SELAMAT HARI KESEHATAN NASIONAL KE 50


Jumat, 19 Juni 2009

ASHMA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN ASHMA

1.KONSEP DASAR MEDIS
1.1 PENGERTIAN
1.Asma ialah: Penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas sangat mudah untuk bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manisfestasi berupa serangan asma.Kelainan yang di dapatkan ialah:
1) Otot broncus akan mengkerut(terjadi pengkerutan)
2) Selaput lendir broncus edema
3) Produksi lendir makin banyak,lengket dan kental sehingga ketiga hal tersebut menyebabkan saluran lubang broncus menjadi semput dan anak akan batuk bahkan dapat sampai sesak nafas.Serangan demikian dapat hilang sendiri atau hilang dengan pertolongan obat.(Ngastiyah,1997:66)
2.Asma ialah : Menyebabkan penyakit kronik pada anak-anak,mempengaruhi anak-anak terutama pada usia 2 sampai 8 tahun dan lebih banyak mempengaruhi anak laki-laki di banding dengan anak perempuan.. (Adele Pillitteri,2002:269)
3.Asma ialah : Mengi berulang dan / atau batuk persisten dalam keadaan dimana asama adalah yang paling mungkin,sedangkan sebab lain yang jarang telah di singkirkan.(Kapita selekta kedokteran, jilid 2, 2000:461)
4.Asma ialah : suatu penyakit obstruksi pada jalan nafas secara resibel yanf di tandai dengan bronchospasme,inflamasi,dan peningkatan reaksi jalan nafas terhadap berbagai stimulan.(Suriadi,2001:7)
5. Suatu penyakit pernafasan yang ditandai dengan bronchospasme, inflamasi dan peningkatan reakasi jalan nafas terhadap berbagai stimulan yang dapat menyebabkan penyakit kronik pada anak terutama pada usia 2 – 8 tahun dan lebih banyak pada anak laki-laki.

1.2 ETIOLOGI
Penyebab asama masih belum jelas.di duga yang memegang peranan utama ialah reaksi berlebihan dari trakea dan broncus (hiperreaktivitas broncus)
Faktor pencetusnya adalah :
1.Faktor ekstrinsik
Alegen
Setiap macam zat yang dapat menimbulkan (menyebabkan) reaksi munologik bisa menimbulkan keadaan hypersensitivitas. Pada umumnya antigen (alegen). Penting pada asma anak adalah bentuk tertentu extrak protein.Sensitisasi tergantung pada lama dan insensitas berhubungan dengan bahan alegen, misal : debu rumah, bulu binatang. Berhubungan dengan umur, misal: semakin bertambahnya umur makin banyak alegen pencetusnya.
2.Faktor ekstrinsik
1)Infeksi
Virus yang menyebabkan ialah respiratory syncytial virus (RSV) dan virus prainfluenza. Kadang-kadang karena bakteri misalnya perfusis dan streptokokus.Jamur misalnya aspergillius dan parasut seprti askaris.
2)Iritan
Hairspray, minyak wangi, obat semprot, asap rokok, bau tajam dari cat, SO2, dan polutan udara lainnya dapat memacu serangan asama. Iritasi hidung dan batuk sendiri dapat menimbulkan reflek bronkokontriksi.



3)Cuaca
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembapan udara di hubungkan dengan Percepatan dan terjadinya serangan asma..
4)Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani berat misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan asma, bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus. Pasien dengan faal paru dibawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani.
5)Infeksi saluran nafas
Infeksin virus pada sinusitis, baik sinusitis akut maupun kronikdapat memudahkan terjadinya asma pada anak. Rinitis alergika dapat memberatkan asma melalui mekanisme iritasi atau reflek.
3. Faktor Psikis
Tidak adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui persoalan yang berhubungan dengan asma oleh anak sendiri / keluarganya akan menggagalkan usaha pencegahan,sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau hari depan anak juga dapat memperberat serangan asma.

1.3 PATOFISIOLOGI
1)Asma pada anak terjadi karena ada penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.
2)Dengan adanya bahan iritasi atau allergent otot-otot broncus menjadi spasme dan zat antibody tubuh muncul (immunoglobulin E atau I gE) dengan adanya alergi IgE di munculkan pada receptor sel mast yang menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya.Mediator tersebut akan memberikan gejala asma.
3)Respon asma terjadi dalam tiga tahap; tahap immediate yang di tandai dengan bronkokonstriksi (1-2 jam), tahap delayet dimana bronkokontriksi dapat berulang dalam 4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama, tahap late yang di tandai dengan peradangan dalam hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan.
4)Asthma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan udara dingin.
5)Selama serangan asthmatik bronkiolus menjadi meradang dan peningkatan sekresi mokus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan distress pernafasan.
6)Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena edema pada jalan nafas. Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi O2, sehingga terjadi penurunan PO2 (hypoxia). Selama serangan asthmatic CO2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selama resistensi, dan menyebabkan acidosis respifatory dan hyperapnea. Kemudian system pernafasan akan mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea), kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah (hypocapnea)










Patofisiologi




























1.4 TANDA DAN GEJALA
1)Wheezing
2)Dypsnea
3)Batuk kering (tidak produktif)
4)tachypnea orthopnea
5)Gelisah
6)Diaphorosis
7)Nyeri pada abdomen
8)Sianosis
9)Perubahan tingkat kesadaran
1.5 STADIUM ASMA
1)Stadium Immidiate
Adanya ISPA
Serangan dapat beberapa kali
Serangan dapat 3 – 4 kali dalam 1 tahun
Gejala yang berlebih terjadi pada malam hari
Nyeri berlangsung 3 – 4 hari
Batuk-batuk berlangsung 10 – 14 hari
2)Stadium Delay
Terjadi sebelum umur 3 tahun dan bertambah pada usia kurang dari 3 tahun.
Frekuensi serangan 3 – 4 kali dalam 1 tahun
Tiap serangan bisa sampai beberapa minggu
Gejala terjadi paling jelek pada malam hari dengan batuk dan mengi yang akan mengganggu.
3)Stadium Lead
Terjadi umur yang bervariasi
Bisa menyebabkan obstruksi yang resisten
Mengi bila digunakan beraktifitas.
Pada torax pigeon chast
1.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
2) Foto thorax
3) Uji faal paru
4) analisa gas darah
5) Pemeriksaan energi (radioilergosorbent test; RAST)
6) Gas darah arteri
Pa CO2 dan PaO2 sedikit menurun, umumnya terjadi 2 antara serangan

1.7 KOMPLIKASI
1)Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
2)Cronic persistent bronchitis
3)Bronchiolitis
4)Pneumonia
5)Emphysema

1.8 PENATALAKSANAAN
1)Menghindari factor pencetus
2)Oksigen Serangan akut dengan oksigen nasal / masker
3)Obat-obatan
Untuk pencegahan serangan asma dapat :
Bronkodilator
Kortikosteroid
Ketotifen (zadifen)
DSCG
Mukolitik
Obat pencegahan harus terus diberikan ealaupun sedang tidak mendapat serangan
Obat-obat untuk asma anak terdiri dari:
Bronkodilator: Adrenalin, orsiprenalin, turbutalin, fenoterol
Kortikosteroid : Prednison, hidrokortison, dekstametason
Mukolitik : banyak minum air
Terapi cairan parenteral

2.KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
2.1PENGKAJIAN
Identitas
Asma menyerang pada anak usia 3-14 tahun (50%) (Ngastiyah, 1991)
Asma episodic sering terjadi pada anaak usia 3 tahun, dan asma presisten sering terjadi pada anak usia 8-14 tahun.
2.2Keluhan Utama
Sesak nafas
2.3Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Sesak nafas diikuti kenaikan frekuensi pernafasan, batuk dan wheezing beberapa kali
Batuk-batuk dengan dahak kental, jernih dan berbusa
2.4Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
1)Artenatal : Bila salah satu atau kedua orang tua menderita asma kemungkinan diturunkan secara poligenik
2)Natal : Tidak ditemukan penyebab terjadinya asma ketika bayi di lahirkan
3)Postnatal : Adanya salah satu atau lebih faktor-faktor pencetus terjadinya asma, antara lain :
Faktor allerge
Faktor infeksi
Faktor iritan
Faktor cuaca
Faktor kegiatan jasmani
Faktor infeksi saluran nafas
Faktor psikis

2.5Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
Penyakit asma merupakan penyakit keturunan yang diturunkan secara poligenik
2.6Riwayat Psiko Sosial
Faktor resiko merupakan faktor pencetus, stress akan memperberat serangan asma
2.7Activity Daily Life (ADL)
1)Pola nutrisi
Selama periode sesak nafas nafsu makan akan menurun yang diikuti intake cairan yang menurun pula.
2)Pola aktivitas
Biasanya pasien yang sedang mendapat serangan asma akan lebih senang duduk dipinggir tempat tidur dengan kedua tangannya berpagangan pada tepi tempat tidur / duduk dikursi dengan berpegangan tangan pada pinggir kursi
3)Istirahat
Mengalami gangguan akibat sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk khususnya pada malam hari atau dini hari menyebabkan rasa tidak nyaman pada daerah dada.
4)Eliminasi
Pola eliminasi tidak mempengaruhi tetapi bila terjadi penurunan aktivitas akibat kelemahan menjadikan potensial terjadi konstipasi
5)Personal Hygiene
Kemungkinan terjadi gangguan kebersihan diri akibat serangan asma karena keringat yang terlalu banyak
3.PEMERIKSAAN FISIK
3.1Keadaan umum
Fatiquen, tachipneu, sesak nafas
3.2Kulit
Terdapat cyanosis pada bibir, sekitar hidung, telinga dan kuku
3.3Kepala
Pada hidung terdapat pernafasan cuping hidung
3.4dada
Inspeksi
Terdapat tarikan intercostae, suprastenal, epigastrium, tachypneu, dyspneu
Auskultasi
Wheezing (inspirasi / ekspirasi), penurunan suara nafas (akibat obstruksi dan spasme otot bronkus), rales, ronchi
Perkusi
Terdapat hipersonor pada seluruh thorax terutama bagian bawah posterior

4.PEMERIKSAAN PENUNJANG
4.1Memeriksa sputum darah
Eostmofil lebih dari 250-5400 cal / m3
4.2Uji faal ginjal
Untuk menentukan derajat obstruksi hasil profokasi broncus, hasil pengobatan dan perjalanan penyakit
4.3Pemeriksaan foto thorax
Pada keadan awal tidak di dapatkan kelainan, pada keadaan kronik akan terlihat atelektasis
4.4Test alergi kulit
Berguna dalam identifikasi alergen lingkungan
4.5Test inhalasi bronchial
Untuk menyelidiki kemaknaan klinis alergen yang diduga dengan tes kulit
4.6Test fungsi paru
Untuk menentukan tingkat obstruksi jalan udara dan gangguan pertukaran gas.

5.DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL
(Suriad dan Rosa, 2001)
5.1Gangguan pertukaran gas / tidak efektif bersihan jalan nafas / tidak efektif pola nafas berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosal dan meningkatnya secret.
5.2Fatique berhubungan dengan hypoxia dan meningkatnya usaha nafas.
5.3Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya pernafasan dan menurunnya intake cairan.
5.4Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik.
5.5Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit.

6.INTERVENSI
6.1Diagnosa 1
1)Tujuan : Bersihan jalan nafas dan pertukaran gas efektif
2)Kriteria hasil : Klien akan menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi, jaringan adekuat dengan GDA (gas darah analisa) dalam rentang normal
Pernafasan normal (RR tidak ada tarikan otot Bantu pernafasan), warna kulit merah muda, tidak ada suara nafas tambahan
3) Intervensi :
3.1 Monitor respirasi, denyut janting, tekanan darah
R/: Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan / atau kronisnya proses penyakit
3.2 Auskultasi suara nafas dan observasi warna kulit tiap 15-30 menit, observasi usaha bernafas
R/: Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat / tak dimanifestasikan adanya bunyi advemisius
3.3 Kaji posisi yang lebih nyaman (tidak harus di fiksasi, kemana anak nyaman itulah yang harus dilakukan)
R/: Anak-anak akan mencari posisi yang menurutnya enak dan merasa aman sehingga dengan posisi tersebut kita dapat melakukan tindakan atau membuat aliran udara lebih lancar
3.4 Berikan obat sesuai dengan hasil kolaborasi, monitor obat dan efek sampingnya (Bronkodilator, steroid, antibiotik)
R/: Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti local, menurunkan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa. Kortikosteroid digunakan untuk mencegah alergi / menghambat pengeluaran histamin , menurunkan berat dan frekuensi spasme jalan nafas, inflamasi pernafasan dan dispnea
3.5 Ciptakan lingkungan yang tenang untuk mengurangi kecemasan pada anak
R/: Kecemasan merupakan salah satu faktor yang akan memperburuk keadaan karena cemas akan menambah spasme dari pada jalan nafas
3.6 Ketahui bahwa bayi harus bernafas lewat hidung, lakukan suction pada hiodung bila di perlukan
R/: memperlancar jalan nafas sehingga kebutuhan tubuh akan O2 dapet terpenuhi

6.2Diagnosa 2
1) Tujuan :Anak tidak tampak fatique yang ditandai dengan tidak iritabel, dapat berpartisipasi dan aktivitas yang sesuai dengan kondisi
2) Kriteria hasil : Anak mendapatkan istirahat yang cukup yang dapat mencegah hypoxia dan mengurangi kerja berat pernafasan
3) Intevensi :
3.1 Kaji tanda dan gejala hypoxia, kegelisahan, fatique, iritabel, tachycardia, tachypnea
R/: Membantu untuk mengatasi apabila serangan dengan tanda dan gejala tersebut datang
3.2 Berikan istirahat yang cukup
R/: Menghindarkan aktivitas yang dapat membuat anak lemah
3.3 Instruksikan agtar orang tua tetap berada di dekat anak
R/: Memberikan kenyamanan pada anak
3.4 Ajarkan untuk aktivitas sesuai tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak
R/: Melaksanakan / mengawasi kegiatan anak dalam batas-batas yang ditentukan oleh dokter

6.3Diagnosa 3
1) Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi
2) kriteria hasil : Volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan dan keluaran, bunyi nafas bersih, tanda fital dalam rentang yang dapat di terima, berat badan stabil, dan tidak ada edema
3)Intervensi :
3.1 Gunakan tekhnik bermain sesuai umur anak-anak dalam pemberian intake cairan
R/: Memodifikasi tindakan sehingga anak tidak menyadari kalau sedang menjalani terapi
3.2 Koreksi dehidrasi secara bertahap
R/: Menghindari adanya dehidrasi yang dapat memperburuk keadaan

6.4Diagnosa 4
1) Tujuan : Orang tua mendemonstrasikan koping yang tepat yang di tandai dengan mengekspresikan perasaan dan perhatian serta pemberian aktivitas yang sesuai usia atau kondisi dan perkembangan psiko sosio anak
2) Kriteria hasil : Orang tua mau mendemonstrasikan koping yang tepat pada anak
3) Intervensi :
3.1 Berikan kesempatan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaan
R/: Mendampingi untuk memberikan rasa nyaman pada anank
3.2 Jelaskan prosedur dan pengobatan yang di berikan
R/: Menghindari kesalahan dalam memberikan obat
3.3 informasikan kondisi anak pada orang tua
R/: Menghindari kesalahan dalam mengkomunikasikan keadaan / kondisi anak
3.4 Identifikasi sumber-sumber psikososial keluarga dan finensial
R/: Menjaga keserasian keluarga sehingga tidak menimbulkan masalah psikologis bagi anak

6.5Diagnosa 5
1) Tujuan : Anak / orang tua akan dapat mengidentifikasi dosis / takaran efek-efek yang diinginkan, efek yang beracun dan frekuensi penggunaan obat yang diberikan dan mengindikasikan untuk mencari bantuan tindakan keperawatan kesehatan
2) Kriteria hasil : Orang tua klien mampu mengidentifikasikan pantangan klien, mengetahui dosis obat, dan mampu untuk mengidentifikasikan mencari pertolongan ketika terjadi serangan
3) Intervesi :
3.1 Ajarkan cara-cara penggunaan obat yang diberikan
R/: Menghindari kesalahan dalam pemberian obat
3.2 Instrukssikan untuk menghindari kontak dengan iritasi alergen-alergen di rumah, sekolah dan tempat bermain anak
R/: Menghindari faktor-faktor yang dapat merangsang timbulnya serangan asma
7. IMPLEMENTASI
Tindakan yang diberikan mengacu pada intervensi yang telah dibuat dengan prinsip:
1)mempertahankan pertukaran gas yang adekuat dan pembersihan jalan nafas
2)Memberikan istirahat yang cukup, mencegah hypoxia, dan mengurangi kerja berat pernafasan
3)Memberikan lingkungan yang tenang da mengurangi kecemasan
4)Berikan hidrasi yang adekuat
5)Mengkaji proses koping keluarga
6)Memberikan informasi tentang proses penyakit, perawatan dan pengobatan

8. EVALUASI
Setiap tindakan yang dilakukan untuk membatasi masalah keperawatan yang akan di dapatkan hasil berikut:
Tujuan tercapai / masalah teratasi
Tujuan tercapai sebagian / masalah teratasi sebagian
Tujuan belum tercapai / masalah belum teratasi





DAFTAR PUSTAKA

Ngastiah. (1997). Perawatan anak sakit. EGC : Jakarta

Suriadi dan Rita. (2001). Askep pada anak. PT Fajar Interpratama : Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. (2001). Kapita Selekta. Jilid 2 Mediaa Aeseulapius, Jakarta

Tidak ada komentar: