawatan
Dx V
Tujuan : Pola nafas efektif
Kriteria hasil : - Klien tdk sesak
- Tidak adanya tarikan intercostae
Intervensi :
Kaji ulang status pernafasan
R/ Penggunaan alat bantu pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan merupakan ketidakmampuan pola nafas menjadi efektif
Kaji TTV
R/ Untuk memantau perubahan suhu, nadi,RR,TD.
Atur posisi klien fowler/semi fowler
R/ Membantu mamaximalkan expansi paru
Berikan penjelasan pada keluarga agar tdk melakukan aktivitas yang berlebihan
R/ Mengurangi pemenuhan kebutuhan O2
Kolaborasi dengan tim medis : monitor AGD
R/ Penurunan Pao2 dan peningkatan PaCO2 merupakan indikasi cara terapi
Dx VI
Tujuan: Pengetahuan orang tua adekuat
Kriteria hasil : Orang tua dapat mengerti proses penyakitnya dan tindakan yang harus dilakukan,perubahan gaya hidup yang lebih baik mengurangi faktor resiko TB
Intervensi :
Nilai kebutuhan klien seperti: gelisah,kelelahan,tingkat partisipasi
R/ Mengetahui kesiapan fisik dan emosi px
Identifikasi gejala-gejala dan segera laporkan ke dokter
R/ Deteksi dini gejala penyakit atau efek samping pemberian obat
Memberikan ionformasi yang spesifik dan tertilis tentang rencana obat
R/ Informasi tertulis mengurangi px untuk mengingat informasi yang terlalu banyak
(4)Implementasi
Di sesuaikan dengan intervensi
(5)Evaluasi
Sesuai dengan kriteria hasil
PADA KASUS TUBERKULOSIS
1. Konsep Dasar Medis
1.1Pengertian
TBC adalah suatu penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh microbacterium tuberculosis, yaitu suatu bakteri tahan asam. yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah
(Suryadi, Rita 2001 : 287)
penyakit tuberkulosis pada bayi dan anak disebut juga tuberkulosis primer dan merupakan suatu penyakit sistemik. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dan mycobacterium bovis (jarang oleh mycobacterium avium).
1.2Etiologi
1.2.1Microbakterium tuberculosa
1.2.2Microbakterium bovis
1.3 Patofisiologi
(1)Masuknya kuman tuberculosisi kedalam tubuh tidak menimbulkan penyakit infeksi ini dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya tuberculosis serta daya than tubuh manusia.
(2)Setelah menghirup basil tuberculosis hidup dalam paru-paru,Maka terjadi eksudasi dan konsulidasi yang terbatas disebut fokus primer.Basil ini akan menyebar,Kemudian histosit mulai mengangkut microoganisme kekelenjar limpe irigional melaui saluran getah bening menuju kelenjar regional dan terbentuk komplek primer dan mengadakan eksudasi sekitar 2-10 (6-8 minggu) pasca infeksi
(3)Terbentuknya komplek primer terjadi pula hipersensitivitas terhadap tuberculo protein yang diketahui melaliu uji tuberculin.Terjadinya infeksi sampai terbentuk komplek primer disebut masa inkubasi
(4)Pada anak lesi itu terjadi diperiver dekat pleura,dan lebih banyak terjadi dilapangan bawah paru.Terdapat pembesaran kelenjar regiaonal serta penyembuhanya lebih bnyan terjadi melalui hematogrin.
(5)Pada reaksi radang leukosit polimorfo nuklear tanpa pada alveoli dan mengfagosit bakteri namun tidak membunuh. Dan basil menyebar kelimfe dan sirkulasi.Beberapa minggu limfosit T menjadi sensitif terhadap organisme TBC dan membebaskan limfokin yang merubah makrofag atau mengaktifkanya.Alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan menimbulkan pneumoni akut.Pneumoni seluler dapat sembuh dengan sendirinya dan tidak ada sisa nekrosis yang tertinggal.
(6)Terdapat 3 macam penyebaran secara patogen secara tubercolosis anak: Penyebaran hematogen tersembunyi timbul gejala atau tanpa gejala, penyebaran hematogen umum, penyebaran lineir,menimbulkan gejala akut kadang kronik,penyebaran hematogen berulang.
Kuman menempel pada bronkial/alveoli
memperbanyak setiap 18-24 jam
↓
Resiko tinggi terjadinya Proliferasi sel epitel di sekitar basil
Infeksi sekunder dan berbentuk dinding antara basil
↓ dan organ yang terinfeksi
Penularan organ ↓
lain Basil menyebar melalui kelenjar getah → Panas meningkat
Bening menuju ke regional dan terutama pada
Menimbulkan reaksi eksudasi malam hari
↓ ↓
Lesi primer menyebabkan kerusakan Gangguan istirahat
Jaringan tidur
↓
Meluas ke seluruh paru-paru Gangguan pertukaran
( bronki + pleura ) gas berhubungan
ersihan jalan napas ↓ dengan kerusakan
tidak efektif Terjadi erosi pembuluh darah membran alveoli
↓ ↓
Basil menyebar ke daerah yang Nafsu makan menurun
dekat dan jauh ↓
Pemenuhan kebutuhan
Tulang Ginjal Otak nutrisi
1.4Tanda dan gejala
1.4.1Gejala umum
Demam, sering kali suhu meningkat pada siang dan malam hari
Mengigil
Keringat malam,akan timbul bila proses akan terjadi
Anoreksia
Lemah badan
1.4.2Tanda fisik
Kelainan parenkim yaitu konsolidasi, fibrosisi, atelektasis
Kelainan saluran nafas, berubah radang dan mukosa disertai dengan penyempitan,terjadi reaksi pleura berupa penebalan atau nyeri pleura
1.5Gambaran Klinis
(1)Gejala klinis
Tidak ada khas dan sangat bervariasi
Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
Dahak
Awalnya bersifat mukosit kemidian mukopurulen sampai purulen dan berubah menjadai kental
Hemoptoe
Bisa berubah garis atau bercak-bercak merah,gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat besar
1.6Diagnosis Tuberkulosis Pada Anak
Diagnosis paling tepat adalah dengan ditemukannya kuman TB dari bahan yang diambil dari penderita, misalnya dahak, bilasan lambung, biopsi, dll. Tetapi pada anak hal ini sulit dan jarang didapat, sehingga sebagian besar diagnosis TB anak didasarkan atas gambaran klinis, gambaran foto rontgen dada dan uji tuberkulin. Untuk itu penting memikirkan adanya TB pada anak kalau terdapat tanda-tanda yang mencurigakan atau gejala-gejala seperti di bawah ini :
(1)Seorang anak harus dicurigai menderita tuberkulosis kalau :
Mempunyai sejarah kontak erat (serumah) dengan penderita TB BTA positif.
Terdapat reaktif kemerahan cepat setelah penyuntikan BCD (dalam 3-7 hari).
Terdapat gejala umum TB.
(2)Gejala Umum TB pada anak :
Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah penanganan gizi yang biak (failure to thrive).
Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat.
Demam lama / berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam.
Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, biasanya multipel, paling sering di daerah leher, ketiak dan lipatan paha (inguinal)
Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri dada.
Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di abdomen, dan tanda-tanda cairan dalam abdomen.
(3)Gejala Spesifik :
Gejala spesifik ini biasanya tergantung pada bagian tubuh mana yang terserang misalnya :
TB kulit / skrofuloderma
TB tulang dan sendi :
Tulang punggung
Tulang panggul (koksitis) : pincang, pembengkakan di pinggul
Tulang lutut : pincang dan / atau bengkak
Tulang kaki dan tangan
TB otak dan saraf :
Meningitis : dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan kesadaran menurn
Gejala mata
Conjungtivitis phlyctenularis
Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi)
Lain-lain
(4)Uji Tuberkulin (Mantoux)
Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux (penyuntikan intra kutan) dengan semprit tuberkulin 1 cc jarum nomor 26. Tuberkulin yang dipakai adalah tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2 TU. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan. Diukur diameter transversal dari indurasi yang terjadi. Ukuran dinyatakan dalam milimeter.
Uji tuberkulin positif bila indurasi > 10 mm (pada gizi baik) atau > 5 mm pada gizi buruk.
Bila uji tuberkulin positif, menunjukkan adanya infeksi TB dan kemungkinan ada TB aktif pada anak. Namun, uji tuberkulin dapat negatif pada anak TB berat dengan anergi (malnutrisi, penyakit sangat berat, pemberian imunosupresif, dll). Jika uji tubekulin meragukan dilakukan uji ulang.
(5)Reaksi Cepat BCG
Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari) berupa kemerahan dan indurasi > 5 mm, maka anak tersebut dicurigai telah terinfeksi mycobacterium tuberculosis.
(6)Foto rontgen dada
Gambaran rontgen TB paru pada anak tidak khas dan interpretasi foto biasanya sulit, harus hati-hati, kemungkinan bisa overdiagnosis atau underdiagnosis. Paling mungkin kalau ditemukan infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal.
Gejala lain dari foto rontgen yang mencurigai TB adalah :
Milier
Atelektasis / kolaps konsolidasi
Infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilius atau paratrakeal
Konsolidasi (lobus)
Reaksi pleura dan atau efusi pleura
Kalsifikasi
Bronkiektasis
Kafitas
“Destroyed lung”
Bila ada diskongruensi antara gambaran klinis dan gambaran rontgen, harus dicurigai TB, foto rontgen dada sebaiknya dilakukan PA (Postero-Anterior) dan lateral, tetapi kalau tidak mungkin PA saja.
(7)pemeriksaan Mikrobiologi dan Serologi
pemeriksaan BTA secara mikroskopis langsung pada anak biasanya dilakukan dari bilasan lambung karena dahak sulit didapat pada anak. Pemeriksaan BTA secara biakan (kultur) memerlukan waktu yang lama.
Cara baru untuk mendeteksi kuman TB dengan cara PCR (Polymery Chain Reaction) atau Bactec masih belum dapat dipakai dalam klinis praktis. Demikian juga pemeriksaan serologis seperti ELISA, PAP, Mycodot dan lain-lain, masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk pemakaian dalam klinis praktis.
(8)Respons terhadap pengobatan dengan OAT
Kalau dalam 2 bulan menggunakan OAT terdapat perbaikan klinis, akan menunjang atau memperkuat diagnosis TB.
Bila dijumpai 3 atau lebih dari hal-hal yang mencurigakan atau gejala-gejala klinis umum tersebut di atas, maka anak tersebut harus dianggap TB dan diberikan pengobatan dengan OAT sambil diobservasi selama 2 bulan. Bila menunjukkan perbaikan, maka diagnosis TB dapat dipastikan dan OAT diteruskan sampai penderita tersebut sembuh. Bila dalam observasi dengan pemberian OAT selama 2 bulan tersebut di atas, keadaan anak memburuk atau tetap, maka anak tersebut bukan TB atau mungkin TB tapi kekebalan obat ganda atau multiple drug resistent (MDR). Anak yang tersangka MDR perlu dirujuk ke rumah sakit untuk mendapat penatalaksanaan spesialistik.
Penting diperhatikan bahwa bila pada anak dijumpai gejala-gejala berupa kejang, kesadaran menurun, kaku kuduk, benjolan di punggung, maka ini merupakan tanda-tanda bahaya. Anak tersebut harus segera dirujuk ke rumah skait untuk penatalaksanaan selanjutnya.
Penjarinan tersangka penderita TB anak bisa berasal dari keluarga penderita BTA positif (kontak serumah), masyarakat (kunjungan Posyandu), atau dari penderita-penderita yang berkunjung ke puskesmas maupun yang langsung ke rumah sakit.
ALUR DETEKSI DINI ATAU RUJUKAN TB ANAK
1.7 Indikasi Pemeriksaan Foto Rontgen Dada
Umumnya diagnosis TB Paru dapat ditegakkan dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis, namun pada kondisi tertentu perlu dilakukan pemeriksaan rontgen.
(1)Suspek dengan BTA Negatif
Setelah diberikan antibiotik spektrum luas tanpa ada perubahan, periksa ulang dahak SPS. Bila hasilnya tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada.
(2)Penderita dengan BTA Positif
Hanya pada sebagian kecil dari penderita dengan hasil pemeriksaan BTA positif, perlu dilakukan pemeriksaan foto rontgen dada bila :
Penderita tersebut diduga mengalami komplikasi, misalnya sesak nafas berat yang memerlukan penanganan khusus (contoh : pneumotorak, pleuritis eksudativa)
Penderita yang sering hemoptisis berat, untuk menyingkirkan kemungkinan bronkiektasis.
Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini pemeriksaan rontgen dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA positif.
1.8Komplikasi
(1)Meningitis
(2)Spondelitis
(3)Pleurolitis
(4)Bronkopneumoni
(5)Atelektasis
1.9Penatalaksanaan ( Dep. Kes , 2000 : 33 )
Program DOTS (Directly Observed Treatment Shotcome)
Terapi medik
(1)Isoniazid
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid dapat membunuh 90 % populasi kuman dalam beberap[a hari pertama pengobatan. Obat ini msangat aktif terhadap kuman dalam keadaan metabolit aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/KgBB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3x seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/KgBB.
(2)Rifampisin
Dosisnya 10-15 Mg/kg Berat badan/Hari diberikan 1x sehari peroral diminum dalam keadaan lambung kosong selama 16-19 jam.
(3)INH
Dosisnya 10-20 Mg/kg berat badan/hari Selam 18-24 bulan
(4)Streptomicin
Bekerja dalam IM Dosisnya 30-50 mg/kg berat badan/hr
(5)Pirazinamid
Dosisnya 30-35 mg/kg/berat badan/hr, peroral,2x sehari selama 4-6 jam
(6)Etambuthal
Dosisnya 30 mg/kg berat badan/hr dalam keadaam kosong 1x sehari selama 1 tahun
(7)Paraamino salisilat
Dosisnya 200-300 mg /kg/berat badan/hr dalam keaadan lambung kosong secara oral 2-3 x sehari
(8)Kortiko steroid
Diberikan bersama dengan obat anti TBC yang masih sensitif terhadap bentuk kortison 10-15 mg/kg/berat badan/hr,Prednison 1-3 mg/kg beerat badan/hr
Jenis dan Dosis Obat TB Anak
Jenis Obat
BB
5-10 kg
BB 10-20 kg
BB 20-33 kg
Isoniasid
50 mg
100 mg
200 mg
Rifampisin
75 mg
150 mg
300 mg
Pirasinamid
< 5 kg
5-10 kg
400 mg
800 mg
100 mg
200 mg
Catatan :
Penderita yang berat badannya kurang dari 5 kg harus dirujuk
1.10Pencegahan TBC
(1)Vaksinasi BCG
(2)Kemoprofilaksis
Dengan INH dosisnya 10 mg/kg berat badan/hr selama 1 tahun
(3)Kebersihan lingkungan dan individu
(4)Pemeriksaan badan secara periodik
(5)Makan makanan yang bergizi dan teratur
2.Asuhan Keperawatan
(1)Pengkajian
Biodata
Terjadi pada semua umur dan rentang pada usia 1-3 tahun, terjadi pada kondisi pada lingkungan yanag lembab,rumah kurang ventilasi, berdebu, sosial ekonomi rendah
Keluhan utama
Batuk dan sesak
Riwayat Penyakit sekarang
Sesak nafas dan batuk kering yang sudah lanjut akan mengeluarkan sekret
Nyeri terjadi bila infiltasi radang sampai kepleura
Nafsu makam menurun dan berat badan menurun
Badan terasa lemah
Keluar keringat dingin pada malam hari
Riwayat penyakit Dahulu
Batuk yang lama
Bronkitis menahun
Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga ada yang menderita penyakit batuk yang lama
DL (Activity daily life)
- Nutrisi : Adnya sesak nafas sehingga nafsu makan menurun
Aktivitas : Bila melakukan aktivitas terjadi sesak
Istirahat : Sulit tidur karena sesak dan batuk.
Personal hygine : Karena sesak terus menerus sehingga kebersihan diri
mengalami ketergantungan. .
Pemeriksaan fisik
Keadaaan umum
Suhu : Sub febris atau panas tinggi yang sering disertai kejang bila meningitis
Nadi : Adanya takikardi
Respirasi : Expirasi memanjang dan terdengar bunyi
Tekanan darah : Kadang-kadang hipotensi
Berat badan : Menurun
Inspeksi.
- Kepala dan leher : Bibir kering dan pucat, pernafasan cuping hidung terjadi bila penyakit sudah berlanjut,keluar keringat dingin terutama pada malam hari .
- Muka : Pucat /sianosis
- Mata : Konjungtiva anemis ,mata cowong
- Mulut : Mukosa bibir kering ,sianosis
- Thorak I : Tarikan otot Bantu pernafasan ,pengembangan pernafasan tak simetris
P : Nyeri tekan pada area yang terinfeksi
P : Pekak
A : Bunyi nafas menurun/tak ada secara bilateral,unilateral,bunyi nafas terbuka/dan atau bisikan pectoral diatas lesi luas diapeks paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek.
- Abdomen I : Abdomen distensi
A : Bising usus menurun
P : Nyeri tekan pada semua kuadran
P : Hypertimpani / pekak
Pemeriksaan laboratorium
Dalam darah ditemukan BTA positif
LED meningkat pada proses aktif
Leokosit meningkat
Hb pada penyakit bertahap disertai gengan anemia sedang
Uji kulit dengan tuberculin
Usia anak 5 tahun uji tuberculin positif pada TBC yang aktif
Pembacaan uji tuberculin 48-72 jam setelah penyuntikan
Undurasi :- 4 mm :Negatif
5-9 mm :Meragukan
10 mm :Positif
Pemeriksaan tes mantoux positif (+)
Dilakukan dengan suntikan IC reaksi local trdiri dari dari
Eritema karena vasodilatasi primer
Edema karena reaksi antara antogen yang di suntikkam dengan antibody
Undurasi yang dibentuk oleh sel mono nukleus
(2)Diagnosa keperawatan
Jalan nafas tidak efektif sehubungan dengan:
Adanya sekret yang kental
Kelelahan
Oden trakea atau laring
Ditandai dengan:
Tidak normalnya frekwensi nafas, irama, dan kedalaman
Tidak normalnya suara nafas
Dispnea
Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan :
- Penurunan fungsi paru
- Kerusakan alveolar membran kapiler
- Adanya sekret yang kental dan lengket
- Odema bronkus
Resiko terjadinya infeksi sekunder sehubungan dengan:
- Inadekuat daya tahan tubuh
- Kerusakan jaringan
- Malnutrisi
- Lingkungan yang kurang bersih
- Kurang pengetahuan tentang penyebab penyakit
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan:
- Kelelahan
- Banyaknya produksi asam
- Sesak nafas
- Nafsu makan menurun
Kurangnya pengetahuan sehubungan dengan:
- Misinterprestasi informasi
- Keterbatasan pengetahuan
- Pemberian informasi yang tidak adekuat
Pola nafas tidak efektif sehubungan dengan batuk dan nyaei dada
(3)Intervensi
Dx I
Tujuan : jalan nafas efektif
Kriteria hasil :
nafas dalam batas normal sesuai dengan tingkatan usia
X-ray tanpa atelektasis
Tidak ada stridor atau suara nafas tambahan
Intervensi:
Kaji fungsi pernafasan seperti suara, frekwensi, irama, kedalaman nafas, batuk, karakteristik
R/ adamya suara nafas tambahan merupakan indikasi adanya akumulasi sekret/ ketidakmampuan membersihkan jalan nafas
Atur posisi semi fowler, bantu klien untuk batuk dan nafas dalam
R/ posisi fowler atau semi fowler membantu memaksimalkan ekspansi paru
Bersihkan sekret dari mulut dan trakea bila perlu menggunakan suction
R/ mencegah infeksi saluran nafas
Jaga pemasukan cairan kurang lebih 2500 ml/hari, kecuali ada kontra indikasi
R/ memasukkan cairan yang banyak membantu pengeluaran sekret sehingga mudah untuk dibersihkan
Lembabkan keringat membran mukosa dan bantu mengencerkan sekret
R/ mencegah keringnya membran mukosa dan mengencerkan sekret
Beri sesuai indikasi seperti martidik agent
R/ mengurangi kekentalan dari sekret paru bronkodilator
Evaluasi tingkat kesadaran dan TTV
R/ akumulasim dari sekret atau gangguan jalan nafas dapat mengganggu oksigenasi dari organ fital dan jaringan
Ajarkan nafas melalui mulut
R/ mencegah kolaps jalan nafas
Kolaborasi dengan tim medik
R/ Untuk menentukan program terapi selanjutnya.
Dx II
Tujuan : Pertukaran gas efektif
Kriteria hasil :
PO2 80-100 mmHg, pco2 35-43 mmHg.
Klien dapat mendemomtrasikan tingkat kebersihan
TTV : TD : 90/70 mmHg
N : 100-120 x/mnt.
S : 365-375 oC
RR : 28-30 x/mnt.
Intervensi :
Nilai adanya dispneau, Takipnea dan jalan nafas yang tidak normal,peningkatan nafas ,penurunan dinding dada dan kelelahannya.
R/ Evaluasi GCS,catat perubahan warna kulit,membran mukosa dan kukunya.
Evaluasi GCS, catat perubahan warna kulit, mwmbran mukosa dan kukunya.
Demontrasikan atau anjurkan klien nafas melalui mulut pada saat expirasi
R/ Mencegah kolaps jalan nafas
Anjurkan pada klien untuk bedrest atau membatasi aktifitas.
R/ Mengurangi kebutuhan pemakaian O2
Monitir AGD
R/ Penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 merupakan indikasi perubahan indikasi
Kolaborasi dengan tim medis
R/ Untuk menentukan program terapi selanjutnya
Dx III
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil
Identifikasi penyebaran infeksi,mendemontrasikan perubahan gaya hidup untuk menciptakan lingkungan yang aman
Leukosit 10.000-12.000
LED ; laki-laki :15 mm/jam, perempuan : 20mm/jam.
Intervensi :
Review patologi dari penyakit,penyebab penyakit melalui bronkus droplet selama batuk atau bersin
R/ Membantu px mengetahui kebutuhan dari pengbatan untuk mencegah komplikasi/mencegah penyebaran infeksi ke orang lain
Identifikasi orang lain yang mempunyai resiko penyakit, seperti anggota keluarga atau teman
R/ Mencegah penyebaran infeksi
Larang klien meludah di sembarang tempat
R/ Mencegah penyebaran penyakit
Monitor TTV
R/ Reaksi panas adalah reaksi adanya reaksi berlanjut
Jelaskan pada klien tentang faktor penyebab penyakit.
R/ Pengetahuan dapat mem bantu merubah gaya hidup klien
Berikan pengobatan sesuai indikasi
R/ Terapi pengobatan TBC paru
Dx 1V
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil : Berat badan kembali seperti sebelum sakit.
Intervensi :
Catat dan nilai status klien
R/ Sebagai bahan dasar yang penting dalam melakukan tindakan keperawatan
Tentukan diet klien
R/ Untuk mengidentifikasi kebutuhan yang spesifik dan mengubah diet pasien
Catat penurunan nafsu makan,mual dan muntah
R/ Pilihan diet dan identifikasi dan pemecahan masalah dan kegunaan makanan
Monitor intake dan out put dan timbang berat badan secara periodik
R/ berguna dalam melihat keefektifan nutrisi yang dipenuhi
Ajarkan pasien untuk bedrest / memperkecil aktifitas
R/ Konsumsi O2 selama pernafasan dan meningkatkan tanda-tanda penyakit
Kolaborasi dengan tim medism monitor analisa gas darah
R/ peningkatan tekanan O2 dan penyerapan atau peningkatan CO2 perlu untuk mengubah sistem perawatan
Dx V
Tujuan : Pola nafas efektif
Kriteria hasil : - Klien tdk sesak
- Tidak adanya tarikan intercostae
Intervensi :
Kaji ulang status pernafasan
R/ Penggunaan alat bantu pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan merupakan ketidakmampuan pola nafas menjadi efektif
Kaji TTV
R/ Untuk memantau perubahan suhu, nadi,RR,TD.
Atur posisi klien fowler/semi fowler
R/ Membantu mamaximalkan expansi paru
Berikan penjelasan pada keluarga agar tdk melakukan aktivitas yang berlebihan
R/ Mengurangi pemenuhan kebutuhan O2
Kolaborasi dengan tim medis : monitor AGD
R/ Penurunan Pao2 dan peningkatan PaCO2 merupakan indikasi cara terapi
Dx VI
Tujuan: Pengetahuan orang tua adekuat
Kriteria hasil : Orang tua dapat mengerti proses penyakitnya dan tindakan yang harus dilakukan,perubahan gaya hidup yang lebih baik mengurangi faktor resiko TB
Intervensi :
Nilai kebutuhan klien seperti: gelisah,kelelahan,tingkat partisipasi
R/ Mengetahui kesiapan fisik dan emosi px
Identifikasi gejala-gejala dan segera laporkan ke dokter
R/ Deteksi dini gejala penyakit atau efek samping pemberian obat
Memberikan ionformasi yang spesifik dan tertilis tentang rencana obat
R/ Informasi tertulis mengurangi px untuk mengingat informasi yang terlalu banyak
(4)Implementasi
Di sesuaikan dengan intervensi
(5)Evaluasi
Sesuai dengan kriteria hasil
PERTUSIS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN KASUS PERTUSIS
1. KONSEP DASAR
1.1Pengertian.
1)Pertusis adalah infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh berdetellah pertusis (Nelson, 2000 : 960)
2)Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh berdetella pertusisa, nama lain penyakit ini adalah Tussisi Quinta, whooping cough, batuk rejan. (Arif Mansjoer, 2000 : 428)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pertusis adalah infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh bordetella pertusis, nama lain penyakit ini adalah tussis Quinta, whooping cough, batuk rejan.
1.2Etiologi.
Kuman bordetella pertusis.
Ciri – ciri :
Merupakan coccobasilus granm negatif.
Berbentuk ovoid.
Memerlukan nutrisis tertentu untuk tumbuh.
Dengan pewarnaan tuluidin blue dapat terlihat granulabipolar metakromatik.
Terdapat kapsul.
Memerlukan suatu media pembenihan yaitu bordet gengou.
Sifat – sifat pertumbuhan :
Kuman aerob murni.
Membentuk asam.
Tidak membentuk gas pada media yang mengandung glukosa dan laktosa.
Sering menimbulkan hemolisis.
Kuman ini menghasilkan 2 macam toksin yaitu :
Toksin tidak tahan panas ( Heat Labile Toxin).
Endotoksin ( Lipopolisakarida).
1.3Patogenesis.
Penularan terutama melalui saluran parnafasan dimana bordoetella pertusis akan terikat pada epitel saluran pernafasan. Kemudian kuman ini akan mengalami multiplikasi disertai pengeluaran toksin sehingga menyebabkan inflamasi, nekrose trakea dan bronkus, mukosa akan mengalami kongesti dan infiltrasi limfoid dan polimorfonukleus leukosit. Disamping itu terjadi hiperplasi dari jaringan limpoid dan bronkial di ikuti oleh proses nekrose yang terjadi pada lapisan basal dan pertengahan epitel bronkus. Lesi ini merupakan tanda khas dari pertusis.
Setelah mikroorganisme terikat pada silia maka fungsi silia akan terganggu, sehingga aliran mukus atau lendir terhambat dan terjadi pengumpulan lendir. Akan menyebabkan ketidakefektifan jalan nafas.
Akibat dari inflamasi dan pengeluaran toksin juga berpengaruh pada general adaptasi sindrom (GAS) dimana pyrogen (baktersemia) mempengaruhi hipotalamus terjadi hipertermia, selain itu juga timbul masalah pada keseimbangan cairan dan nutrisi.
Patofisiologi
Bordetella pertusis
Terikat pada silia
Multiplikasi + Pengeluaran toxin
Inflamasi GAS
Infiltrasi Limfoid & polimorfonukleus leukosit Pyrogen (Baktersimia)
Hiperplasi jaringan limfoid dan broncial Hipotalamus
. Hipertermi
Nekrose epitel trakea & bronkus . Keseimbangan Cairan
. Nutrisi
Aliran muklus tidak lancar jalan nafas tak efektif
Compensasi
Batuk terus Menerus bg. Istirahat tidur
Hiperlakimasi Pendarahan sub conjungtiva
Fotofobi Injuri
Injuri
1.4Manifestasi Klinik.
1) Masa inkubasi atau tunas : 6 – 10 hari ( 7 hari ).
2) Lama sakit : 6 – 8 minggu.
3)Perjalanan klinis penyakit berlangsung dalam 3 stadium.
(1)Stadium kataralis = stadium prodmoral ( 1 – 2 minggu ).
Ditandai dengan:
Batuk ringan terutama pada malam hari
Pilek
Serak
Anoreksia dan
Demam ringan
Stadium ini menyerupai influenza
(2)Stadium spasmodik ( 2 – 4 minggu )
Ditandai dengan :
Batuk semakin berat sehingga pasien gelisah dengan muka merah dan sianotik
Batuk panjang tidak ada inspirasi diantaranya dan diakhiri dengan whoop (tarikan nafas panjang) dan dalam berbunyi melengking
Diakhiri muntah disertai sputum kental
Dapat terjadi perdarahan subkonjungtiva dan epistaksis
Berkeringat pembuluh darah leher dan muka lebar.
(3)Stadium konvalensi ( 1 – 2 minggu ).
Jumlah dan beratnya batuk berkurang
Muntah berkurang
Nafsu makan timbul kembali
1.5Diagnosis.
Didasarkan pada :
1)Anamnesa : pertusis harus dicurigai pada individu yang mempunyai keluhan batuk murni / dominan dan jika tidak demam, malaise / mialoia, eksantema, enantema, nyeri tenggorok, parau, takipnea, mengi dan ronki.
2)Pemerikasaan fisik
3)Pemeriksaan laboratorium :
(1)Pemeriksaan leukositosis.
(2)Pewarnaan fluoresen / uji anti fluoresen langsung.
(3)Serologi.
1.6Diagnosa Banding :
1.6.1Bordetella parapertusis lebih ringan kurang lebih 5% dari penderita pertusis.
1.6.2 Bordetella broncoseptica gejala sama dengan bordetella pertusis, sering pada binatang.
1.6.2Infeksi oleh clamydia.
Penyebab biasanya clamydia trachomatis.
Pada bayi menyebabkan pneumonia olekh karena terkena infeksi dari ibu.
1.6.3Infeksi oleh adenovirus tipe 1, 2, 3, 5.
Gejala hampir sama dengan pertusis seperti pada penyebab penyakit sebelumnya.
1.6.4Trakhea bronkitis.
Adalah suatu sindrom yang terdiri dari batuk, suara paraudan stridor inspiratoir.
1.6.5Bronkiolitis.
Merupakan penyakit infeksi paru akut ditandai dengan whizing ekspirator obstruksi broncioli.
1.6.6Infeksi bordetellah broncoseptica gejala sama dengan bordetella pertusis sering pada binatang
1.7Komplikasi.
1.7.1Pada saluran nafas.
1)Broncopneumonia.
2)otitis media sering pada bayi dan infeksi skunder ( pneumoni ).
3)Bronkitis.
4)Atelektasis.
5)Empisema pulmonum.
6)Bronkiektasis.
7)Aktivase tubercolusa.
1.7.2Pada sistem saraf pusat.
1)Kejang, kongesti
2)Edema otak
3)Perdarahan otak
1.7.3Pada sistem pencernaan.
1)Muntah berat.
2)Prolaps rectum ( hernia umbilikus serta inguinalis ).
3)Ulkus pada frenulum lidah.
4)Stomatitis.
5)Emasiasi
1.7.4Komplikasi yang lain.
1)Epistaksis
2)Hemaptisis
3)Perdarahan sub konjungtiva
1.8Pengobatan.
1.8.1Terapi Kausal.
1)Anti Mikroba.
Agen anti mikroba diberikan karen kemungkinan manfaat klinis dan membatasi penyebaran infeksi. Entromisin 40 – 50 mg/kg/34 jam secara oral dalam dosis terbagi empat (max. 29/24 jam) selama 14 hari merupakan pengobatan baku. Beberapa pakar lebih menyukai preparat estolat tetapi etil suksinal dan stearat juga manjur.
2)Salbutamol.
Cara kerja salbutamol :
(1)Stimulan Beta 2 adrenalgik.
(2)Mengurangi proksimal.
(3)Mengurangi frekwensi apnea
Dosis yang dianjurkan 0,3 – 0,5 mg / kg BB / hari di bagi dalam 3 dosis.
3)Globulin imun pertusis
Hiperimun serum dosis intramuskuler besar, rejan sangat berkurang pada bayi yang diobati pada minggu pertama, penggunaan preparat imunoglobulin jenis apapun tidak dibenarkan.
1.8.2Terapi suportif (Perawatan Pendukung).
1)Lingkungan perawatan pasien yang tenang.
2)Pembersihan jalan nafas .
3)Istirahat yang cukup.
4)Oksigen terutama pada serangan batuk yang hebat disertai sianosis.
5)Nutrisi yang cukup, hindari makanan yang sulit ditelan. Bila penderita muntah-muntah sebaiknya diberikan cairan dan elektrolit secara parentral.
1.9Pencegahan.
Imunisasi alotif diberikan vaksin pertusis yang terdiri dari kuman bordetella pertusis yang telah dimatikan untuk mendapatkan imunitea aktif.
Vaksin pertusis diberikan bersama-sama dengan vaksin difteri dan tetanus dosis pada imunisasi dasar dianjurkan 12 IU dan diberikan pada umur 2 bulan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa vaksinasi pertusis sudah dapat diberikan pada umur 1 bulan dengan hasil yang baik. Sedang waktu epidemi diberikan lebih awal lagi yaitu umur 2 – 4 minggu.
1.10Prognosis.
Prognosis tergantung ada tidaknya komplikasi paru dan susunan saraf yang sangat berbahaya khususnya pada bayi dan anak kecil.
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian.
1)Identitas ( Ngastiyah, 1997 ; 32 )
(1) Mengenai semua golongan umur, terbanyak mengenai anak umur 1-5th
(2) Lebih banyak anak wanita dari pada anak laki –laki.
2)Keluhan Utama.
Batuk disertai muntah.
3)Riwayat Penyakit Sekarang.
Batuk makin lama makin bertambah berat dan diikuti dengan muntah terjadi siang dan malam. Awalnya batuk dengan lendir jernih dan cair diseratai panas ringan, lama–kelamaan batuk bertambah hebat (bunyi nyaring) dan sering, maka tampak benjolan, lidah menjulur dan dapat terjadi pendarahan sub conjungtiva.
4)Riwayat Penyakit Dahulu.
(1)Adanya gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas.
(2)Batuk dan panas ringan, batuk mula-mula timbul pada malam hari, kemudian siang hari dan menjadi hebat.
5)Riwayat Penyakit Keluarga.
Dalam keluarga atau lingkungan sekitarnya, biasanya didapatkan ada yang menderita penyakit pertusis.
6)ADL.
(1) Nutrisi : muntah, anoreksia.
(2) Aktivitas : pada stadium akut paroksimal terjadi lemas /
lelah.
(3) Istirahat tidur : terganggu, akibat serangan batuk panjang dan
berulang-ulang.
(4) Personal hygiene : lidah menjulur keluar dan gelisah yang
berakibat keluar liur berlebihan.
(5) Eliminasi : sering terberak-berak, terkencing-kencing
bila sedang batuk.
7. Pemeriksaan fisik.
(1) Keadaan umum : Saat batuk mata melotot, lidah menjulur, batuk dalam waktu yang lama dan berkeringat.
(2) Kepala : Tampak pelebaran pembuluh darah yang jelas dikepala dan leher, mata tampak menonjol, lidah menjulur pendarahan sub conjungtiva dan sklera, hiperlokrimasi muka merah, cyanosis, terjadi pada fase akut paroksimal.
(3) Dada : Terdapat tarikan otot bantu pernafasan dengan cepat diikuti whezing inspirasi
(4) Abdomen : Terdapat distensi abdomen .
8. Pemeriksaan penunjang
(1)Melakukan pemeriksan hapusan skret di nasofaring / lender yang dimuntahkan.
(2) Pada hapusan darah tepi akan dijumpai (20.000 – 50.000 sel / mm3 darah) dengan limfositosis yang predominan ( 60 %).
(3) Pemeriksaan serologis (imunofluorecent antibody) yaitu untuk mengetahui ada tidaknya kuman.
2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul.
1)Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan dari sekresi lendir, skunder terhadap fungsi silia / kerusakan epitel saluran nafas.
2)Ganggaun pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan muntah yang lebih dan anoreksi.
3)Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat (tidur) berhubungan dengan serangan batuk panjang dan berulang-ulang.
4)Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit, diit, perawatan dan obat – obatan pasien berhubungan dengan kurangnya informasi.
5)Hipertermia / peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan invasi kuman.
2.3 Intervensi.
2.3.1 Dx Kep I
Tujuan : Bersihan jalan nafas anak efektif kembali
Kriteria Hasil : - Ketiadaan peristiwa batuk spasmodik
Suara nafas yang vesikular
Intervensi :
(1)Kaji dan catat dibawah ini setiap 4 jam
Suara tenggorokan
Peristiwa batuk dan penyebabnya
Tanda dan gejala dari jalan nafas yang tidak efektif
Kesukaran pernafasan
Rasional :
Mengetahui setiap perubahab yang terjadi guna menentukan tindakan selanjutnya
(2)Hisap dengan hati – hati jika bayi / anak tidak mampu membersikan dalam nafas.
Rasional :
Dengan mengurangi sekret diharapkan proses pembersihan mukus/ sekret dapat efektif kembali.
(3)Catat frekwensi jumlah dan karakteristik dari sekret.
Rasional :
mengetahui keefektisitasan dan kemajuan dari setiap tindakan yang diberikan.
(4)Kaji dan catat pengetahuan keluarga dan partisipasinya dalam perawatan.
Rasional :
Mengetahui sejahu mana pengetahuan dan partisipasi keluarga dalam peran perawatan pasien.
(5)Anjurkan keluarga memberikan lingkungan yang tenang .
Rasional :
Lingkungan yang tenang merupakan sebagaian dari trapi suportif yang memberikan rasa aman dan nyaman bagi pasien.
2.3.2 Dx Kep II.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil : Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan
Porsi yang dibutuhkan / diberikan.
Intervensi :
(1) Kaji keluhan muntah dan anoreksia yang dialami klien.
Rasional :
Mengetahui / menetapkan cara menentukan tindakan perawatan dan cara
Mengatasinya.
(2) Berikan makanan yang tidak terlalu asin dan makanan yang tidak digoreng.
Rasional :
Makanan yang asin dan digoreng dapat meerangsang batuk.
(3) Berikan makanan / minuman setiap habis batuk dan muntah.
Rasional :
Pemberian makanan dan minuman setelah batuk dan muntah membantu memenuhi kebutuhan nutrisi.
(4) Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh klien.
Rasional :
Mengetahui sejkauh mana pemenuhan nutrisi klien.
(5) Timbang BB klien tiap hari.
Rasional :
Mengetahui status gizi klien.
(6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberiaan nutrisi parenteral.
Rasional :
Nutrisi parenteral sangan dibutuhkan oleh klien terutama jika intake peroral sangat minim.
2.3.3 Dx. Kep III.
Tujuan : Kebutuhan istirahat terpenuhi.
Kriteria Hasil : klien dapat istirahat dengan tenang.
Intervensi :
(1)Temani dan bantu bila anak muntah.
Rasional :
Dengan ditemani dan dibantu pada saat muntah akan menghilangkan kegelisahan dan kecemasan anak.
(2) Batasi aktivitas fisik dan hindarkan anak dari stress emosional (menangis, sedih, dan bercanda yang berlebihan) .
Rasional :
Pembatasan aktivitas fisik dan stress emosional penting untuk menghindarkan adanya penyebab serangan batuk.
(3) Berikan informasi setelah anak mendapat serangan dan sudah reda .
Rasional :
Informasi dapat diterima dengan mudah dan cepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
(4) Hindarkan sikap yang menunjukkan kekesalan.
Rasional :
Menunjukkan sikap kekesalan pada anak akan membuat anak ketakutan.
2.3.4 Dx Kep IV.
Tujuan : Pengetahuan keluarga tentang proses panyakit, diit, perawatan dan obat – obatan bagi klien pertusis meningkat.
Kriteria Hasil : Keluarga mampu menceritakan kembali tentang proses penyakit, diie, perawatan dan obat – obatan bagi klien Pertusis.
Intervensi :
(1) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit pertusis.
Rasional :
Mengetahui sejauh mana informasi / pengetahuan tentang penyakit yang.
didapatkan sebelumnya.
(2) Kaji latar belakang pendidikan keluarga.
Rasional :
Memberikan penjelasan sesuai dangan tingkat pendidikan mereka sehingga penjelasan dapat dipahami.
(3) Jelaskan tentang proses penyakit, diit, perawatan dan obat – obatan klien dengan bahasa dan kata – kata yang mudah di mengerti.
Rasional :
Informasi dapat diterima dengan mudah dan cepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
(4) Jelaskan pada klien / keluarga semua prosedur yang akan dilakukan dan manfaatnya bagi klien.
Rasional :
Klien / keluarga lebih kooperatif dan kecemasannya menurun.
(5) Anjurkan kepada keluarga untuk bertanya hal – hal yang ingin diketahui berhubungan dengan penyakit yang dialami klien.
Rasional :
Mengurangi kecemasan dan memotivasi untuk kooperatif selama masih dalam perawatan / penyembuhan.
2.4 Pelaksanaan.
Tindakan keperawatan anak dengan pertusisi di dasarkan pada rencana yang telah ditentukan dengan prinsip :
1)menghisap dengan hati –hati jika bayi / anak tidak mampu membersihkan jalan nafas.
2)Memberikan makanan yang tidak terlalu asin dan makanan yang tidak di goreng.
3)Memberikan makanan / minuman setiap habis batuk dan muntah .
4)Membatasi aktivitas fisik dan menghindarkan anak dari stress emosional .
5)Menjelaskan proses penyakit, diit, perawatan dan obat – obatan klien.
6)Menjelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dan manfaatnya bagi klien.
2.5 Evaluasi.
Setelah tindakan keperawatan dilakukan , evaluasi proses dan hasil mengacu pada kriteria evaluasi yang telah ditentukan pada masing – masing keperawatan sehingga:
1)Masalah teratasi atau tujuan tercapai.
2)Masalah teratasi sebagian atau tujuan teratasi sebagian.
3)Masalah tidak teratasi atau tujuan tidak tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Nelson, (1985), Ilmu Kesehatan Anak II, EGC , Jakarta.
DENGAN KASUS PERTUSIS
1. KONSEP DASAR
1.1Pengertian.
1)Pertusis adalah infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh berdetellah pertusis (Nelson, 2000 : 960)
2)Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh berdetella pertusisa, nama lain penyakit ini adalah Tussisi Quinta, whooping cough, batuk rejan. (Arif Mansjoer, 2000 : 428)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pertusis adalah infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh bordetella pertusis, nama lain penyakit ini adalah tussis Quinta, whooping cough, batuk rejan.
1.2Etiologi.
Kuman bordetella pertusis.
Ciri – ciri :
Merupakan coccobasilus granm negatif.
Berbentuk ovoid.
Memerlukan nutrisis tertentu untuk tumbuh.
Dengan pewarnaan tuluidin blue dapat terlihat granulabipolar metakromatik.
Terdapat kapsul.
Memerlukan suatu media pembenihan yaitu bordet gengou.
Sifat – sifat pertumbuhan :
Kuman aerob murni.
Membentuk asam.
Tidak membentuk gas pada media yang mengandung glukosa dan laktosa.
Sering menimbulkan hemolisis.
Kuman ini menghasilkan 2 macam toksin yaitu :
Toksin tidak tahan panas ( Heat Labile Toxin).
Endotoksin ( Lipopolisakarida).
1.3Patogenesis.
Penularan terutama melalui saluran parnafasan dimana bordoetella pertusis akan terikat pada epitel saluran pernafasan. Kemudian kuman ini akan mengalami multiplikasi disertai pengeluaran toksin sehingga menyebabkan inflamasi, nekrose trakea dan bronkus, mukosa akan mengalami kongesti dan infiltrasi limfoid dan polimorfonukleus leukosit. Disamping itu terjadi hiperplasi dari jaringan limpoid dan bronkial di ikuti oleh proses nekrose yang terjadi pada lapisan basal dan pertengahan epitel bronkus. Lesi ini merupakan tanda khas dari pertusis.
Setelah mikroorganisme terikat pada silia maka fungsi silia akan terganggu, sehingga aliran mukus atau lendir terhambat dan terjadi pengumpulan lendir. Akan menyebabkan ketidakefektifan jalan nafas.
Akibat dari inflamasi dan pengeluaran toksin juga berpengaruh pada general adaptasi sindrom (GAS) dimana pyrogen (baktersemia) mempengaruhi hipotalamus terjadi hipertermia, selain itu juga timbul masalah pada keseimbangan cairan dan nutrisi.
Patofisiologi
Bordetella pertusis
Terikat pada silia
Multiplikasi + Pengeluaran toxin
Inflamasi GAS
Infiltrasi Limfoid & polimorfonukleus leukosit Pyrogen (Baktersimia)
Hiperplasi jaringan limfoid dan broncial Hipotalamus
. Hipertermi
Nekrose epitel trakea & bronkus . Keseimbangan Cairan
. Nutrisi
Aliran muklus tidak lancar jalan nafas tak efektif
Compensasi
Batuk terus Menerus bg. Istirahat tidur
Hiperlakimasi Pendarahan sub conjungtiva
Fotofobi Injuri
Injuri
1.4Manifestasi Klinik.
1) Masa inkubasi atau tunas : 6 – 10 hari ( 7 hari ).
2) Lama sakit : 6 – 8 minggu.
3)Perjalanan klinis penyakit berlangsung dalam 3 stadium.
(1)Stadium kataralis = stadium prodmoral ( 1 – 2 minggu ).
Ditandai dengan:
Batuk ringan terutama pada malam hari
Pilek
Serak
Anoreksia dan
Demam ringan
Stadium ini menyerupai influenza
(2)Stadium spasmodik ( 2 – 4 minggu )
Ditandai dengan :
Batuk semakin berat sehingga pasien gelisah dengan muka merah dan sianotik
Batuk panjang tidak ada inspirasi diantaranya dan diakhiri dengan whoop (tarikan nafas panjang) dan dalam berbunyi melengking
Diakhiri muntah disertai sputum kental
Dapat terjadi perdarahan subkonjungtiva dan epistaksis
Berkeringat pembuluh darah leher dan muka lebar.
(3)Stadium konvalensi ( 1 – 2 minggu ).
Jumlah dan beratnya batuk berkurang
Muntah berkurang
Nafsu makan timbul kembali
1.5Diagnosis.
Didasarkan pada :
1)Anamnesa : pertusis harus dicurigai pada individu yang mempunyai keluhan batuk murni / dominan dan jika tidak demam, malaise / mialoia, eksantema, enantema, nyeri tenggorok, parau, takipnea, mengi dan ronki.
2)Pemerikasaan fisik
3)Pemeriksaan laboratorium :
(1)Pemeriksaan leukositosis.
(2)Pewarnaan fluoresen / uji anti fluoresen langsung.
(3)Serologi.
1.6Diagnosa Banding :
1.6.1Bordetella parapertusis lebih ringan kurang lebih 5% dari penderita pertusis.
1.6.2 Bordetella broncoseptica gejala sama dengan bordetella pertusis, sering pada binatang.
1.6.2Infeksi oleh clamydia.
Penyebab biasanya clamydia trachomatis.
Pada bayi menyebabkan pneumonia olekh karena terkena infeksi dari ibu.
1.6.3Infeksi oleh adenovirus tipe 1, 2, 3, 5.
Gejala hampir sama dengan pertusis seperti pada penyebab penyakit sebelumnya.
1.6.4Trakhea bronkitis.
Adalah suatu sindrom yang terdiri dari batuk, suara paraudan stridor inspiratoir.
1.6.5Bronkiolitis.
Merupakan penyakit infeksi paru akut ditandai dengan whizing ekspirator obstruksi broncioli.
1.6.6Infeksi bordetellah broncoseptica gejala sama dengan bordetella pertusis sering pada binatang
1.7Komplikasi.
1.7.1Pada saluran nafas.
1)Broncopneumonia.
2)otitis media sering pada bayi dan infeksi skunder ( pneumoni ).
3)Bronkitis.
4)Atelektasis.
5)Empisema pulmonum.
6)Bronkiektasis.
7)Aktivase tubercolusa.
1.7.2Pada sistem saraf pusat.
1)Kejang, kongesti
2)Edema otak
3)Perdarahan otak
1.7.3Pada sistem pencernaan.
1)Muntah berat.
2)Prolaps rectum ( hernia umbilikus serta inguinalis ).
3)Ulkus pada frenulum lidah.
4)Stomatitis.
5)Emasiasi
1.7.4Komplikasi yang lain.
1)Epistaksis
2)Hemaptisis
3)Perdarahan sub konjungtiva
1.8Pengobatan.
1.8.1Terapi Kausal.
1)Anti Mikroba.
Agen anti mikroba diberikan karen kemungkinan manfaat klinis dan membatasi penyebaran infeksi. Entromisin 40 – 50 mg/kg/34 jam secara oral dalam dosis terbagi empat (max. 29/24 jam) selama 14 hari merupakan pengobatan baku. Beberapa pakar lebih menyukai preparat estolat tetapi etil suksinal dan stearat juga manjur.
2)Salbutamol.
Cara kerja salbutamol :
(1)Stimulan Beta 2 adrenalgik.
(2)Mengurangi proksimal.
(3)Mengurangi frekwensi apnea
Dosis yang dianjurkan 0,3 – 0,5 mg / kg BB / hari di bagi dalam 3 dosis.
3)Globulin imun pertusis
Hiperimun serum dosis intramuskuler besar, rejan sangat berkurang pada bayi yang diobati pada minggu pertama, penggunaan preparat imunoglobulin jenis apapun tidak dibenarkan.
1.8.2Terapi suportif (Perawatan Pendukung).
1)Lingkungan perawatan pasien yang tenang.
2)Pembersihan jalan nafas .
3)Istirahat yang cukup.
4)Oksigen terutama pada serangan batuk yang hebat disertai sianosis.
5)Nutrisi yang cukup, hindari makanan yang sulit ditelan. Bila penderita muntah-muntah sebaiknya diberikan cairan dan elektrolit secara parentral.
1.9Pencegahan.
Imunisasi alotif diberikan vaksin pertusis yang terdiri dari kuman bordetella pertusis yang telah dimatikan untuk mendapatkan imunitea aktif.
Vaksin pertusis diberikan bersama-sama dengan vaksin difteri dan tetanus dosis pada imunisasi dasar dianjurkan 12 IU dan diberikan pada umur 2 bulan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa vaksinasi pertusis sudah dapat diberikan pada umur 1 bulan dengan hasil yang baik. Sedang waktu epidemi diberikan lebih awal lagi yaitu umur 2 – 4 minggu.
1.10Prognosis.
Prognosis tergantung ada tidaknya komplikasi paru dan susunan saraf yang sangat berbahaya khususnya pada bayi dan anak kecil.
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian.
1)Identitas ( Ngastiyah, 1997 ; 32 )
(1) Mengenai semua golongan umur, terbanyak mengenai anak umur 1-5th
(2) Lebih banyak anak wanita dari pada anak laki –laki.
2)Keluhan Utama.
Batuk disertai muntah.
3)Riwayat Penyakit Sekarang.
Batuk makin lama makin bertambah berat dan diikuti dengan muntah terjadi siang dan malam. Awalnya batuk dengan lendir jernih dan cair diseratai panas ringan, lama–kelamaan batuk bertambah hebat (bunyi nyaring) dan sering, maka tampak benjolan, lidah menjulur dan dapat terjadi pendarahan sub conjungtiva.
4)Riwayat Penyakit Dahulu.
(1)Adanya gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas.
(2)Batuk dan panas ringan, batuk mula-mula timbul pada malam hari, kemudian siang hari dan menjadi hebat.
5)Riwayat Penyakit Keluarga.
Dalam keluarga atau lingkungan sekitarnya, biasanya didapatkan ada yang menderita penyakit pertusis.
6)ADL.
(1) Nutrisi : muntah, anoreksia.
(2) Aktivitas : pada stadium akut paroksimal terjadi lemas /
lelah.
(3) Istirahat tidur : terganggu, akibat serangan batuk panjang dan
berulang-ulang.
(4) Personal hygiene : lidah menjulur keluar dan gelisah yang
berakibat keluar liur berlebihan.
(5) Eliminasi : sering terberak-berak, terkencing-kencing
bila sedang batuk.
7. Pemeriksaan fisik.
(1) Keadaan umum : Saat batuk mata melotot, lidah menjulur, batuk dalam waktu yang lama dan berkeringat.
(2) Kepala : Tampak pelebaran pembuluh darah yang jelas dikepala dan leher, mata tampak menonjol, lidah menjulur pendarahan sub conjungtiva dan sklera, hiperlokrimasi muka merah, cyanosis, terjadi pada fase akut paroksimal.
(3) Dada : Terdapat tarikan otot bantu pernafasan dengan cepat diikuti whezing inspirasi
(4) Abdomen : Terdapat distensi abdomen .
8. Pemeriksaan penunjang
(1)Melakukan pemeriksan hapusan skret di nasofaring / lender yang dimuntahkan.
(2) Pada hapusan darah tepi akan dijumpai (20.000 – 50.000 sel / mm3 darah) dengan limfositosis yang predominan ( 60 %).
(3) Pemeriksaan serologis (imunofluorecent antibody) yaitu untuk mengetahui ada tidaknya kuman.
2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul.
1)Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan dari sekresi lendir, skunder terhadap fungsi silia / kerusakan epitel saluran nafas.
2)Ganggaun pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan muntah yang lebih dan anoreksi.
3)Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat (tidur) berhubungan dengan serangan batuk panjang dan berulang-ulang.
4)Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit, diit, perawatan dan obat – obatan pasien berhubungan dengan kurangnya informasi.
5)Hipertermia / peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan invasi kuman.
2.3 Intervensi.
2.3.1 Dx Kep I
Tujuan : Bersihan jalan nafas anak efektif kembali
Kriteria Hasil : - Ketiadaan peristiwa batuk spasmodik
Suara nafas yang vesikular
Intervensi :
(1)Kaji dan catat dibawah ini setiap 4 jam
Suara tenggorokan
Peristiwa batuk dan penyebabnya
Tanda dan gejala dari jalan nafas yang tidak efektif
Kesukaran pernafasan
Rasional :
Mengetahui setiap perubahab yang terjadi guna menentukan tindakan selanjutnya
(2)Hisap dengan hati – hati jika bayi / anak tidak mampu membersikan dalam nafas.
Rasional :
Dengan mengurangi sekret diharapkan proses pembersihan mukus/ sekret dapat efektif kembali.
(3)Catat frekwensi jumlah dan karakteristik dari sekret.
Rasional :
mengetahui keefektisitasan dan kemajuan dari setiap tindakan yang diberikan.
(4)Kaji dan catat pengetahuan keluarga dan partisipasinya dalam perawatan.
Rasional :
Mengetahui sejahu mana pengetahuan dan partisipasi keluarga dalam peran perawatan pasien.
(5)Anjurkan keluarga memberikan lingkungan yang tenang .
Rasional :
Lingkungan yang tenang merupakan sebagaian dari trapi suportif yang memberikan rasa aman dan nyaman bagi pasien.
2.3.2 Dx Kep II.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil : Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan
Porsi yang dibutuhkan / diberikan.
Intervensi :
(1) Kaji keluhan muntah dan anoreksia yang dialami klien.
Rasional :
Mengetahui / menetapkan cara menentukan tindakan perawatan dan cara
Mengatasinya.
(2) Berikan makanan yang tidak terlalu asin dan makanan yang tidak digoreng.
Rasional :
Makanan yang asin dan digoreng dapat meerangsang batuk.
(3) Berikan makanan / minuman setiap habis batuk dan muntah.
Rasional :
Pemberian makanan dan minuman setelah batuk dan muntah membantu memenuhi kebutuhan nutrisi.
(4) Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh klien.
Rasional :
Mengetahui sejkauh mana pemenuhan nutrisi klien.
(5) Timbang BB klien tiap hari.
Rasional :
Mengetahui status gizi klien.
(6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberiaan nutrisi parenteral.
Rasional :
Nutrisi parenteral sangan dibutuhkan oleh klien terutama jika intake peroral sangat minim.
2.3.3 Dx. Kep III.
Tujuan : Kebutuhan istirahat terpenuhi.
Kriteria Hasil : klien dapat istirahat dengan tenang.
Intervensi :
(1)Temani dan bantu bila anak muntah.
Rasional :
Dengan ditemani dan dibantu pada saat muntah akan menghilangkan kegelisahan dan kecemasan anak.
(2) Batasi aktivitas fisik dan hindarkan anak dari stress emosional (menangis, sedih, dan bercanda yang berlebihan) .
Rasional :
Pembatasan aktivitas fisik dan stress emosional penting untuk menghindarkan adanya penyebab serangan batuk.
(3) Berikan informasi setelah anak mendapat serangan dan sudah reda .
Rasional :
Informasi dapat diterima dengan mudah dan cepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
(4) Hindarkan sikap yang menunjukkan kekesalan.
Rasional :
Menunjukkan sikap kekesalan pada anak akan membuat anak ketakutan.
2.3.4 Dx Kep IV.
Tujuan : Pengetahuan keluarga tentang proses panyakit, diit, perawatan dan obat – obatan bagi klien pertusis meningkat.
Kriteria Hasil : Keluarga mampu menceritakan kembali tentang proses penyakit, diie, perawatan dan obat – obatan bagi klien Pertusis.
Intervensi :
(1) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit pertusis.
Rasional :
Mengetahui sejauh mana informasi / pengetahuan tentang penyakit yang.
didapatkan sebelumnya.
(2) Kaji latar belakang pendidikan keluarga.
Rasional :
Memberikan penjelasan sesuai dangan tingkat pendidikan mereka sehingga penjelasan dapat dipahami.
(3) Jelaskan tentang proses penyakit, diit, perawatan dan obat – obatan klien dengan bahasa dan kata – kata yang mudah di mengerti.
Rasional :
Informasi dapat diterima dengan mudah dan cepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
(4) Jelaskan pada klien / keluarga semua prosedur yang akan dilakukan dan manfaatnya bagi klien.
Rasional :
Klien / keluarga lebih kooperatif dan kecemasannya menurun.
(5) Anjurkan kepada keluarga untuk bertanya hal – hal yang ingin diketahui berhubungan dengan penyakit yang dialami klien.
Rasional :
Mengurangi kecemasan dan memotivasi untuk kooperatif selama masih dalam perawatan / penyembuhan.
2.4 Pelaksanaan.
Tindakan keperawatan anak dengan pertusisi di dasarkan pada rencana yang telah ditentukan dengan prinsip :
1)menghisap dengan hati –hati jika bayi / anak tidak mampu membersihkan jalan nafas.
2)Memberikan makanan yang tidak terlalu asin dan makanan yang tidak di goreng.
3)Memberikan makanan / minuman setiap habis batuk dan muntah .
4)Membatasi aktivitas fisik dan menghindarkan anak dari stress emosional .
5)Menjelaskan proses penyakit, diit, perawatan dan obat – obatan klien.
6)Menjelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dan manfaatnya bagi klien.
2.5 Evaluasi.
Setelah tindakan keperawatan dilakukan , evaluasi proses dan hasil mengacu pada kriteria evaluasi yang telah ditentukan pada masing – masing keperawatan sehingga:
1)Masalah teratasi atau tujuan tercapai.
2)Masalah teratasi sebagian atau tujuan teratasi sebagian.
3)Masalah tidak teratasi atau tujuan tidak tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Nelson, (1985), Ilmu Kesehatan Anak II, EGC , Jakarta.
ASHMA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN ASHMA
1.KONSEP DASAR MEDIS
1.1 PENGERTIAN
1.Asma ialah: Penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas sangat mudah untuk bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manisfestasi berupa serangan asma.Kelainan yang di dapatkan ialah:
1) Otot broncus akan mengkerut(terjadi pengkerutan)
2) Selaput lendir broncus edema
3) Produksi lendir makin banyak,lengket dan kental sehingga ketiga hal tersebut menyebabkan saluran lubang broncus menjadi semput dan anak akan batuk bahkan dapat sampai sesak nafas.Serangan demikian dapat hilang sendiri atau hilang dengan pertolongan obat.(Ngastiyah,1997:66)
2.Asma ialah : Menyebabkan penyakit kronik pada anak-anak,mempengaruhi anak-anak terutama pada usia 2 sampai 8 tahun dan lebih banyak mempengaruhi anak laki-laki di banding dengan anak perempuan.. (Adele Pillitteri,2002:269)
3.Asma ialah : Mengi berulang dan / atau batuk persisten dalam keadaan dimana asama adalah yang paling mungkin,sedangkan sebab lain yang jarang telah di singkirkan.(Kapita selekta kedokteran, jilid 2, 2000:461)
4.Asma ialah : suatu penyakit obstruksi pada jalan nafas secara resibel yanf di tandai dengan bronchospasme,inflamasi,dan peningkatan reaksi jalan nafas terhadap berbagai stimulan.(Suriadi,2001:7)
5. Suatu penyakit pernafasan yang ditandai dengan bronchospasme, inflamasi dan peningkatan reakasi jalan nafas terhadap berbagai stimulan yang dapat menyebabkan penyakit kronik pada anak terutama pada usia 2 – 8 tahun dan lebih banyak pada anak laki-laki.
1.2 ETIOLOGI
Penyebab asama masih belum jelas.di duga yang memegang peranan utama ialah reaksi berlebihan dari trakea dan broncus (hiperreaktivitas broncus)
Faktor pencetusnya adalah :
1.Faktor ekstrinsik
Alegen
Setiap macam zat yang dapat menimbulkan (menyebabkan) reaksi munologik bisa menimbulkan keadaan hypersensitivitas. Pada umumnya antigen (alegen). Penting pada asma anak adalah bentuk tertentu extrak protein.Sensitisasi tergantung pada lama dan insensitas berhubungan dengan bahan alegen, misal : debu rumah, bulu binatang. Berhubungan dengan umur, misal: semakin bertambahnya umur makin banyak alegen pencetusnya.
2.Faktor ekstrinsik
1)Infeksi
Virus yang menyebabkan ialah respiratory syncytial virus (RSV) dan virus prainfluenza. Kadang-kadang karena bakteri misalnya perfusis dan streptokokus.Jamur misalnya aspergillius dan parasut seprti askaris.
2)Iritan
Hairspray, minyak wangi, obat semprot, asap rokok, bau tajam dari cat, SO2, dan polutan udara lainnya dapat memacu serangan asama. Iritasi hidung dan batuk sendiri dapat menimbulkan reflek bronkokontriksi.
3)Cuaca
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembapan udara di hubungkan dengan Percepatan dan terjadinya serangan asma..
4)Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani berat misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan asma, bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus. Pasien dengan faal paru dibawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani.
5)Infeksi saluran nafas
Infeksin virus pada sinusitis, baik sinusitis akut maupun kronikdapat memudahkan terjadinya asma pada anak. Rinitis alergika dapat memberatkan asma melalui mekanisme iritasi atau reflek.
3. Faktor Psikis
Tidak adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui persoalan yang berhubungan dengan asma oleh anak sendiri / keluarganya akan menggagalkan usaha pencegahan,sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau hari depan anak juga dapat memperberat serangan asma.
1.3 PATOFISIOLOGI
1)Asma pada anak terjadi karena ada penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.
2)Dengan adanya bahan iritasi atau allergent otot-otot broncus menjadi spasme dan zat antibody tubuh muncul (immunoglobulin E atau I gE) dengan adanya alergi IgE di munculkan pada receptor sel mast yang menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya.Mediator tersebut akan memberikan gejala asma.
3)Respon asma terjadi dalam tiga tahap; tahap immediate yang di tandai dengan bronkokonstriksi (1-2 jam), tahap delayet dimana bronkokontriksi dapat berulang dalam 4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama, tahap late yang di tandai dengan peradangan dalam hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan.
4)Asthma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan udara dingin.
5)Selama serangan asthmatik bronkiolus menjadi meradang dan peningkatan sekresi mokus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan distress pernafasan.
6)Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena edema pada jalan nafas. Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi O2, sehingga terjadi penurunan PO2 (hypoxia). Selama serangan asthmatic CO2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selama resistensi, dan menyebabkan acidosis respifatory dan hyperapnea. Kemudian system pernafasan akan mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea), kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah (hypocapnea)
Patofisiologi
1.4 TANDA DAN GEJALA
1)Wheezing
2)Dypsnea
3)Batuk kering (tidak produktif)
4)tachypnea orthopnea
5)Gelisah
6)Diaphorosis
7)Nyeri pada abdomen
8)Sianosis
9)Perubahan tingkat kesadaran
1.5 STADIUM ASMA
1)Stadium Immidiate
Adanya ISPA
Serangan dapat beberapa kali
Serangan dapat 3 – 4 kali dalam 1 tahun
Gejala yang berlebih terjadi pada malam hari
Nyeri berlangsung 3 – 4 hari
Batuk-batuk berlangsung 10 – 14 hari
2)Stadium Delay
Terjadi sebelum umur 3 tahun dan bertambah pada usia kurang dari 3 tahun.
Frekuensi serangan 3 – 4 kali dalam 1 tahun
Tiap serangan bisa sampai beberapa minggu
Gejala terjadi paling jelek pada malam hari dengan batuk dan mengi yang akan mengganggu.
3)Stadium Lead
Terjadi umur yang bervariasi
Bisa menyebabkan obstruksi yang resisten
Mengi bila digunakan beraktifitas.
Pada torax pigeon chast
1.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
2) Foto thorax
3) Uji faal paru
4) analisa gas darah
5) Pemeriksaan energi (radioilergosorbent test; RAST)
6) Gas darah arteri
Pa CO2 dan PaO2 sedikit menurun, umumnya terjadi 2 antara serangan
1.7 KOMPLIKASI
1)Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
2)Cronic persistent bronchitis
3)Bronchiolitis
4)Pneumonia
5)Emphysema
1.8 PENATALAKSANAAN
1)Menghindari factor pencetus
2)Oksigen Serangan akut dengan oksigen nasal / masker
3)Obat-obatan
Untuk pencegahan serangan asma dapat :
Bronkodilator
Kortikosteroid
Ketotifen (zadifen)
DSCG
Mukolitik
Obat pencegahan harus terus diberikan ealaupun sedang tidak mendapat serangan
Obat-obat untuk asma anak terdiri dari:
Bronkodilator: Adrenalin, orsiprenalin, turbutalin, fenoterol
Kortikosteroid : Prednison, hidrokortison, dekstametason
Mukolitik : banyak minum air
Terapi cairan parenteral
2.KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
2.1PENGKAJIAN
Identitas
Asma menyerang pada anak usia 3-14 tahun (50%) (Ngastiyah, 1991)
Asma episodic sering terjadi pada anaak usia 3 tahun, dan asma presisten sering terjadi pada anak usia 8-14 tahun.
2.2Keluhan Utama
Sesak nafas
2.3Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Sesak nafas diikuti kenaikan frekuensi pernafasan, batuk dan wheezing beberapa kali
Batuk-batuk dengan dahak kental, jernih dan berbusa
2.4Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
1)Artenatal : Bila salah satu atau kedua orang tua menderita asma kemungkinan diturunkan secara poligenik
2)Natal : Tidak ditemukan penyebab terjadinya asma ketika bayi di lahirkan
3)Postnatal : Adanya salah satu atau lebih faktor-faktor pencetus terjadinya asma, antara lain :
Faktor allerge
Faktor infeksi
Faktor iritan
Faktor cuaca
Faktor kegiatan jasmani
Faktor infeksi saluran nafas
Faktor psikis
2.5Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
Penyakit asma merupakan penyakit keturunan yang diturunkan secara poligenik
2.6Riwayat Psiko Sosial
Faktor resiko merupakan faktor pencetus, stress akan memperberat serangan asma
2.7Activity Daily Life (ADL)
1)Pola nutrisi
Selama periode sesak nafas nafsu makan akan menurun yang diikuti intake cairan yang menurun pula.
2)Pola aktivitas
Biasanya pasien yang sedang mendapat serangan asma akan lebih senang duduk dipinggir tempat tidur dengan kedua tangannya berpagangan pada tepi tempat tidur / duduk dikursi dengan berpegangan tangan pada pinggir kursi
3)Istirahat
Mengalami gangguan akibat sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk khususnya pada malam hari atau dini hari menyebabkan rasa tidak nyaman pada daerah dada.
4)Eliminasi
Pola eliminasi tidak mempengaruhi tetapi bila terjadi penurunan aktivitas akibat kelemahan menjadikan potensial terjadi konstipasi
5)Personal Hygiene
Kemungkinan terjadi gangguan kebersihan diri akibat serangan asma karena keringat yang terlalu banyak
3.PEMERIKSAAN FISIK
3.1Keadaan umum
Fatiquen, tachipneu, sesak nafas
3.2Kulit
Terdapat cyanosis pada bibir, sekitar hidung, telinga dan kuku
3.3Kepala
Pada hidung terdapat pernafasan cuping hidung
3.4dada
Inspeksi
Terdapat tarikan intercostae, suprastenal, epigastrium, tachypneu, dyspneu
Auskultasi
Wheezing (inspirasi / ekspirasi), penurunan suara nafas (akibat obstruksi dan spasme otot bronkus), rales, ronchi
Perkusi
Terdapat hipersonor pada seluruh thorax terutama bagian bawah posterior
4.PEMERIKSAAN PENUNJANG
4.1Memeriksa sputum darah
Eostmofil lebih dari 250-5400 cal / m3
4.2Uji faal ginjal
Untuk menentukan derajat obstruksi hasil profokasi broncus, hasil pengobatan dan perjalanan penyakit
4.3Pemeriksaan foto thorax
Pada keadan awal tidak di dapatkan kelainan, pada keadaan kronik akan terlihat atelektasis
4.4Test alergi kulit
Berguna dalam identifikasi alergen lingkungan
4.5Test inhalasi bronchial
Untuk menyelidiki kemaknaan klinis alergen yang diduga dengan tes kulit
4.6Test fungsi paru
Untuk menentukan tingkat obstruksi jalan udara dan gangguan pertukaran gas.
5.DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL
(Suriad dan Rosa, 2001)
5.1Gangguan pertukaran gas / tidak efektif bersihan jalan nafas / tidak efektif pola nafas berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosal dan meningkatnya secret.
5.2Fatique berhubungan dengan hypoxia dan meningkatnya usaha nafas.
5.3Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya pernafasan dan menurunnya intake cairan.
5.4Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik.
5.5Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit.
6.INTERVENSI
6.1Diagnosa 1
1)Tujuan : Bersihan jalan nafas dan pertukaran gas efektif
2)Kriteria hasil : Klien akan menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi, jaringan adekuat dengan GDA (gas darah analisa) dalam rentang normal
Pernafasan normal (RR tidak ada tarikan otot Bantu pernafasan), warna kulit merah muda, tidak ada suara nafas tambahan
3) Intervensi :
3.1 Monitor respirasi, denyut janting, tekanan darah
R/: Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan / atau kronisnya proses penyakit
3.2 Auskultasi suara nafas dan observasi warna kulit tiap 15-30 menit, observasi usaha bernafas
R/: Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat / tak dimanifestasikan adanya bunyi advemisius
3.3 Kaji posisi yang lebih nyaman (tidak harus di fiksasi, kemana anak nyaman itulah yang harus dilakukan)
R/: Anak-anak akan mencari posisi yang menurutnya enak dan merasa aman sehingga dengan posisi tersebut kita dapat melakukan tindakan atau membuat aliran udara lebih lancar
3.4 Berikan obat sesuai dengan hasil kolaborasi, monitor obat dan efek sampingnya (Bronkodilator, steroid, antibiotik)
R/: Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti local, menurunkan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa. Kortikosteroid digunakan untuk mencegah alergi / menghambat pengeluaran histamin , menurunkan berat dan frekuensi spasme jalan nafas, inflamasi pernafasan dan dispnea
3.5 Ciptakan lingkungan yang tenang untuk mengurangi kecemasan pada anak
R/: Kecemasan merupakan salah satu faktor yang akan memperburuk keadaan karena cemas akan menambah spasme dari pada jalan nafas
3.6 Ketahui bahwa bayi harus bernafas lewat hidung, lakukan suction pada hiodung bila di perlukan
R/: memperlancar jalan nafas sehingga kebutuhan tubuh akan O2 dapet terpenuhi
6.2Diagnosa 2
1) Tujuan :Anak tidak tampak fatique yang ditandai dengan tidak iritabel, dapat berpartisipasi dan aktivitas yang sesuai dengan kondisi
2) Kriteria hasil : Anak mendapatkan istirahat yang cukup yang dapat mencegah hypoxia dan mengurangi kerja berat pernafasan
3) Intevensi :
3.1 Kaji tanda dan gejala hypoxia, kegelisahan, fatique, iritabel, tachycardia, tachypnea
R/: Membantu untuk mengatasi apabila serangan dengan tanda dan gejala tersebut datang
3.2 Berikan istirahat yang cukup
R/: Menghindarkan aktivitas yang dapat membuat anak lemah
3.3 Instruksikan agtar orang tua tetap berada di dekat anak
R/: Memberikan kenyamanan pada anak
3.4 Ajarkan untuk aktivitas sesuai tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak
R/: Melaksanakan / mengawasi kegiatan anak dalam batas-batas yang ditentukan oleh dokter
6.3Diagnosa 3
1) Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi
2) kriteria hasil : Volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan dan keluaran, bunyi nafas bersih, tanda fital dalam rentang yang dapat di terima, berat badan stabil, dan tidak ada edema
3)Intervensi :
3.1 Gunakan tekhnik bermain sesuai umur anak-anak dalam pemberian intake cairan
R/: Memodifikasi tindakan sehingga anak tidak menyadari kalau sedang menjalani terapi
3.2 Koreksi dehidrasi secara bertahap
R/: Menghindari adanya dehidrasi yang dapat memperburuk keadaan
6.4Diagnosa 4
1) Tujuan : Orang tua mendemonstrasikan koping yang tepat yang di tandai dengan mengekspresikan perasaan dan perhatian serta pemberian aktivitas yang sesuai usia atau kondisi dan perkembangan psiko sosio anak
2) Kriteria hasil : Orang tua mau mendemonstrasikan koping yang tepat pada anak
3) Intervensi :
3.1 Berikan kesempatan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaan
R/: Mendampingi untuk memberikan rasa nyaman pada anank
3.2 Jelaskan prosedur dan pengobatan yang di berikan
R/: Menghindari kesalahan dalam memberikan obat
3.3 informasikan kondisi anak pada orang tua
R/: Menghindari kesalahan dalam mengkomunikasikan keadaan / kondisi anak
3.4 Identifikasi sumber-sumber psikososial keluarga dan finensial
R/: Menjaga keserasian keluarga sehingga tidak menimbulkan masalah psikologis bagi anak
6.5Diagnosa 5
1) Tujuan : Anak / orang tua akan dapat mengidentifikasi dosis / takaran efek-efek yang diinginkan, efek yang beracun dan frekuensi penggunaan obat yang diberikan dan mengindikasikan untuk mencari bantuan tindakan keperawatan kesehatan
2) Kriteria hasil : Orang tua klien mampu mengidentifikasikan pantangan klien, mengetahui dosis obat, dan mampu untuk mengidentifikasikan mencari pertolongan ketika terjadi serangan
3) Intervesi :
3.1 Ajarkan cara-cara penggunaan obat yang diberikan
R/: Menghindari kesalahan dalam pemberian obat
3.2 Instrukssikan untuk menghindari kontak dengan iritasi alergen-alergen di rumah, sekolah dan tempat bermain anak
R/: Menghindari faktor-faktor yang dapat merangsang timbulnya serangan asma
7. IMPLEMENTASI
Tindakan yang diberikan mengacu pada intervensi yang telah dibuat dengan prinsip:
1)mempertahankan pertukaran gas yang adekuat dan pembersihan jalan nafas
2)Memberikan istirahat yang cukup, mencegah hypoxia, dan mengurangi kerja berat pernafasan
3)Memberikan lingkungan yang tenang da mengurangi kecemasan
4)Berikan hidrasi yang adekuat
5)Mengkaji proses koping keluarga
6)Memberikan informasi tentang proses penyakit, perawatan dan pengobatan
8. EVALUASI
Setiap tindakan yang dilakukan untuk membatasi masalah keperawatan yang akan di dapatkan hasil berikut:
Tujuan tercapai / masalah teratasi
Tujuan tercapai sebagian / masalah teratasi sebagian
Tujuan belum tercapai / masalah belum teratasi
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiah. (1997). Perawatan anak sakit. EGC : Jakarta
Suriadi dan Rita. (2001). Askep pada anak. PT Fajar Interpratama : Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. (2001). Kapita Selekta. Jilid 2 Mediaa Aeseulapius, Jakarta
DENGAN ASHMA
1.KONSEP DASAR MEDIS
1.1 PENGERTIAN
1.Asma ialah: Penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas sangat mudah untuk bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manisfestasi berupa serangan asma.Kelainan yang di dapatkan ialah:
1) Otot broncus akan mengkerut(terjadi pengkerutan)
2) Selaput lendir broncus edema
3) Produksi lendir makin banyak,lengket dan kental sehingga ketiga hal tersebut menyebabkan saluran lubang broncus menjadi semput dan anak akan batuk bahkan dapat sampai sesak nafas.Serangan demikian dapat hilang sendiri atau hilang dengan pertolongan obat.(Ngastiyah,1997:66)
2.Asma ialah : Menyebabkan penyakit kronik pada anak-anak,mempengaruhi anak-anak terutama pada usia 2 sampai 8 tahun dan lebih banyak mempengaruhi anak laki-laki di banding dengan anak perempuan.. (Adele Pillitteri,2002:269)
3.Asma ialah : Mengi berulang dan / atau batuk persisten dalam keadaan dimana asama adalah yang paling mungkin,sedangkan sebab lain yang jarang telah di singkirkan.(Kapita selekta kedokteran, jilid 2, 2000:461)
4.Asma ialah : suatu penyakit obstruksi pada jalan nafas secara resibel yanf di tandai dengan bronchospasme,inflamasi,dan peningkatan reaksi jalan nafas terhadap berbagai stimulan.(Suriadi,2001:7)
5. Suatu penyakit pernafasan yang ditandai dengan bronchospasme, inflamasi dan peningkatan reakasi jalan nafas terhadap berbagai stimulan yang dapat menyebabkan penyakit kronik pada anak terutama pada usia 2 – 8 tahun dan lebih banyak pada anak laki-laki.
1.2 ETIOLOGI
Penyebab asama masih belum jelas.di duga yang memegang peranan utama ialah reaksi berlebihan dari trakea dan broncus (hiperreaktivitas broncus)
Faktor pencetusnya adalah :
1.Faktor ekstrinsik
Alegen
Setiap macam zat yang dapat menimbulkan (menyebabkan) reaksi munologik bisa menimbulkan keadaan hypersensitivitas. Pada umumnya antigen (alegen). Penting pada asma anak adalah bentuk tertentu extrak protein.Sensitisasi tergantung pada lama dan insensitas berhubungan dengan bahan alegen, misal : debu rumah, bulu binatang. Berhubungan dengan umur, misal: semakin bertambahnya umur makin banyak alegen pencetusnya.
2.Faktor ekstrinsik
1)Infeksi
Virus yang menyebabkan ialah respiratory syncytial virus (RSV) dan virus prainfluenza. Kadang-kadang karena bakteri misalnya perfusis dan streptokokus.Jamur misalnya aspergillius dan parasut seprti askaris.
2)Iritan
Hairspray, minyak wangi, obat semprot, asap rokok, bau tajam dari cat, SO2, dan polutan udara lainnya dapat memacu serangan asama. Iritasi hidung dan batuk sendiri dapat menimbulkan reflek bronkokontriksi.
3)Cuaca
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembapan udara di hubungkan dengan Percepatan dan terjadinya serangan asma..
4)Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani berat misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan asma, bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus. Pasien dengan faal paru dibawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani.
5)Infeksi saluran nafas
Infeksin virus pada sinusitis, baik sinusitis akut maupun kronikdapat memudahkan terjadinya asma pada anak. Rinitis alergika dapat memberatkan asma melalui mekanisme iritasi atau reflek.
3. Faktor Psikis
Tidak adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui persoalan yang berhubungan dengan asma oleh anak sendiri / keluarganya akan menggagalkan usaha pencegahan,sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau hari depan anak juga dapat memperberat serangan asma.
1.3 PATOFISIOLOGI
1)Asma pada anak terjadi karena ada penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.
2)Dengan adanya bahan iritasi atau allergent otot-otot broncus menjadi spasme dan zat antibody tubuh muncul (immunoglobulin E atau I gE) dengan adanya alergi IgE di munculkan pada receptor sel mast yang menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya.Mediator tersebut akan memberikan gejala asma.
3)Respon asma terjadi dalam tiga tahap; tahap immediate yang di tandai dengan bronkokonstriksi (1-2 jam), tahap delayet dimana bronkokontriksi dapat berulang dalam 4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama, tahap late yang di tandai dengan peradangan dalam hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan.
4)Asthma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan udara dingin.
5)Selama serangan asthmatik bronkiolus menjadi meradang dan peningkatan sekresi mokus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan distress pernafasan.
6)Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena edema pada jalan nafas. Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi O2, sehingga terjadi penurunan PO2 (hypoxia). Selama serangan asthmatic CO2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selama resistensi, dan menyebabkan acidosis respifatory dan hyperapnea. Kemudian system pernafasan akan mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea), kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah (hypocapnea)
Patofisiologi
1.4 TANDA DAN GEJALA
1)Wheezing
2)Dypsnea
3)Batuk kering (tidak produktif)
4)tachypnea orthopnea
5)Gelisah
6)Diaphorosis
7)Nyeri pada abdomen
8)Sianosis
9)Perubahan tingkat kesadaran
1.5 STADIUM ASMA
1)Stadium Immidiate
Adanya ISPA
Serangan dapat beberapa kali
Serangan dapat 3 – 4 kali dalam 1 tahun
Gejala yang berlebih terjadi pada malam hari
Nyeri berlangsung 3 – 4 hari
Batuk-batuk berlangsung 10 – 14 hari
2)Stadium Delay
Terjadi sebelum umur 3 tahun dan bertambah pada usia kurang dari 3 tahun.
Frekuensi serangan 3 – 4 kali dalam 1 tahun
Tiap serangan bisa sampai beberapa minggu
Gejala terjadi paling jelek pada malam hari dengan batuk dan mengi yang akan mengganggu.
3)Stadium Lead
Terjadi umur yang bervariasi
Bisa menyebabkan obstruksi yang resisten
Mengi bila digunakan beraktifitas.
Pada torax pigeon chast
1.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
2) Foto thorax
3) Uji faal paru
4) analisa gas darah
5) Pemeriksaan energi (radioilergosorbent test; RAST)
6) Gas darah arteri
Pa CO2 dan PaO2 sedikit menurun, umumnya terjadi 2 antara serangan
1.7 KOMPLIKASI
1)Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
2)Cronic persistent bronchitis
3)Bronchiolitis
4)Pneumonia
5)Emphysema
1.8 PENATALAKSANAAN
1)Menghindari factor pencetus
2)Oksigen Serangan akut dengan oksigen nasal / masker
3)Obat-obatan
Untuk pencegahan serangan asma dapat :
Bronkodilator
Kortikosteroid
Ketotifen (zadifen)
DSCG
Mukolitik
Obat pencegahan harus terus diberikan ealaupun sedang tidak mendapat serangan
Obat-obat untuk asma anak terdiri dari:
Bronkodilator: Adrenalin, orsiprenalin, turbutalin, fenoterol
Kortikosteroid : Prednison, hidrokortison, dekstametason
Mukolitik : banyak minum air
Terapi cairan parenteral
2.KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
2.1PENGKAJIAN
Identitas
Asma menyerang pada anak usia 3-14 tahun (50%) (Ngastiyah, 1991)
Asma episodic sering terjadi pada anaak usia 3 tahun, dan asma presisten sering terjadi pada anak usia 8-14 tahun.
2.2Keluhan Utama
Sesak nafas
2.3Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Sesak nafas diikuti kenaikan frekuensi pernafasan, batuk dan wheezing beberapa kali
Batuk-batuk dengan dahak kental, jernih dan berbusa
2.4Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
1)Artenatal : Bila salah satu atau kedua orang tua menderita asma kemungkinan diturunkan secara poligenik
2)Natal : Tidak ditemukan penyebab terjadinya asma ketika bayi di lahirkan
3)Postnatal : Adanya salah satu atau lebih faktor-faktor pencetus terjadinya asma, antara lain :
Faktor allerge
Faktor infeksi
Faktor iritan
Faktor cuaca
Faktor kegiatan jasmani
Faktor infeksi saluran nafas
Faktor psikis
2.5Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
Penyakit asma merupakan penyakit keturunan yang diturunkan secara poligenik
2.6Riwayat Psiko Sosial
Faktor resiko merupakan faktor pencetus, stress akan memperberat serangan asma
2.7Activity Daily Life (ADL)
1)Pola nutrisi
Selama periode sesak nafas nafsu makan akan menurun yang diikuti intake cairan yang menurun pula.
2)Pola aktivitas
Biasanya pasien yang sedang mendapat serangan asma akan lebih senang duduk dipinggir tempat tidur dengan kedua tangannya berpagangan pada tepi tempat tidur / duduk dikursi dengan berpegangan tangan pada pinggir kursi
3)Istirahat
Mengalami gangguan akibat sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk khususnya pada malam hari atau dini hari menyebabkan rasa tidak nyaman pada daerah dada.
4)Eliminasi
Pola eliminasi tidak mempengaruhi tetapi bila terjadi penurunan aktivitas akibat kelemahan menjadikan potensial terjadi konstipasi
5)Personal Hygiene
Kemungkinan terjadi gangguan kebersihan diri akibat serangan asma karena keringat yang terlalu banyak
3.PEMERIKSAAN FISIK
3.1Keadaan umum
Fatiquen, tachipneu, sesak nafas
3.2Kulit
Terdapat cyanosis pada bibir, sekitar hidung, telinga dan kuku
3.3Kepala
Pada hidung terdapat pernafasan cuping hidung
3.4dada
Inspeksi
Terdapat tarikan intercostae, suprastenal, epigastrium, tachypneu, dyspneu
Auskultasi
Wheezing (inspirasi / ekspirasi), penurunan suara nafas (akibat obstruksi dan spasme otot bronkus), rales, ronchi
Perkusi
Terdapat hipersonor pada seluruh thorax terutama bagian bawah posterior
4.PEMERIKSAAN PENUNJANG
4.1Memeriksa sputum darah
Eostmofil lebih dari 250-5400 cal / m3
4.2Uji faal ginjal
Untuk menentukan derajat obstruksi hasil profokasi broncus, hasil pengobatan dan perjalanan penyakit
4.3Pemeriksaan foto thorax
Pada keadan awal tidak di dapatkan kelainan, pada keadaan kronik akan terlihat atelektasis
4.4Test alergi kulit
Berguna dalam identifikasi alergen lingkungan
4.5Test inhalasi bronchial
Untuk menyelidiki kemaknaan klinis alergen yang diduga dengan tes kulit
4.6Test fungsi paru
Untuk menentukan tingkat obstruksi jalan udara dan gangguan pertukaran gas.
5.DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL
(Suriad dan Rosa, 2001)
5.1Gangguan pertukaran gas / tidak efektif bersihan jalan nafas / tidak efektif pola nafas berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosal dan meningkatnya secret.
5.2Fatique berhubungan dengan hypoxia dan meningkatnya usaha nafas.
5.3Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya pernafasan dan menurunnya intake cairan.
5.4Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik.
5.5Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit.
6.INTERVENSI
6.1Diagnosa 1
1)Tujuan : Bersihan jalan nafas dan pertukaran gas efektif
2)Kriteria hasil : Klien akan menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi, jaringan adekuat dengan GDA (gas darah analisa) dalam rentang normal
Pernafasan normal (RR tidak ada tarikan otot Bantu pernafasan), warna kulit merah muda, tidak ada suara nafas tambahan
3) Intervensi :
3.1 Monitor respirasi, denyut janting, tekanan darah
R/: Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan / atau kronisnya proses penyakit
3.2 Auskultasi suara nafas dan observasi warna kulit tiap 15-30 menit, observasi usaha bernafas
R/: Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat / tak dimanifestasikan adanya bunyi advemisius
3.3 Kaji posisi yang lebih nyaman (tidak harus di fiksasi, kemana anak nyaman itulah yang harus dilakukan)
R/: Anak-anak akan mencari posisi yang menurutnya enak dan merasa aman sehingga dengan posisi tersebut kita dapat melakukan tindakan atau membuat aliran udara lebih lancar
3.4 Berikan obat sesuai dengan hasil kolaborasi, monitor obat dan efek sampingnya (Bronkodilator, steroid, antibiotik)
R/: Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti local, menurunkan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa. Kortikosteroid digunakan untuk mencegah alergi / menghambat pengeluaran histamin , menurunkan berat dan frekuensi spasme jalan nafas, inflamasi pernafasan dan dispnea
3.5 Ciptakan lingkungan yang tenang untuk mengurangi kecemasan pada anak
R/: Kecemasan merupakan salah satu faktor yang akan memperburuk keadaan karena cemas akan menambah spasme dari pada jalan nafas
3.6 Ketahui bahwa bayi harus bernafas lewat hidung, lakukan suction pada hiodung bila di perlukan
R/: memperlancar jalan nafas sehingga kebutuhan tubuh akan O2 dapet terpenuhi
6.2Diagnosa 2
1) Tujuan :Anak tidak tampak fatique yang ditandai dengan tidak iritabel, dapat berpartisipasi dan aktivitas yang sesuai dengan kondisi
2) Kriteria hasil : Anak mendapatkan istirahat yang cukup yang dapat mencegah hypoxia dan mengurangi kerja berat pernafasan
3) Intevensi :
3.1 Kaji tanda dan gejala hypoxia, kegelisahan, fatique, iritabel, tachycardia, tachypnea
R/: Membantu untuk mengatasi apabila serangan dengan tanda dan gejala tersebut datang
3.2 Berikan istirahat yang cukup
R/: Menghindarkan aktivitas yang dapat membuat anak lemah
3.3 Instruksikan agtar orang tua tetap berada di dekat anak
R/: Memberikan kenyamanan pada anak
3.4 Ajarkan untuk aktivitas sesuai tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak
R/: Melaksanakan / mengawasi kegiatan anak dalam batas-batas yang ditentukan oleh dokter
6.3Diagnosa 3
1) Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi
2) kriteria hasil : Volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan dan keluaran, bunyi nafas bersih, tanda fital dalam rentang yang dapat di terima, berat badan stabil, dan tidak ada edema
3)Intervensi :
3.1 Gunakan tekhnik bermain sesuai umur anak-anak dalam pemberian intake cairan
R/: Memodifikasi tindakan sehingga anak tidak menyadari kalau sedang menjalani terapi
3.2 Koreksi dehidrasi secara bertahap
R/: Menghindari adanya dehidrasi yang dapat memperburuk keadaan
6.4Diagnosa 4
1) Tujuan : Orang tua mendemonstrasikan koping yang tepat yang di tandai dengan mengekspresikan perasaan dan perhatian serta pemberian aktivitas yang sesuai usia atau kondisi dan perkembangan psiko sosio anak
2) Kriteria hasil : Orang tua mau mendemonstrasikan koping yang tepat pada anak
3) Intervensi :
3.1 Berikan kesempatan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaan
R/: Mendampingi untuk memberikan rasa nyaman pada anank
3.2 Jelaskan prosedur dan pengobatan yang di berikan
R/: Menghindari kesalahan dalam memberikan obat
3.3 informasikan kondisi anak pada orang tua
R/: Menghindari kesalahan dalam mengkomunikasikan keadaan / kondisi anak
3.4 Identifikasi sumber-sumber psikososial keluarga dan finensial
R/: Menjaga keserasian keluarga sehingga tidak menimbulkan masalah psikologis bagi anak
6.5Diagnosa 5
1) Tujuan : Anak / orang tua akan dapat mengidentifikasi dosis / takaran efek-efek yang diinginkan, efek yang beracun dan frekuensi penggunaan obat yang diberikan dan mengindikasikan untuk mencari bantuan tindakan keperawatan kesehatan
2) Kriteria hasil : Orang tua klien mampu mengidentifikasikan pantangan klien, mengetahui dosis obat, dan mampu untuk mengidentifikasikan mencari pertolongan ketika terjadi serangan
3) Intervesi :
3.1 Ajarkan cara-cara penggunaan obat yang diberikan
R/: Menghindari kesalahan dalam pemberian obat
3.2 Instrukssikan untuk menghindari kontak dengan iritasi alergen-alergen di rumah, sekolah dan tempat bermain anak
R/: Menghindari faktor-faktor yang dapat merangsang timbulnya serangan asma
7. IMPLEMENTASI
Tindakan yang diberikan mengacu pada intervensi yang telah dibuat dengan prinsip:
1)mempertahankan pertukaran gas yang adekuat dan pembersihan jalan nafas
2)Memberikan istirahat yang cukup, mencegah hypoxia, dan mengurangi kerja berat pernafasan
3)Memberikan lingkungan yang tenang da mengurangi kecemasan
4)Berikan hidrasi yang adekuat
5)Mengkaji proses koping keluarga
6)Memberikan informasi tentang proses penyakit, perawatan dan pengobatan
8. EVALUASI
Setiap tindakan yang dilakukan untuk membatasi masalah keperawatan yang akan di dapatkan hasil berikut:
Tujuan tercapai / masalah teratasi
Tujuan tercapai sebagian / masalah teratasi sebagian
Tujuan belum tercapai / masalah belum teratasi
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiah. (1997). Perawatan anak sakit. EGC : Jakarta
Suriadi dan Rita. (2001). Askep pada anak. PT Fajar Interpratama : Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. (2001). Kapita Selekta. Jilid 2 Mediaa Aeseulapius, Jakarta
Langganan:
Postingan (Atom)