KONSEP
DASAR DEATH AND DYING
1.
Menjelang
ajal (dying)
1.1
Definisi
Secara
etimologi dying berasal dari kata dien yang berarti mendekati kematian.
Dengan kata lain, dying adalah proses
ketika individu semakin mendekati akhir hayatnya. Atau disebut proses kematian.
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh sakit yang parah / terminal, atau oleh
kondisi lain yang berujung pada kematian individu.
1.2
Tahapan Menjelang Ajal
Elisabeth
Kubler-Ross, seorang ahli kejiwaan dari Amerika, menjelaskan secara mendalam
respons individu dalam menghadapi kematian. Berdasarkan pandangannya,
Kubler-Ross menyatakan bahwa respons tersebut: Tidak selamanya berurutan secara
tetap, dapat tumpang tindih, lama tiap tahap bervariasi, perlu perhatian
perawat secara penuh dan cermat. Ada pula fase ketidaktahuan dan ketidakpastian
yang dikemukakan oleh Sporken dan Michels (P.J.M.Stevens, 1999). Akan tetapi,
kali ini akan dibahas lima fase menjelang kematian menurut Kubler-Ross. Secara
umum, ia membedakan respons tersebut menjadi 5 fase (Tailor dkk.,1989), yaitu:
1.2.1
Penyangkalan dan isolasi
1.2.1.1 Penyangkalan
dan Isolasi. Karakteristiknya antara lain :
1. Menunjukkan
reaksi penyangkalan secara verbal, “ Tidak, bukan saya. Itu tidak mungkin.”
2. Secara
tidak langsung pasien ingin mengatakan bahwa maut menimpa semua orang kecuali
dia.
3. Merepresi
kenyataan.
4. Mengisolasi
diri dari kenyataan.
5. Biasanya
begitu terpengaruh dengan sikap penolakannya .
6. Tidak
begitu memperhatikan fakta-fakta yang dijelaskan padanya.
7. Mensupresi
kenyataan.
8. Meminta
penguatan dari orang lain untuk penolakannya.
9. Gelisah
dan cemas.
1.2.1.2 Tugas
perawat pada tahap ini adalah :
1. Membina
hubungan saling percaya.
2. Memberi
kesempatan klien untuk mengekspresikan diri dan menguasai dirinya.
3. Melakukan
dialog di saat klien siap, dan menghentikannya ketika klien tidak mampu
menghadapi kenyataan.
4. Mendengarkan
klien dengan penuh perhatian dan memberinya kesempatan untuk bermimpi tentang
hal-hal yang menyenangkan.
1.2.2
Marah
1.2.2.1 Marah.
Karakteristiknya antara lain:
1. Mengekspresikan
kemarahan dan permusuhan.
2. Menunjukkan
kemarahan, kebencian, perasaan gusar, dan cemburu.
3. Emosi
tidak terkendali.
4. Mengungkapkan
kemarahan secara verbal “ Mengapa harus aku?” Dilihat dari sudut pandang
keluarga dan staf rumah sakit, kondisi ini sangat sulit diatasi karena
kemarahan terjadi di segala ospek dan diproyeksi pada saat yang takterduga.
5. Apaun
yang dilihat atau dirasa akan menimbulkan keluhan pada diri individu.
6. Menyalahkan
takdir.
7. Kemungkinan
akan mencela setiapa orang dan segala hal yang berlaku.
1.2.3
Tugas perawat adalah :
1. Menerima
kondisi klien.
2. Berhati-hati
dalam memberikan penilaian ,mengenali kemarahan dan emosi yang takterkendali.
3. Membiarkan
klien mengungkapkan kemarahannya.
4. Menjaga
agar tidak terjadi kemarahan destruktif dan melibatkan keluarga.
5. Berusaha
menghormati dan memahami klien,memberinya kesempatan memperlunak suara dan
mengurangi permintaan yang penuh kemarahan.
1.2.4
Tawar-menawar
1.2.4.1 Tawar-menawar.
Karakteristiknya adalah :
1. Kemarahan
mulai mereda.
2. Respons
verbal ’’Yah benar aku,tapi …”
3. Melakukan
tawar- menawar /barter,misalnya untuk menunda kematian.
4. Mempunyai
harapan dan keinginan.
5. Terkesan
sudah menerima kenyataan.
6. Berjanji
pada Tuhan untuk menjadi manusia yang lebih baik.
7. Cenderung
membereskan segala urusan.
1.2.4.2 Tugas
perawat adalah sedapat mungkin berupaya agar keinginan klien terpenuhi.
1.2.5
Depresi
1.2.5.1 Depresi.
Karakteristiknya antara lain :
1. Mengalami
proses berkabung karena dulu
ditinggalkan dan sekarang akan kehilangan nyawa sendiri.
2. Cenderung
tidak banyak bicara, sering menangis.
3. Klien
berada pada proses kehilangan segala hal yang ia cintai.
1.2.5.2 Tugas
perawat adalah :
1. Duduk
tenang disamping klien.
2. Memberi
klien kesempatan untuk mengungkapkan kedudukannya.
3. Tidak
terus-menerus memaksa klien untuk
melihat sisi terang suatu keadaan.
4. Memberi
klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.
5. Memberi
dukungan dan perhatian pada klien ( misal : sentuhan tangan, usapan pada rambut
,dll ).
1.2.6
Penerimaan
1.2.6.1 Penerimaan.
Karakteristiknya antara lain :
1. Mampu
menerima kenyataan.
2. Merasakan
kedamaian dan ketenangan.
3. Respons
verbal, “Biarlah maut cepat mengambilku, karena aku sudah siap.”
4. Merenungkan
saat-saat akhir dengan pengharapan tertentu.
5. Sering
merasa lelah dan memerlukan tidur lebih banyak.
6. Tahap
ini bukan merupakan tahap bahagia, namun
lebih mirip perasaan yang hampa.
1.2.6.2 Tugas
perawat adalah :
1. Mendampingi
klien.
2. Menenangkan
klien dan meyakinkannya bahwa Anda akan mendampinginya sampai akhir.
3. Membiarkan
klien mengetahui perihal yang terjadi
pada dirinya.
Upaya yang dapat perawat lakukan ketika klien
melalui kelima tahap tersebut adalah menjadi katalisator agar klien dapat mencapai tahap akhir. Upaya tersebut antara lain dilakukan
dengan mengenali dan memenuhi kebutuhan klien, mendorong dan member klien
kesempatan untuk berbicara dan mengungkapkan emosinya secara bebas , selalu
siap membantu klien, dan menghormati
perilaku klien (Taylor dkk.,1989).
1.3
Dampak sakit
Penyakit
yang diderita klien, dapat berdampak khusus pada klien maupun keluarga. Secara
umum, dampak sakit pada klien dan keluarga dapat dilihat pada tabel dibawah ini
:
Dampak
sakit pada diri klien dan keluarga
|
|
KLIEN
|
KELUARGA
|
·
Menderita sampai saat
kematian tiba; memerlukan bantuan dan dukungan dalam melewati masa-masa
tersebut.
·
Memutuskan perawatan
yang akan dijalani.
·
Mendapat dukungan
untuk setiap keputusan yang diambilnya. Dengan kata lain ada kecenderungan
keluarga untuk memenuhi semua keinginannya.
|
·
Berpartisipasi aktif
dalam perawatan untuk penyembuhan klien.
·
Memperoleh dukungan
dan perhatian selama proses berduka.
|
2.
Kematian
( death )
2.1 Definisi
Secara etimologi death berasal dari kata death
atau deth yang berarti keadaan mati
atau kematian. Sedangkan secara definitive, kematian adalah terhentinya fungsi
jantung dan paru-paru secara menetap, atau terhentinya kerja otak secara
permanen. Ini dapat dilihat dari tiga sudut pandang tentang definisi kematian,
yakni:
2.1.1
Kematian
2.1.2
kematian otak,yakni
kerusakan otak yang tidak dapat pulih
2.1.3
kematian klinik, yakni
kematian orang tersebut ( Rapor,2002 ).
2.2 Pandangan
tentang kematian
Seiring waktu pandangan masyarakat
tentang kematian mengalami perubahan. Dahulu kematian cenderung dianggap
sebagai hal yang menakutkan dan tabu.
Kini kematian telah dipandang sebagai hal yang wajar dan merupakan proses
normal kehidupan.
2.3
Tanda-tanda kematian
Tanda-tanda kematian terbagi kedalam
tiga tahap, yakni menjelang kematian, saat kematian, dan setelah kematian.
2.3.1
Mendekati kematian.
Tanda-tanda fisik menjelang kematian meliputi :
2.3.1.1
Penurunan tonus otot
1. Gerakan
ekstremitas berangsur-angsur menghilang, khususnya pada kaki dan ujung kaki.
2. Sulit
berbicara
3. Tubuh
semakin lemah
4. Aktivitas
saluran pencernaan menurun sehingga perut membuncit
5. Otot
rahang dan muka mengendur
6. Rahang
bawah cenderung menurun
7. Sulit
menelan, reflex gerakan menurun
8. Mata
sedikit terbuka
2.3.1.2
Sirkulasi melemah
1.
Suhu tubuh pasien
tinggi, tetapi kaki, tangan, dan ujung hidung pasien terasa dingin dan lembap
2. Kulit
ekstremitas dan ujung hidung tampak kebiruan, kelabu atau pucat
3. Nadi
mulai tidak teratur, lemah dan cepat
4. Tekanan
darah menurun
5. Peredaran
darah perifer terhenti
2.3.1.3
Kegagalan fungsi
sensorik
1. Sensari
nyeri menurun atau hilang
2. Pandangan
mata kabur/berkabut
3. Kemampuan
indera berangsur-angsur menurun
4. Sensasi
panas, lapar, dingin dan tajam menurun
2.3.1.4
Penurunan / kegagalan
fungsi pernapasan
1. Mengorok
(death rattle) / bunyi napas
terdengar kasar
2. Pernapasan
tidak teratur dan berlangsung melalui mulut
3. Pernapasan
Cheyne stokes
2.3.2
Saat kematian. Fase ini
ditandai dengan :
2.3.2.1 Terhentinya
pernapasan, nadi, tekanan darah, dan fungsi otak (tidak berfungsinya
paru,jantung dan otak ).
2.3.2.2 Hilangnya
respons terhadap stimulus eksternal.
2.3.2.3 Hilangnya
control atas sfingter kandung kemih dan rectum (inkontinensia) akibat peredara
yang terhambat; kaki dan ujung hidung menjadi dingin.
2.3.2.4 Hilangnya
kemampuan pancaindera; hanya indera pendengaran yang paling lama dapat
berfungsi (Stevens,dkk.,2000).
2.3.2.5 Adanya
garis daftar pada mesin elektroensefalografi menunjukkan terhentinya aktivitas
listrik otak untuk penilaian pasti suatu kematian.
2.3.3
Setelah kematian. Fae
ini ditandai dengan :
2.3.3.1 Rigor
mortis (kaku). Tubuh menjadi kaku 2-4 jam setelah kematian.
2.3.3.2 Algor
mortis (dingin). Suhu tubuh perlahan-lahan turun.
2.3.3.3 Livor
mortis (post-mortem decomposition).
Perubahan warna kulit pada daerah yang tertekan; jaringan melunak dan bakteri
sangat banyak.
Setelah
klien meninggal, perawat bertugas melakukan perawatan pada jenazahnya.
Disamping itu, perawat juga bertugas memberikan asuhan keperawatan kepada
keluarga dan orang terdekat klien.
DAFTAR
PUSTAKA
Stevens,P.J.M.,dkk.(1999).
Ilmu Keperawatan (ed.2). Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Roper,N.(2002).
Prinsip-prinsip keperawatan. Yayasan
Essentia Madica, Yogyakarta
Taylor,C.,dkk.(1989).
Fundamentals of Nursing: The art and
scienceof nursing care. J.B.Lippincott Co,
Philadelphia
Carpenito,L.J.(2002).
Nursing Diagnosis Application to clinical
practice (ed.9). Lippincott,
Philadelphia
Kozier,B.(2004).
Fundamentals of Nursing: Concepts, process,
and practice (ed.7). Prentice Hall,
New Jersey
Mubarak,
wahit iqbal.(2007). Buku Ajar Kebutuhan
Dasar Manusia: Teori & Aplikasi Dalam Praktek. Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar