SELAMAT HARI KESEHATAN NASIONAL KE 50


Jumat, 19 Juni 2009

TRAUMA PERSALINAN

TRAUMA PERSALINAN

1.Konsep Dasar Medis
1.1Pengertian
Trauma kelahiran adalah kelahiran pada bayi baru lahir yang terjadi karena trauma kelainan akibat tindakan, cara persalinan / gangguan yang diakibatkan oleh kelainan fisiologik persalinan (Sarwono Prawirohardjo, 2001 :229)

1.2Menurut A.H. Markum dkk (1991 : 266) Etiologi :
1.2.1Makrosomia
1.2.2Mal presentasi (bagian terendah janin yang tidak sesuai)
1.2.3Presentasi ganda (bagian terendah janin lebih dari 1 bagian)
1.2.4Disproporsi sephalo pelvik (ketidak sesuaian panggul dan kepala janin)
1.2.5Kelahiran dan tindakan (proses persalinan yang tidak spontan tapi dengan menggunakan alat)
1.2.6Persalinan lama (persalinan yang lebih dari 24 jam)
1.2.7Persalinan presipitatus (persalinan dimana gejala Kala I tidak dirasakan sakit dan berakhir dengan lahirnya bayi)
1.2.8Bayi kurang bulan (bayi lahir dengan usia kehamilan 22 – 26 minggu)
1.2.9Distosia bahu (kemacetan bahu)

1.3Macam-macam (Dep.Kes. RI, 1997 : 28)
1.3.1Trauma pada jaringan lunak
1.3.1.1Perlukaan Kulit
Diagnosis : Perlukaan pada bayi timbul pada persalinan dengan cunam atau vakum ekstraktor
Tindakan : Bersihkan daerah luka
Beri antiseptik lokal

1.3.1.2Kaput Suksedaneum
Pengertian : Pembengkakan pada suatu tempat dan kepala / adanya timbunan getah bening bawah lapisan apenorose di luar periostium.










Etiologi
Karena adanya tekanan pada kepala oleh janin lahir baik pada :
Partus lama
Persalinan dengan vacum ekstraksi
Kaput suksedanum terjadi bila :
Ketuban sudah pecah
His cukup kuat, makin kuat his, makin besar caput suksedaneum
Anak hidup, tidak terjadi pada anak yang mati.
Selalu terjadi pada bagian yang terendah dari kepala.
Tanda / gejala :
Adanya odem di kepala berwarna kemerahan
Pada perabaan terasa lembut dan lunak
Odema melampaui sela-sela tengkorak.
Batas tidak jelas
Menghilang 2-3 hari tanpa pengobatan.

Patofisiologi
Persalinan dengan vacum forcep
Partus lama


Tekanan daerah kepala sub periostal






Kerusakan jaringan sub periostal

Kerusakan integritas jaringan
Nutrisi
Injury
Eliminasi alvi

Tindakan : Kelainan ini tidak memerlukan pengobatan khusus, biasanya menghilang dalam beberapa hari setelah lahir.

1.3.1.3Sephal hematoma
Pengertian : Pembengkakan pada kepala karena adanya penumpukan darah yang disebabkan oleh perdarahan subperiostium.










Etiologi
Tekanan jalan lahir terlalu lama pada kepala waktu persalinan
Moullage terlalu keras  selaput tengkorak robek
Partu dengan tindakan :
Forcep
Vacum ekstraksi
Frekuensi 0,5 – 2% dari kelahiran hidup
Tanda / gejala
Kepala bengkak dan merah
Batas jelas
Pada perabaan mula-mula lunak, lambat laun keras.
Menghilang pada waktu beberapa minggu.
Patofisiologi
Partus lama
Moulage terlalu keras
Persalinan dengan vacum dan forcep


Tekanan daerah kepala sub periostal



Perdarahan



Kerusakan jaringan sub periostal

Kerusakan integritas jaringan
Nutrisi
Injury
Eliminasi alvi

Tindakan : Bila tidak ada gejala lanjut, kelainan ini tidak memerlukan tindakan khusus, karena akan menghilang dengan sendirnya setelah 3-4 bulan.
1.3.1.4Trauma Muskulus Sternokleidomastoideus
Diagnosis : Minggu pertama  terdapat tumor berdiameter 1,2 cm pada muskulus sternokleidomastoideus. Berbatas tegas, sukar digerakkan dari dasarnya. Kepala serta leher bayi cenderung miring ke arah otot yang sakit. Akan terjadi penyembuhan sendiri, tetapi otot menjadi lebih pendek dari normal. Tumor ini timbul akibat perlukaan yang menimbulkan hematoma ketika melahirkan kepala bayi pada persalinan letak sungsang.
Tindakan : Lakukan fisioterapi dengan menggerakkan kepala bayi ke kanan dan ke kiri setiap hari 5-10 kali.
Beri antiseptik lokal
1.3.2Trauma pada Susunan Saraf
1.3.2.1Paralisis Pleksus Brakialis
Kelainan ini dibedakan atas :
Paralisis Duchenne – Erb
Paralisis Klumpke
Etiologi : Akibat tarikan kuat di daerah leher saat bayi lahir sehingga terjadi kerusakan pada pleksus brakialis.
Diagnosis : - Paralisis Duchene – Erb
Terjadi kelemahan pada lengan untuk fleksi, abduksi serta memutar keluar disertai hilangnya refleks biseps dan moro. Lengan pada posisi aduksi dan memutar ke dalam dengan lengan bawah proslasi dan telapak tangan ke arah belakang
Paralisis Klumpke
Timbulnya kelemahan pada otot fleksor pergelangan sehingga bayi kehilangan refleks mengenal. Paralisis ini jarang terjadi.
Tindakan : Rujuk ke rumah sakit untuk fisioterapi
1.3.2.2Paralisis Nervus Fasialis
Diagnosis : - Timbul gejala separuh muka bayi tidka dapat digerakkan. Kelainan ini terjadi akibat tekanan perifer pada Nervus fasialis saat lahir
Sering terjadi pada persalinan dengan ekstraksi cuman
Tindakan : - Bila kelainan pada saraf VIII hanya berupa edema. Biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa tindakan khusus. Jika 1 minggu  tidak ada perubahan, segera rujuk / konsultasi ke rumah sakit






1.3.2.3Paralisis Nervus Frenikus
Etiologi : Kelahiran sungsang  regangan pada pleksus brakialis yang menyebabkan regangan pada Nervus Frenikus karena jalannya bersamaan
Tindakan : - Terjadi paralisis pada Nervus Frenikus yang bersifat unilateral atau bilateral  terjadi paralisis diafragma. Paralisis nervus frenikus biasanya menyertai paralisis duchene – Erb dan diafragma yang terkena biasanya diafragma kanan sehingga bila ada paralisis Duchene – Erb perhatikan pernapasan bayi.
Pada paralisis berat, bayi dapat memperlihatkan sindrome gangguan pernapasan dengan dispne dan sianosis.
Tindakan : Rujuk ke rumah sakit
1.3.3Perdarahan Intrakranial
Diagnosis : - Terdapat gejala asfiksia yang sukar diatasi
Setengah sadar, merintih
Sesak napas
Pucat
Muntah
Ada kalanya dengan kejang
Gejala neurologi yang timbul akan bervariasi, tergantung pada tempat dan luasnya kerusakan jaringan otak yang diakibatkan oleh perdarahan tersebut.
Tindakan : - Vitamin K injeksi 12 mg/im untuk bayi aterm dan 1 mg untuk bayi preterm
Hindari manipulasi
Rujuk ke rumah sakit
1.3.4Patah Tulang
1.3.4.1Fraktura Klavikula
Etiologi : - Bayi besar
Persalinan letak sungsang dengan lengan menumbuk ke atas
Sering timbul kesulitan dalam melahirkan bahu
Diagnosis : - Timbul kelemahan pada lengan sisi yang terkena disertai menghilangnya refleks moro pada sisi tersebut
Bisa dengan palpasi dan jika perlu dengan potret rontgen
Tindakan : Imobilisasi dengan menggunakan “Ransel Verband”
1.3.4.2Fraktura Humeri
Etiologi : - Kesalahan teknis dalam melahirkan lengan pada persalinan kepala
Letak sungsang denganlengan menumbung ke atas
Diagnosis : - Lengan pada sisi terkena tidak dapat digerakkan disertai menghilangnya reflek moro
Tindakan : - Imobilisasi lengan selama 2,4 minggu
Rujuk ke rumah sakit
1.3.4.3Fraktura Femoris
Etiologi : - Kesalahan teknis dalam persalinan letak sungsang
Kelainan ini jarang terjadi
Diagnosis : - Imobilisasi
Rujuk ke rumah sakit
2.Landasan Askep Kaput Suksedaneum
2.1Pengkajian
2.1.1Biodata
Didapatkan pada bayi baru berumur beberapa hari.
2.1.2Keluhan Utama
Adanya benjola di kepala
2.1.3Riwayat Penyakit Sekarang
Oedema pada kepala terasa lembut dan lunak dengan batas tidak jelas
Organ tubuh yang lain relatif seperti bayi normal
2.1.4Riwayat Penyakit Dahulu
Dalam proses persalinan bayi lahir dengan bantuan vacuum ekstrasi
Proses persalinan bayi lama
2.1.5ADL (Activity Daily Life)
2.1.5.1Pola Nutrisi
Pemberian ASI yang adekuat
2.1.5.2Pola Aktivitas
Tidak sering diangkat agar benjola tidak meluas
2.1.5.3Pola Istirahat
Biasanya bayi sering tidur
2.1.5.4Pola Eliminasi
Jumlah output sesuai dengan intake yang dikeluarkan
2.1.5.5Pola Personal Hygiene
Pasien diseka di tempat tidur
2.1.6Pemeriksaan Umum
2.1.6.1Keadaan Umum
1)TTV
Nadi : 180 x/mnt, pada menit I, kemudian turun sampai 120-140x/mnt
RR : 80 x/mnt, pada menit I, kemudian menurun setelah tenang 40x.mnt
Suhu : 365oC – 374oC
2)Kesadaran Composmentis
3)Pemeriksaan Fisik
Kepala : Terdapat benjolan di kepala berwarna kemerahan, teraba lembut, lunak
Thorax : Lingkar dada 30 – 38 cm
Genetalia : - Sesuai umur kehamilan
- Bila bayi kurang bulan,Pada bayi laki-laki, testis belum turun, pada bayi wanita labia mayora belum menutupi labia minora
Ekstrimitas : Aktif
Integumen : Kulit badan dan ekstremitas kemerah-merahan

2.2Diagnosa Keperawatan
2.2.1Kerusakan Integritas jaringan openorose berhubungan dengan trauma jalan lahir yang ditandai dengan :
Adanya timbunan getah bening di bawah lapisan oponorose di luar periotium (benjolan)
Batas tidak jelas
Pada perabaan lunak

2.2.2Orang tua cemas berhubungan dengan adanya benjolan di kepala bayi
2.2.3Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
2.2.4Resiko injuri berhubungan dengan kerusakan jaringan sub periostal

2.3Intervensi
2.3.1Kerusakan Integritas jaringan openorose berhubungan dengan trauma jalan lahir
2.3.1.1Tujuan
Tidak terjadi kerusakan integritas jaringan
2.3.1.2Kriteria Hasil
Benjolan mengecil atau hilang dalam beberapa jam /hari
2.3.1.3Perencanaan
1)Jelaskan penyebab terjadinya kaput suksedoneum
Pengetahuan ibu yang adekuat akan menambah kooperatif dalam tindakan
2)Jelaskan pada ibu agar tidak seirng mengangkat / menggendong bayi
Dengan bayi istirahat akan mempermudah jaringan untuk menutup
3)Jelaskan pada ibu agar tidak memijit-mijit benjolan di kepala
Dengan istirahat, oedema tidak meluas
4)Jelaskan pada ibu untuk tetetap memberi ASI sesering mungkin
BB > 2.500 gram 8x / 24 jam
BB > 2.000 gram 12 x/24 jam
Mencukupi hidrasi untuk mempercepat penyembuhan
5)Observasi TTV tiap 4 jam
Deteksi dini terhadap penyimpangan
6)Memberikan pesan pada ibu untuk perawatan bayi sehari-hari diutamakan di tempat tidur
Peningkatan pengetahuan ibu dapat menunjang keberhasilan perawatan

2.3.2Orang tua cemas berhubungan dengan adanya benjolan di kepala bayi
2.3.2.1Tujuan
Kecemasan orang tua berkurang atau orang tua tidak cemas
2.3.2.2Kriteria Hasil
1)Dapat menjelaskan penyebab benjolan dan tindakan yang dilakukan
2)Orang tua dapat menerima keadaan bayinya
2.3.2.3Perencanaan
1)Berikan HE pada orang tua tentang kaput suksedaneum
Kecemasan berkurang dengan penjelasan yang diterima
2)Jelaskan pada orang tua tentang perawatan bayi
Menambah pengetahuan yang adekuat dalam proses penyembuhan bayi
2.3.3Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
2.3.3.1Tujuan
Kebutuhan nutrisi adekuat
2.3.3.2Kriteria Hasil
)1Mencapai status nutrisi normal dengan BB yang sesuai
)2Mencapai keseimbangan intake dan output
)3Mencapai kadar gula darah normal
2.3.3.3Perencanaan
1)Timbang BB tiap hari
Mendeteksi adanya penurunan atau peningkatan berat badan
2) Bila ASI belum keluar,berikan :
ASI hari I : 60 cc/kg/BB/24 jam
II : 90 cc/kg/BB/24 jam
III : 120 cc/kg/BB/24 jam
IV : 150 cc/kg/BB/24 jam
Sampai umur 1 mgg maksimal sampai 200 cc.
Cairan,hari I : 60 cc/kg /BB/24 jam
II: 80 cc/kg/BB/24 jam
III: 100 cc/kg/BB/24 jam
IV: 120 cc/kg/BB/24 jam
Diperlukan keseimbangan cairan dan kebutuhan kalori secara parisal
3) Monitor adanya hipoglikemi
Masukan nutrisi inadekuat menyebabkan penurunan glukosa dalam darah.
2.3.4Resiko injuri berhubungan dengan kerusakan jaringan sub periostal
2.3.4.1Tujuan
Mencegah injury yang berkelanjutan
2.3.4.2Kriteria Hasil
)1Menunjukan tidak ada tanda-tanda perdarahan dalam proseudr
)2Mempunyai pergerakan perubahan sehari
)3Bebas injury dan lingkungan yang bebas.
2.3.4.3Perencanaan
1)Inspeksi faeses, gusi, emesis, sputum, secret nasal
Mengetahui adanya perdarahan sebagai tanda-tanda trombositopenia
2)Cegah konstipasi
Mencegah kerusakan mukosa anus sehingga mengurangi resiko infeksi
3)Sediakan lingkungan yang aman
Lingkungan yang aman akan menurunkan resiko spontan perdarahan bila anak mengalami trombositopenia.
4)Instruksikan kepada keluarga / ibu klien untuk menjaga klien
Terhindar dari injury

2.4Implementasi
Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat, prinsipnya adalah :
2.4.1Menghilangkan /mengatasi kerusakan integritas jaringan
2.4.2Mengatasi kecemasan pada orang tua

2.5Evaluasi
Dengan mencocokkan data setelah dilakukan tindakan dengan kriteria hasil pada tujuan sesuai dengan waktu.

DAFTAR PUSTAKA


Sarwono Prawirohardjo, 2001, Asuhan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
________, Hanifah Wiknojosastro, 1999, Ilmu Kebidanan, Edisi III, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 1997, Pedoman Pelayanan Kesehatan Perinatal di Wilayah Kerja Puskesmas, Jakarta.

Tidak ada komentar: