SELAMAT HARI KESEHATAN NASIONAL KE 50


Rabu, 21 Desember 2011

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KASUS REUMATOPID HEART DESEASE ( RHD )

LANDASAN TEORI
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN KASUS REUMATOPID HEART DESEASE
( RHD )

1. KONSEP MEDIS
1.1 PENGERTIAN
1.1.1 Penyakit Jantung Reumatik adalah penyakit yang ditandai dengan kerusakan pada katup jantung akibat serangan karditis rematik akut yang berkali-kali. (IDD Jilid 1 : 1996 :; 1026).
1.1.2 Demam Reumatik adalah suatu penyakit sistemik akut atau kronik, dapat sembuh sendiri oleh sebab yang belum jelas atau menimbulkan cacat pada kantung jantung secara lambat. (IDD : Jilid 1 : 1996 ; 1026)

1.2 ETIOLOGI
Demam Reumatik dapat disebabkan oleh :
Infeksi seperti streptococcus  hemolitycus group A, tonsilitis, Nasofaringitis atau otilis media dapat menyebabkan Demam Reumatik. Disamping infeksi, ada kemungkinan predisposisi genetik bersama lingkungan sosisal juga ikut berpengaruh.

1.3 PATOFISISOLOGI
Ada beberapa streptococcus group A yang Nefritogenik dan ini dihubungkan dengan glumerulonefritis walaupun diakui umumnya genetik streptococcus adalah neumatogenik.
Beberapa tipe streptococcus group A ( termasuk tipe M 1,3,5,6,14,18,19,24,27 dan 29 ) ternyata lebih sering didapatkan pada kasus demam reumatik. Sifat spesifik biologik streptococcus group A yang menyebabkna faringitis menjadikan organisme mudah menempel pada mukosa pernapasan atas dan mengakibatkan infeksi. Hal yang paling penting adalah M protein pada permukaan streptococus golongan A merupakan salah satu komponen yang esensial untuk melawan fagositosis.

1.4 PATOLOGI
Penyakit Jantung Rematik disebabkan oleh karditis reumatik akut dan fibrosis yang terjadi pada saat penyembuhan lesi, yang berlangsung bertahun-tahun kemudian.
1.4.1 Gambaran Klinis
Gambaran klinis umumnya dimulai dengan demam atau artritis yang timbul setelah 2-3 minggu terserang infeksi streptococus  hemolitycus.
1). Demam
Demam tidak khas, bisa berlangsung sampai berkali-kali dengan tanda-tanda umum berupa malaise, astesia, penurunan berat badan. Tipe demam adalah remittent, tetapi tidak sering melampaui 39 0 C dan akan kembali normal atau hampir normal dalam 2-3 minggu, juga jika tak diobati.
2) Sakit Persendian
Bisa berupa antralgia yaitu nyaeri persendian dengan tanda-tanda obyektif radang. Atritis ialah radang persendian dengan tanda-tanda panas, merah, bengkak, atau nyeri tekan dan keterbatasan gerak persendian. Atritis sering dimulai pada kaki dan menjalar ke lengan. Lutut paling sering kena ( 75 % ), kemudian pergelangan kaki ( 50 % ), siku, pergelangan tangan, pingguk dan persendian kecil kaki (+12-15 % ) bahu dan persendian kecil tangan ( 7-8 % ).
3) Pankarditis
Pankarditis berupa endokardiits , miokarditisdan perikarditis. Karditis terjadi 50% demam rematik pertama miokarditis harus ditangani hati-hati dan merupakan gejala demam reumatik akut yang biasanya ditemukan tetapi sukar didiagnosis dengan jelas jika klinis terdapat perikarditis maka dianggap berat dan melipuit pula miokarditis dan endokarditis.tanda-tand kardial secara auskultasi yang abnormal tak dapat dianggap sebagai bukti tetap adanya karditios aktif diantaranya:
(1) silent carditis
kira-kira 50% penderita dengan kelainna jantung reumatik tidak mempunyai riwayat serangan pentakit reumatik . dalam keadaan ini kemungkinan berlamhgsunag suatu periode yang disebut silent carditis.
(2) stenosis mitral juvenil
sutikno ( 1980) durumah sakit DR. Karyadoi Semarang melaporkan stenosus mitrall juvenil; merupakan 14,6 % dari seluruh penyakit jantung reumatik.
4). Nodul sub kutan
nodul ini merupakan jaringan padat , tidak nyeri berhubungan dengan tendon, capsul persendian dan fasia. Nodul sub kutan jarang mmberiakan keluhan akan tetapi penting untuk diagnostuk. Biasanya timbul dalam minggu pertana dan hanya pada pasien karditis.
5) eritama marginatum
eritema marginatum biasanya timbul pada awal penyakit dapat hilang tinbul tak menentu seperti halnya nodul subkutan. Eritema ini biasanya terjadi pada penderita dengan karditis.
6) chorea ( St. vitus dance )
juga disebut sydenham’s chorea, chorea minor atau St. minor dance dan dapat dianggap sebagai bentuk neurologi. Demam reumatik. Gerakan yang timbul atau sekonyong0konyong dan tak dapat diulangi lagi , tonus otot menghilang.



1.5 MANIFESTASI LAIN
1.1. Nyeri abdomen
Nyeri abdomen dapat terjadi pada dmam reumatik dengan kelemahan jantung karena p[embengkakan hati mungki juga terdapat pada kasus tanpa kelemahan jantung dan terjadi sebelun ada tanda lain demam reumatik. Dalm keadaan demikian lokasi umbilikus nyerio pada periumbi9likus.
Anoreksia, mual muntah sering terjadi akibat dari dekompensasi jantung atau keracunan salisilat.
1.5.2. eritema nodosum.
1.5.3. effusi pleura atau bendungan paru karena kelemahan jantung.
1.5.4. Gangren
1.5.5. Mitral stenosis
1.5.6. Stenisis aorta
1.5.7. Iskemi perifer, nekrosis

1.6 MANIFESTASI LABORATORIK
Ada 2 macam pendekatan laboratorik yaitu pertama membuktiksan adnya infeksi Streptococcus yang baru kedua untuk membuktikan adanya inflamasi.
1.6.1. Pasien dengan DR 80% mempunyai ASTO (+) walupuin asto yang meninggi dapat mendukung keungknan demam reumatik .
1.6.2. ukuran proses inflamsi dapat dilakukan dengan pengukuran LED dan C-reactive proteon (+) LED mempunyai variasi lebar natara normal dan abnoormal dan meninggi sampai jauh diatas 100 mm.
1.6.3. SDP meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
1.6.4. Sedangkan JDL menunjukkan anemia sedang.
1.6.5. Ig ( Ig M dan Ig G ) sebagai proses autoimun penyebab AR.
1.6.6. Sinar X menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi dan osteoporosis.

1.7 PENATALAKSANAAN
1.7.1. Obat-obatan
1.7.1.1. Obat-obat salisilat dan kortiko steroid keduanya mempunyai efek dramatik pada demam dan poliartritis pada pengobatan demam reumatik. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan atralgia.
1.7.1.2. Pasien dengan karditis dan kardiomegali sebaiknya diberikan steroid.
1.7.1.3. Pridnison merupakan pilihan utama dimulai dengan dosis 2 mg/Kg. BB/hari sdampai denagn tidak lebih 80 mg/hari.
1.7.2. Program istirahat dana latihan
Pada waktu fase akut paien membutuhkan istirahat sempurna dirumah atau dirumah sakit. Tiap hari ditliti kemungkinan ada tidaknya karditis dan kelmahan jantung. Bila tidak ada karditis, istirajat 2 minggu lalu ambulasi 2 minggu disertai pengobatan salisilat.
1.7.3. Terapi diet
Diet pada kasus RHD ditujukan pada pengurangan makanan yang banyak mengandung NH3 seperti jeroan, melinjo soto babat dan diberikan makanan yang tinggi protein dan calsium.
1.7.4. Foto rontgen
1.7.5. EKG










LANDASAN TEORI
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN KASUS REUMATOID HEART DESEASE
( R H D )

2.1. PENGKAJIAN
2.1.1. observasi / temuan
2.1.1.1 Nyeri
1) kaki, betis, paha, atau bokong
2) Tajam dan seperti terjepit
3) Kram
4) Perasaan lelah pada kaki
5) Biasanya terjadi pada saat latiohan; menurun bila latihan dihentikan ( klaudikasi intermitten )
6) Dapat terjadi pada saat istirahat, khususnya poada malam hari
7) Meningkat pada peninggian tungkai.
2.1.1.2 Menurun sampai tidak adanya nadi pedal

2.1.1.3 Ekstermitas

1) Penebalan kuku, akumulasi zat tanduk
2) Pucat
3) Rubor
4) Edema
5) Pengisian vena terlambat padaposisi tergantung
6) Kulit mengkilat, tipis, halus, dingin, atropi.
2.1.2. ADL ( aktivity Daily Life )
2.1.2,1 Aktifitas
Keletihan, malaise, keterbatasan rentang gerak atropi otot, kontraktur/ kelainan pada sendi otot.
2.1.2.2 Cardio vaskuler
Fenomena reynoud jari tangan/ kaki misalnya pusat intermitten sianosis, kemerahan pada jari
2.1.2.3 Integritas ego
Faktor stres akut/ kronis seperti finansial,pekerjaan, ketidakmampuan, ancaman pada konsep diri.
2.1.2.4 Nutrisi
Penurunan berat badan kekeringan pada membran mukosa, dehidrasi, kesulitan mengunyah, mual, anoreksia.
2.1.2.5 Higiene
Ketergantungan pada orang lain, berbagai kesulitn untuk melaksanakan aktifitas perawatan pribadi.
2.1.2.6 Interaksi sosial
Perubahan peran, isolasi.
2.1.3. Pemeriksaan diagnostik
2.1.3.1. LED meningkat 80-100 mm/h
2.1.3.2. Protein C-reactif (+) selama masa eksaserbasi.
2.1.3.3. SDP meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
2.1.3.4. JDL menunjukkan anemia sedang.
2.1.3.5. Ig Iig M dan Ig G ) sebagai proses autoimun penyebab AR.
2.1.3.6. Sinar-X menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi, osteoporosis.
2.2. PRIORITAS KEPERAWATAN
2.2.1. Menghilangkan nyeri
2.2.2. Meningkatkan mobilitas
2.2.3. Meningkatkan konsep diri yang positif
2.2.4. Mendukung kemandirian
2.2.5. Memberikan informasi mengenai proses penyakit/prognosis dan keperluan pengobatan.
2.3. TUJUAN KEPERAWATAN
2.3.1. Nyeri hilang/terkontrol
2.3.2. Pasien menghadapi situasi saat ini secara realistis
2.3.3. Pasien dapat menangani AKS sendiri/dengan bantuan.
2.3.4. Proses/prognosis penyakit dan aturan terapeutik di pahami
2.4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2.4.1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.
2.4.2. Mobilitas fisik, kerusakan berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, ketidak nyamanan, intoleran aktifitas penurunan kekuatan otot.
2.4.3. Cemas berhubungan dengan ancaman atau perubahan kesehatan dan status sosioekonomi, ancaman kehilangan/kematian, tidak sadar konflik tentang esensi nilai, keyakinan dan tujuan hidup.
2.4.4. Penatalaksanaan pemeliharaan rumah, kerusakan, resiko tinggi, terhadap proses peyaj\kit degeneratif jangka panjang, sistem pendukung tidak adekuat.
2.4.5. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekwensi, irama, konduksi elektrikal, penurunan pre load/peningkatan tahanan vaskuler sistemik (TUS ), otot infark/diskinetik, keruasakan struktural.
2.5. INTERVENSI
2.5.1. Diagnosa I
2.5.1.1. Tujuan : nyeri dapat berkurang/hilang
2.5.1.2. Kriteria hasil meliputi :
1) Menunjukkan nyeroi berkurang/hilang
2) Terlihat rileks, dapat tidur/istirahat
3) Berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan.
2.5.1.3. Intervensi
1) Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas ( skala 0-10 ). Catat faktor yang memcepat dan tanda sakit non verbal.
R/ membantu dalam memetukan kebutuhan dan manajemen nyeri dan keefektifan program.
2) Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman.
R/ pada penyakit yang berat torah baring sangat diperlukan untuk membatasi nyeri/cidera berlanjut.
3) Berio obat sebelum aktifitas/latihan yang direncanakan.
R/ menigkatkan relaksasi, mengurangi ketegangan otot/spasme.
4) Observasi gejala kardinal.
R/ gejala kardinal menunjukkan keadaan fisik dari organ-organ vital tubuh, juga dapat memberikan gambaran kondisi pasien.
2.5.2. Diagnosa II
2.5.2.1. Tujuan : klien mampu melakukan mobilitas fisik tanpa keluhan
2.5.2.2. Kriteria hasil meliputi :
1) Tingkat aktifitas meningkat
2) FJ,TD, P dalam batas yang dapat ditolerir.
2.5.2.3. Intervensi
1) Kaji dan pantau adanya tanda –tanda aktifitas yang tidak toleran
2) Periksa TD,FJ dan pernapasan sebelum dan sesudah aktifitas
3) Pwertahanklan istirahat ditempat tidur atau dikursi
4) Identifikasi faktor penyebab kelelahan.
5) Beri jarak waktu pengobatan dan prosedur tindakan.
6) Tingkatkan latihan aktifitas sesuai indikasi oleh kondisi.
2.5.3. Diagnosa III
2.5.3.1. Tujuan : cemas berkurang atau terkontrol
2.5.3.2. Kriteria hasil meliputi :
1) Klien dapat mengenal dan mengidentifikasi perasaannya.
2) Klien mampu menyatakan penurunsn ansietas/cemas.
3) Mengidentifikasi sumber secara tepat.
2.5.3.3. Intervensi
1) Identidfikasi dan ketahui persepsi pasien terhadap ancaman /situasi.
R/ koping terhadap trauma dan takut mati dapat mnempengaruhi dampak serangan jantung secara berkelnjutan.
2) Catat adanya kegelisahan, menolak dan/atau menyangkal tentang ancaman kehilangan/kamatian.
R/ mengidentifikasi perasaan klien sehingga dapat ditentukan tindakan yang akan dilakukan.
3) Berikan waktu luang pada klien untuk mengungkapakan kecemasan
R/ mengurangi beban perasaan klien dengan memberikan perhatian dan solusi terbaik buat klien.
4) Berikan informasi terhadap kondisi, prosedur dan tindakan diagnostik.
R/ mengurangi kecemasan klien terhadap kekurang tahuan terhadap tindakan/prosedur asing.

2.5.4. Diagnosa IV
2.5.4.1. Tujuan :
1) Klien mampu melakukan penatalaksanaan di rumah secra benar dan mandiri
2) Tidak terjadi kerusakan berlanjut.
3) Klien mamapu secaramandiri melaksanakan kegiatan sehari-hari.
2.5.4.2. Kriteria hasil meliputi :
Klien mampu mengungkapkan pemahaman proses penyakit dan pengetahuan mengenai perawatan diri sehingga kekambuyhan enyakit yang diderita dapat diminimalkan.

2.5.4.3. Intervensi
1) Kaji tingkat pemahaman klien terhadap cara pemberian obat, dosis, jadwal pemberian
2) Diskusikan kemungkinan kekambuhan penyakit
3) Jelaskan pentingnya perawatan diri
(1) pertahanan kulit tugkai/kaki hangat dan kering
(2) hindari menggigil.
(3) Jangan masase area yang sakit.
4) Jelaskan untuk memeriksakan diri ke dokter
5) Diskusiakn tanda dan gejala yang mungkin timbul
(1) nyeri sendi
(2) edema ekstermitas.
6) Jelaskan pentingnya rawat jalan secara terus menerus.
2.5.5. Diagnosa V
2.5.5.1. Tujuan :curah jantung adekuat, hemodinamik stabil, tekanan darah dapat ditolerir dalam batas normal.
2.5.5.2. Kriteria hasil meliputi :
1) Mempertahankan stabilitas hemodinamik seperti TD, curah jantung dalam rentang normal, penurunan/tak adanya disritmia.
2) Klien mampu mendemonstrasikan peningkatan toleransi terhadap aktifitas.
2.5.5.3. Intervensi
1) Auskultasi TD, bandingkan kedua tangan dan ukur dengan tisdur
R/ hipotensi dapat terjadi sehubungan dengan disfungsi ventrkel, hipoperfusi miokardial dan rangsang vagal.
2) Evaluasi kwalitas dan kesamaan nadi sesuai indikasi
R/ penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya kelemahan/kekuatan nadi.

3) Catat terjadinya S3, S4.
R/ S3 biasanya dihubungkan dengan GJK tetapi juga terlihat pada adanya gagal mitral. S4 mungkin berhubungan denagn iskemia miokardia, kekakuan ventrikel dan hypertensi pulmonal.
4) Pantau frekwensi jantung dan iramanya.
R/ frekwensi dan irama jantung berespon terhadap obat dan aktifiats sesuai dengan terjadinya komplikasi yang mempengaruhi kerja jantung.

2.6. IMPLEMENTASI
Implementasi dapat dilaksanakan sesuai dengan intervensi stiep diagnosa yang diangkat dengan memperhatikan kemampuan pasien dalam mentolerir tindakan yang akan dilakukan.

2.7. EVALUASI
2.7.1. Interview dengan keluarga pasien tentang pengetahuan dalam menghindari faktor pencetus terjadinya jantung reumatik
2.7.2. Observasi gejala dan serangan kelemahan kontrktilitas jantung.
2.7.3. Kaji kesehatan umum klien.
2.7.4. Observasi klien dan bicarakan dengan keluarga tentang macam –macam permasalahan yang dihadapi dan komplikasi lain
2.7.5. Interview dengan klien tentang kegiatan sehari-dari
2.7.6. Tentukan persetujuan dimana keluarga dan klien mengerti kondisi klien dan perpanjangan terapi yang dilaksanakan.

Tidak ada komentar: