SELAMAT HARI KESEHATAN NASIONAL KE 50


Rabu, 21 Desember 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN POST TREPANASI DENGAN INDIKASI TUMOR OTAK

2.1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN POST TREPANASI DENGAN INDIKASI TUMOR OTAK
2.1.1 Landasan Teori
1) Pengertian
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh diotak, meningen dan tengkorak.
2) Etiologi
(1) Riwayat trauma kepala
(2) Faktor genetik
(3) Paparan bahan kimia yang bersifat carsinogenik
(4) Virus tertentu
3) Patofisiologi
Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara sangat cepat dan daerah sentral nervous system (CNS). Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat disekitarnya, mengakibatkan terjadi gangguan neurologik (gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan intrakranial).
4). Klasifikasi
(1) Berdasarkan jenis tumor
- Jinak
• Acoustic neuroma
• Meningioma
• Pituitary adenoma
• Astro cytoma ( grade I. )
- Malignant
• Astro cytoma ( grade 2, 3, 4 )
• Oligodendroglioma
• Apendymoma
(2) Berdasarkan lokasi
- Tumor intradural
• Ekstra medular
- Cleurofibroma
- Meningioma
• Intra medular
- Apendymoma
- Astrocytoma
- Oligodendiglioma
- Hemangioblastoma
- Tumor ekstra dural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostat, tiroid, paru-paru, ginjal dan lambung.
5). Manifestasi Klinis
(1) Nyeri kepala
Nyeri bersifat dalam, terus-menerus, tumpul dan kadang-kadang bersifat hebat sekali. Biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat beraktifitas, yang biasanya menyebabkan peningkatan TIK yaitu batuk.
(2) Nausea dan muntah
Akibat rangsangan pada medula oblongata.
(3) Papilodema
Stasis vena menimbulkan pembengkakan papila syaraf optikus.



2. LANDASAN ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
1) Identifikasi faktor resiko paparan dengan radiasi atau bahan-bahan kimia yang bersifat carsinogenik.
2) Identifikasi tanda dan gejala yang dialami : sakit kepala, muntah dan penurunan penglihatan atau penglihatan double.
3) Identifikasi adanya perubahan perilaku klien
4) Observasi adanya hemiparase atau hemiplegi
5) Perubahan pada sensasi : hyperesthesia, paresthesia
6) Observasi adanya perubahan sensori : asteregnosis ( tidak mampu merasakan benda tajam ), agnosia ( tidak mampu mengenal obyek pada umumya ), approxia ( tidak mampu menggunakan alat dengan baik ), agrophia ( tidak mampu menulis ).
7) Observasi tingkat kesadaran dan tanda vital
8) Observasi keadaan keseimbangan cairan dan elektrolit.
9) Psikososial : perubahan kepribadian dan perilaku, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostik test, dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
10) Laboratorium
- Jika tidak ada kontra indikasi
- Fungsi endrokrin
11) Radiografi
- CT Scan
- Elektroencephalogram
- X-rays paru dan organ lain untuk mencari adanya metastase.
2.2 Diagnosa keperawatan
2.2.1 Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor
2.2.2 Nyeri b/d peningkatan tekanan intrakranial
2.2.3 Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d ketidak mampuan mengenal informasi.

2.3 Rencana intervensi
2.3.1 Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor
Data penunjang : perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubahan respon sensorik/ motorik, gelisah, perubahan tanda vital.
Kriteria hasil : tingkat kesadaran stabil atau ada perbaikan, tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK.
Intervensi :
1) Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar R/ Mengkaji adanya perubahan pada tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan bermanfaat dalam menentukan lokasi perluasan dan perkembangan kerusakan SSP.
2) Pantau tanda vital tiap 4 jam
R/ Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah ke otak yang stabil. Kehilangan autoregulasi dapat mengikuti vaskulasrisasi serebral loka dan menyeluruh.
3) Pertahanan posisi netral atau posisi tengah, tinggikan kepala 200 - 300.
R/ Kepala yang miring pada salah satu sisi menekan vena jugularis dan menghambat aliran darah vena yang selanjutnya akan meningkatkan TIK
4) Pantau ketat pemasuan dan pengeluaran cairan, turgor kulit dan keadaan membran mukosa.
R/ Bermanfaat sebagai indikator dari cairan total tubuh yang terintegrasi dengan perfusi jaringan
5) Bantu pasien untuk menghindari /membatasi batuk, muntah, pengeluaran feses yang dipaksakan/ mengejan
R/ Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intra thoraks dan intra abdomen yang dapat meningkatkan TIK
6) Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan dan tingkat laku tidak sesuai lainnya.
R/ Petunjuk non verbal ini mengidikasikan adanya penekanan TIK atau menandakan adanya nyeri ketika pasien tidak dapat mengungkapkan keluhannya secara verbal.
2.3.2 Nyeri b/d peningkatan tekanan intrakrania1
Data penunjang : Klien mengatakan nyeri, pucat pada wajah, gelisah, perilaku tidak terarah/ hati-hati, insomnia, perubahan pola tidur.
Kriteria hasil : Klien melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol, klien menunjukkan perilaku untuk mengurangi kekambuhan.

Intervensi
1) Teliti keluhan nyeri : intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan meredakan
R/ Nyeri merupakan pengalaman subyektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dan terapi yang diberikan
2) Observasi adanya tanda-tanda adanya nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gelisah, menangis/ meringis, perubahan tanda vital
R/ Merupakan indikator / derajat nyeri yang tidak langsung dialami
3) Intruksikan pasien / keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul
R/ Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan.
4) Berikan kompres diingin pada kepala
R/ Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi
2.3.3 Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d ketidak mampuan mengenal informasi
Data penunjang : Klien dan keluarga meminta informasi, ketidak akuran mengikuti instruksi, perilaku yang tidak tepat.
Kriteria hasil : Klien/ keluarga mengungkapkan pemahaman tentang kondisi dan pengobatan, memulai perubahan perilaku yang tepat.
Intervensi :
1) Diskusikan etiologi individual dari sakit kepala bila diketahui
R/ Mempengaruhi pemilihan terhadap penanganan dan berkembang kearah proses penyembuhan
2) Bantu pasien dalam mengidentifikasi kemungkinan faktor predisposisi
R/ Menghindari/ membatasi faktor-faktor yang sering kali dapat mencegah berulangnya serangan
3) Diskusikan mengenai pentingnya posisi/ letak tubuh yang normal
R/ Menurunkan regangan pada otot daerah leher dan lengan dan dapat menghilangkan ketegangan dari tubuh dengan sangat berarti
4) Diskusikan tentang obat dan efek sampingnya
R/ Pasien mungkin sangat ketergantungan terhadap obat dan tidak mengenali bentuk terapi yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Arthar C. Guxton and John E. Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 9, Penerbit kedokteran EGC, Jakarta.

Carolyn M. Hudak, barbar M. Ballo (1996), Keperawatan Kritis ; Pendekatan Holistik, Volume II, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.

Marlyin E. Dongoes, Masy Frances Moorhouse, Alice C. Geisses (2000), Rencan Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.

Tidak ada komentar: