SELAMAT HARI KESEHATAN NASIONAL KE 50


Rabu, 21 Desember 2011

DEVEK SEPTUM VENTRIKEL

DEVEK SEPTUM VENTRIKEL

I. KONSEP DASAR MEDIS
Pengertian
DSV (Devek Septum Ventrikel) adalah suatu keadaan abnormal yaitu adanya pembekuan antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan. (Suriadi dan Rita Y. 2001 : 295)

Etiologi
Penyebab secara pasti tidak diketahui, akan tetapi terdapat beberapa faktor predisposisi penyebab terjadinya VSD, yaitu pada saat hamil Ibu menderita rubella. Ibu hamil dengan alkoholik, usia Ibu padasaat hamil lebih dari 40 tahun, Ibu menderita IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus).
(referensi) (Suriadi dan Rita Y. 2001 : 295)
Faktor genetik : anak dengan down syndrome, memiliki resiko terjadinya DSV. (referensi) (Suriadi dan Rita Y. 2001 : 295)

Patofisiologi
Defek Septum Ventrikel ditandai dengan adanya hubungan septal yang memungkinkan darah mengalir langsung antar ventrikel, perubahan fisiologis yang terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut :
Adanya defek pada ventrikel menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat dan resistensi sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi dibandingkan resistensi pulmonal, hal ini akan mengakibatkan darah mengalir ke arteri pulmonal melalui defek septum.


Volume darah dari paru akan meningkat dan terjadi resistensi pembuluh darah paru dengan demikian tekanan ventrikel kanan meningkat akibatnya ada shunting dari kiri ke kanan. Ini akan mengakibatkan adanya resiko endokarditis dan mengakibatkan terjadinya hipertrofi otot ventrikel kanan sehingga akan berdampak pada peningkatan workload, terjadilah pembesaran atrium kanan untuk mengatasi resistensi yang disebabkan oleh pengosongan atrium yang tidak sempurna.

Klasifikasi (Mansjoer Arif dkk ; 2000 : 445)
Berdasarkan kelainan hemodinamik VSD terdiri dari :
DSV Kecil
Biasanya asimptomatik jantung normal atau sedikit membesar dan tidak ada gangguan tumbuh kembang, bunyi jantung biasanya normal dapat ditemukan bising sistolik dini pendek yang mungkin didahului early systolic click. Ditemukan pula bising pansistolik yang biasanya keras disertai getaran bising dengan pungtum maksimum di sela iga III – IV garis parasternal kiri dan menjalar ke sepanjang sternum kiri, bahkan ke seluruh prekordium.
DSV Sedang
Gejala timbul pada masa bayi berupa sesak nafas saat minum atau memerlukan waktu lebih lama/tidak mampu menyelesaikan makan dan minum. Kenaikan berat badan tidak memuaskan dan sering menderita infeksi paru yang lama sembuhnya. Infeksi paru ini dapat mendahului terjadinya gagal jantung yang mungkin terjadi pada umur 3 bulan, bayi tampak kurus, despnu, talapnu, serta retraksi. Bentuk dada biasanya masih normal. Pada pasien yang besar dada mingkin sudah menonjol. Pada auskultasi terdengar bunyi getaran bising dengan pungtum maksimum di sela iga III – IV garis paristernal kiri yang menjalar ke seluruh prekordium
DSV Besar
Gajala ini timbul pada masa neonatus pada minggu I sampai III dapat terjadi parau kiri ke kanan yang bermakna dan sering menimbulkan despnu. Gagal jantung biasanya timbul setelah minggu ke VI. Sering di dahului infeksi saluran nafas bawah. Bayi sesak nafas saat istirahat, kadang tampak sianosis karena kekurangan O2 akibat gangguan pernafasan. Biasanya bunyi jantung masih normal dapat didengar bising pansistolik dengan atau tanpa getaran bising melemah pada akhir sistolik karena terjadi tekanan sistolik yang sama besar pada kedua ventrikel. Bising mid diastolik di daerah mitral mungkin terdengar akibat flow mur mur pada fase pengisian cepat. Saat terjadi parau terbalik dari kanan ke kiri pasien tampak sianotik dengan keluhan dan gejala yang lebih berat. Anak gagal tumbuh, sianotik dengan jari-jari tabuh (clubbing fingers). Dada kiri menonjol dengan peningkatan ventrikel kanan yang hebat. Bj I normal akan tetapi Bj II mengeras dengan splits yang sempit. Bising yang sebelumnya jelas menjadi berkurang intensitasnya, kontur bising yang semula pansistolik berubah menjadi ejeksi sistolik. Hati menjadi teraba besar akibat bendungan sistemik namun edema jarang ditemukan.
Manifestasi Klinis
Adanya tanda – tanda gagal jantung kanan, sesak, terdapat mur – mur, distensi vena jugularis, edema tungkai, hepatomegali.
Dhiaporesis
Tidak mau makan
Tachypnea.
Pemeriksaan Diagnostik
Auskultasi Jantung : bising sistolis yang terdengar hampir sama dengan yang didapat pada cacat – cacat yang lebih kecil ukurannya tetapi secara penutupan katup pulmonal terdengar lebih keras dan suara jantung ke – 2 hanya terbelah secara sempit, adanya bising diastolik puncak jantung menunjukkan adanya suatu pintasan dari kiri ke kanan.
Pantau tekanan darah
Foto Rontgen : akan terlihat pembesaran jantung, trunkus pulmonalis yang menonjol serta peredaran darah paru yang berlebihan.
ECG : memperlihatkan hipertrofi yang mengenai kedua ventrikel : gelombang – gelombang p tampak meruncing.
Echocardiogram : memperlihatkan beban volume atrium serta ventrikel kiri yang berlebihan, luasnya penambahan dimensi – dimensi mereka mencerminkan besarnya ukuran pintasan dari kiri ke kanan.

Penatalaksanaan (Mansjoer Arif dkk ; 2000 : 446)
DSV Kecil
Tidak memerlukan penangganan medis, hanya memerlukan Antibiotik Frofilaksis untuk mencegah Endokarditis pada tindakan tertentu
DSV Sedang
a) Terapi Medik
Bila klien dalam keadaan gagal jantung diberikan terapi gagal jantung (digiralis) kemudian dilakukan katerisasi untuk menilai keadaan Hemodinamik.
b) Terapi Bedah
Klien DSV sedang, dapat dilakukan bila klien berumur 4 – 5 tahun.


DSV besar dengan hipertensi pulmunal dengan hiperkinerik
Terapi medik untuk DSV besar sama dengan DSV sedang, katerisasi diulang sekitar klien berumur 2 tahun untuk menilai hemodinamik. Bila tidak dilakukan perbaikan keadaannya makin memburuk.
DSV besar dengan penyakit obtruksi vasikuler paru
Bila klien ini dilakukan uji oksigen atau tolazolin pada saat katerisasi jantung. Bila tahanan vasikuler paru masih dapat menurun dengan bermakna (ditandai dengan kenaikan saturasi dan penurunan tekanan arteri pulmunalis) maka diperlukan operasi segera. Bila uji tersebut tidak menurunkan tahanan vasikuler paru atu terjadi sindrom eisenmenger. Maka klien tidak perlu/ tidak dapat dioperasi dan hanya terapi yang diberikan bersifat suportif – simfomatik.
Penatalaksanaan
Pembedahan : menutup defek dengan dijahit melalui cardio pulmonalis.
Non Pembedahan : menutup defek denan alat melalui kateterisasi jantung.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Biodata : terjadi pada bayi dan anak.
Keluhan Utama
Sesak nafas
Riwayat penyakit sekarang
Sesak nafas, sianosis, kelemahan, nafas cepat
Riwayat penyakit keluarga
Di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung.
Aktivitas sehari – hari
Nutrisi
Mengalami anoreksia, mual, muntah.
Istirahat
Mengalami gangguan karena sesak nafas.
Aktifitas
Mengalami kelemahan fisik, letih, lelah.

2. PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
Mata : Konjungtiva merah muda.
Hidung : Ada peernafasan cuping hidung, terdapat cianosis.
Mulut : Mukosa bibir kering.
Dada : Pergerakan dada tidak simetris, ada tarikan Intercostae, terdengar bunyi jantung 1 dan 2 normal, terdengar bising pansistolik disela iga bawah tepi kiri sternum yang menjalar ke sepanjang sternum atau punggung hepatomegali.

Ekstremitas :
Atas : Ada clubbing fingers, ujung – ujung jari hipermik.

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan ketidakefektifan kontraktilitas jantung preload dan afterload.
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan karidak out put.
Resiko injury berhubungan dengan menurunnya tingkat kesadaran.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafaas oleh sekret.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara pemakaian O2 oleh tubuh dan suplai O2 ke sel.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan.
Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan gangguan hemodinamik ventrikel kanan dan kiri.

4. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa 1
Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakefektifan kontraktivitas jantung preload dan afterload
Tujuan
Menjaga keseimbangan antara pre load dan after load
Kriteria Hasil
1) Klien mengalami peningkatan curah jantung
2) Klien mengalami penurunan frekwensi curah jantung.

3) Peningkatan keluaran hasil.
4) Penurunan frekwensi pernafasan.
Intervensi
1) Kaji frekwensi pernafasan dan apikal istirahat tiap 1 – 2 jam dan jika diperlukan.
R/ Hasil frekwensi pernafasan dan adanya tanda – tanda sesak dapat dideteksi secara dini.
2) Pantau Kadar Elektrolit
R/ Adanya peningkatan natrium dan klorida dapat menunjukkan penyerapan cairan pada ginjal yang menurun.
3) Batsi pemasukan cairan
R/ Kelebihan volume cairan sering menimbulkan kongesti pada paru. Gejala odem paru dapat menunjukkan gagal jantung.
4) Timbang BB tiap hari
R/ Penimbangan BB tiap hari dapat menunjukkan adanya kenaikan ataupun penurunan BB.
5) Pantau intake dan output cairan
R/ Terapi diuretik dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba – tiba atau berlebiha, meskipun ada oedema.
6) Kolaborasi dengan tim kesehatan dengan pemberian diuretik atau digoksin.
R/ Diuretik akan meningkatkan laju aliranurine dan dapat menghambat reabsorbsi Natrium dan Klorida.

Diagnosa II
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kardiak out put.
Tujuan
Peningkatan kardiak out put
Kriteria Hasil
1) Tanda vital dalam batas normal
2) Tidak ada odem
Intervensi
1) Kaji adanya tanda-tanda sianosis, pucat.
R/ Vasokontruksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.
2) Pantau pernafasan dan catat kerja pernafasan.
R/ Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distres pernafasan.
3) Kaji fungsi Gastrointestinal, catat Anoreksia.
R/ Penurunan aliran darah ke mensenteri dapat mengakibatkan disfungsi gastrointestinal.

Diagnosa III
Resiko injury berhubungan dengan menurunnya tingkat kesadaran
Tujuan
Px terhindar dari resiko injury.
Kriteria Hasil
Klien bisa merespon stimulus sesuai dengan perkembangan usianya.
Intervensi
1) Kaji status neurologi anak.
R/ Meningkatnya tingkat kesadaran anak
2) Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi.
R/ Untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi anak.
3) Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan makanan yang menarik untuk Px
R/ Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.

Diagnosa IV
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas untuk sekret
Tujuan
Pertukaran gas menjadi optikal.
Kriteria Hasil
Px menunjukkan perbaikan ventilasi dan O2 jaringan adekuat
Intervensi
1) Kaji frekuensi kedalaman pernafasan.
R/ Berguna dalam evaluasi derajat distres pernafasan
2) Posisikan anak dengan tepat agar ada upaya untuk bernafas.
R/ Pengiriman O2 dapat diperbaiki dengan posisi duduk.
3) Kaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
R/ Keabu-abuan dan sinosis sentral mengidentifikasi besarnya hipoksemia
4) Dorong mengeluarkan sputum
R/ Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif
5) Auskultasi bunyi nafas
R/ Adanya mengi, mengidentifikasikan spasme bronkus / tertahannya sekret
6) Pemberian oksigen sesuai program
R/ Memenuhi suplai O2¬


Diagnosa V
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara pemakaian O2 oleh tubuh dan supali O2 ke sel.
Tujuan
Anak toleran terhadap aktivitas
Kriteria hasil
1) Aktivitas anak kembali normal
2) Anak tidak pucat
Intervensi
1) Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas anak
R/ Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas
2) Rencanakan keperawatan dengan periode istirahat
R/ Memberikan keseimbangan dalam kebutuhan dimana aktivitas bertumpu pada jantung
3) Berikan dukungan kepada anak untuk melakukan kegiatan sehari-hari
R/ Anak mengetahui kemampuannya untuk melakukan kegiatan sehari-hari

Diagnosa VI
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan
Tujuan
Klien dapat menunjukkan / mempertahankan berat badan yang normal
Kriteria hasil
1) Berat badan meningkat
2) Klien mentoleransi dietnya dengan masukan kalori yang adekuat
Intervensi
1) Tingkatan kalori dalam bentuk formula, terutama pada klien yang dibatasi cairannya
R/ Dengan peningkatan kalori dalam bentuk formula akan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi pada klien dan dapat mengurangi beban kerja jantung karena rendah cairan
2) Hindari kelelahan yang sangat, saat makan
R/ Kelemahan fisik saat makan akan mengurangi nafsu makan
3) Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering
R/ Makanan porsi kecil tapi sering akan mengurangi adanya mual, muntah dan mengurangi kerja lambung secara maksimal
4) Gunakan selang NBT untuk pemberian makan pada bayi yang tidak makan per oral
R/ Nutrisi harus selalu diberikan pada tubuh bagaimanapun caranya agar dapat memenuhi kebutuhan tubuh terhadap nutrisi.
5) Kolaborasi dengan tim gizi
R/ Dengan kolaborasi akan dapat menentukan kebutuhan nutrisi dan macam diet yang diberikan

Diagnosa VII
Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan gangguan hemodinamik ventrikel kanan dan kiri.
Tujuan
Tidak meperlihatkan tanda-tanda kelebihan cairan


Kriteria hasil
Tidak ada Edema
Intervensi
1) Monitor intake dan out put
R/ Perlu untuk menentukan fungsi jantung, kebutuhan penggantian cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan
2) Monitor berat badan
R/ Penimbangan berat badan harian adalah pengawasan cairan terbaik
3) Kaji Edema, turgor kulit, membran mukosa
R/ Edema terjadi terutama pada masa jaringan yang tergantung pada tubuh

5. IMPLEMENTASI
Melaksanakan Implementasi sesuai dengan Rencana Keperawatan.

6. EVALUASI
Adanya minat dan seleran makan
Porsi makan sesuai dengan kebutuhan
Klien tidak sesak
Orang tua mengerti tentang penyakit anaknya

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Ilmu Kesehatan Anak II, INFOMEDIA, Jakarta.
Mansjoer, Arif, Dkk. (1999), Kapita Selekta Kedokteran Jilid II, Media Fesculapius, Jakarta
Ngastiyah, (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, ECG, 2000.
Betz L. Cecily, PhD., RN., Keperawatan Pediatri, Edisi 3, 2002.

Tidak ada komentar: