2.3 Konsep Dasar Lanjut Usia
2.3.1 Pengertian
Lanjut usia adalah golongan pendududuk yang mendapat perhatian atau penglompokan tersendiri adalah populasi berumur 60 tahun keatas (Nugroho W, 2000)
2.3.2 Pembagian Lanjut Usia
2.3.2.1 Menurut Nugroho W, (2000) bahwa lanjut usia dibagi menjadi tiga: 1). Midlle age antara umur 45-59 tahun. 2). Early age antar umur 60-74 tahun. 3). Old age antara umur 75-90 tahun keatas.
2.3.2.2 Menurut WHO lanjut usia meliputi : 1). Usia pertengahan atau Middle age kelompok usia 45-59 tahun.. 2). Lanjut usia atau Lader ly antara 60-74 tahun. 3). Lanjut usia tua atau Old antara 75-90 tahun. 4). Usia sangat tua atau very old di atas 90 tahun
2.3.2.3 Sedangkan menurut Wirakusumah. ES (2000) bahwa lanjut usia dibagi menjadi 3 kelompok : 1). Lanjut usia peralihan awal umur 50-55 tahun . 2). Lanjut usia peralihan menengah umur 55-60 tahun. 3). Lanjut usia peralihan akhir umur 60-65 tahun.
2.3.3 Teori Proses Menua
Menurut Nugroho W, (2000), proses menua adalah:
2.3.4.1 Proses Individu
1) Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
2) Masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
3) Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses menua.
2.3.4.2 Teori Biologi: 1). Secara keturunan atau mutasi atau somatik mutuatik theory setia sel pada saatnya akan mengalami mutasi. 2). Pemakainn dan rusak kelebihan usaha dan stress menyebabakan sel-sel tubuh lelah atau terpakai. 3). Pengumpulan dari pigmen dalam tubuh yang disebut teori akumulasi dari produk sisa sebagi contoh adanya pigmen limpo fochiene disel otot jantung dan sel susunana saraf pusat pada orang lanjut usia yang mengakibatkan mengganggu fungsi sel itu sendiri. 4). Peningkatan kolagen dalam jaringan. 5). Reaksi dari kekebalan sendiri atau auto imuni theory didalam proses metabolisme tubuh suatu saat produksi suatu zat khusus ada jaringan tubuh tertentu tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit sebagai contoh bertambahnya kelenjer timus yang ada pada usia dewasa berinvolunsi dan sejak itu terjadilah kelainanan auto imun.
2.3.4.3 Teori Kejiwaan sosial: 1). Aktivitas atau kegiatan ketentuan akan meningkatkan pada penurunan pada jumlah kegiatan secara langsung . 2). Ukuran optimum atau pola hidup dilanjutkan pada cara hidup darai lanjut usia. 3). Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainya.
2.3.4 Perubahan-Perubahan Pada Lanjut Usia
Menurut Nugroho W, (2000) perubahan fisik yang terjadi pada lanjut usia:
2.3.4.1 Perubahan Sel: 1). Lebih sedikit jumlahnya. 2). Lebih besar ukuranya. 3). Berkuranya cairan tubuh dan cairan intra seluler. 4). Sistem persyarafan. 5). Cepat menurunya hubungan persyarafan. 6). Lambat dalam respon dan waktu bereaksi khususnya stres. 7). Mengecilnya syaraf panca indera.
2.3.4.2 Sistem Pendengaran: 1). Presbhikusis atau gangguan dalam pendengaran. 2). Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otoseklerosisi. 3). Terjadinya pengumpulan serumen dan mengeras karena meningkatnya kreatin.
2.3.4.3 Sistem penglihatan: 1). Sfingter pupil timbul seklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar. 2). Kornea lebih berbentik sferis atau bola. 3). Lensa lebih suram atau kekeruhan pada lensa. 4). Meningkatnya ambang pengamatan sinar. 5). Hilanyan daya akomondasi. 6). Menurunya lapang pandang. 7). Menurunya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala
2.3.4.4 Sistem Kardivaskuler: 1). Katup jantung menebal dan menjadi kaku. 2). Kemampuan jantung memompa darah manurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun. 3). Kehilangan elastisitas pembuluh darah . 4). Tekenanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer atau 170/95 mmHg.
2.3.4.5 Sistem Respirasi: 1). Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku. 2). Menurunya aktivitas pada silia. 3). Paru-paru hilang elastisitasnya. 4). Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang. 5). Oksigen menurun pada arteri hingga 75 mmHg. 6). Karbondioksida pada arteri tidak berganti. 7). Kemampuan untuk batuk berkurang.
2.3.4.6 Sistem Gastroentestinal: 1). Kehilangan gigi. 2). Indra pengecap menurun. 3). Esofagus melebar. 4). Asam lambung menurun. 5). Peristaltik usus lemah dan timbul konstipasi. 6). Fungsi absorbsi melemah. 7). Hati makin mengecil dan menurunya tempat penyipanan serta berkurangnya aliran darah.
2.3.4.7 Sistem Genito Urinaria: 1). Ginjal mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun 50%. 2). Vesika urinaria otot menjadi lemah, kapasitas menurun 200 ml sehingga frekuensi buang air kecil meningkat, pembesaran prostat 70 % pada laki-laki lebih dari 65 tahun. 3). Daya seks terjadi penurunan libido secara bertahap tiap tahun tapi kapasitas untuk melaksanakan dan menikmati terus sampai tua.
2.3.4.8 Sistem Endokrin: 1). Produksi dari semua hormon menurun. 2). Fungsi paratyroid dan sekresi tidak berubah. 3). Pertumbuhan hormon lebih lambat. 4). Menurunya aktivitas tiroid. 5). Menurunya produksi aldosteron. 6). Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya progesteron dan aldosteron serta testosteron
2.3.4.9 Sistem Kulit: 1). Keriput akibat kehilangan jaringan lemak. 2). Kulit kepala menipis dan warna rambut berubah. 3). Berkurangnya elastisitas akibat menurunya cairan dan vaskulerisasi. 4). Kuku jari menjadi keras dan rapuh
2.3.4.10 Sitem Muskuloskletal: 1). Kulit kehilangan desinty dan makin rapuh,kefosis. 2). Pinggang lutut dan jari-jari pergelangan terbatas. 3). Persendian makin membesar dan kaku.
2.3.4.11 IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan perkalian verbal serta berkuranya penampilan, persepsi dan psikomotorik
2.3.4.12 Perubahan aspek kepribadiaan bisa terjadi egoistik, emosi meningkat, harga diri rendah,sukar tidur dan kadang-kadang bicara ngelantur
2.3.5 Perubahan-Perubahan Secara Fisik Maupun Mental
Menurut Wirakusumah. ES (2000) banyak terjadi saat seseorang memasuki usia senja seperti timbulnya uban, penglihatan berkurang, gigi tanggal, pikun depresi atau merasa dikucilkan
2.3.6.1 Komposisi tubuh
Sejalan dengan bertambahnya usia komposisi seseorang akan berubah. Perubahn ini sedikit banyak dipengaruhi oleh faktor genetik, aktivitas fisik, asupan gizi dan penyakit.
2.3.6.2 Peningkatan jumlah lemak relatif meningkat dengan bertambahnya usia.
Peningkatan jumlah lemak pada lansia dipengaruhi oleh penurunan aktivitas fisik yang tidak diimbangi dengan pengurangan asupan maknan. Selain itu menurunyan fungsi hormon tertentu atau esterogen dan progesteron akan mempengaruhi metabolisme lemak. Peningkatan jumlah lemak akan berimpilkasi terhadap meningkatnya resiko terserang penyakit dan kematian.
2.3.6.3 Kekuatan otot.puncak.
Kekuatan otot terjadi pada usia sekitar 20 tahun dan akan terus menurun ketika menginjak usia 40 tahun sekitar usia 60 tahun kekuatn otot hanya tinggal separunya bila di bandingakan dengan usia 20-an tahun. Menurunnya kekuatan otot ini sangat mempengaruhi koordinasi gerakan tubuh karena berkurangya serabut-serabut otot yang bertanggung jawab terhadap gerakan yang cepat. Penurunan massa otot sejalan dengan bertambahnya usia penurunan masa otot pada pria lebih besar dibanding wanita usaha untuk memperbaiki fungsi otot dapat ditempuh dengan cara latihan fisik yang tepat dan berkesinambungan hasilnya cukup efektif walaupun tidak akan mengubah massa otot
2.3.6.4 Air tubuh.
Jumlah total air didalam tubuh baik berupa cairan ektraseluler maupun intraseluler akan menurun sejalan dengan meningkatnya usia. Penurunan air tubuh pada lansia terjadi secara signifikan karena adanya peningkatan jumlah sel mati yang digantikan oleh lemak maupun jaringan penghubung selain itu dapat disebabkan oleh pengurangan asupan air karena respon terhadap kehilangan air tubuh berkurang, dehidrasi termal dan penurunan kemampuan menahan air didalam ginjal. Dalam kondisi sakit kasus dehidrasai pada lansia makin meningkat sehingga kehilangan air tubuh akan makin parah disamping itu hilangnya melalui ginjal, usus, paru-paru atau kulit makin meningkat. Demikian juga bila seseorang terserang diare atau penyakit berhubungan dengan ginjal akibat lanjut kondisi dehidrasi dapat menyebabkan kesadaran menurun dan sirkulasi dalam tubuh tidak memadai.
2.3.6.5 Menurunya massa tulang.
Massa tulang juga menurun sejalan dengan meningkatnya usia. Pada wanita setelah menapouse preses reabsorbsi makin meningkat dalam proses tersebut terjadi pelepasan kalsium dari tulang untuk digunakan tubuh sedangkan kondisi tulang sudah mengalami kerusakan. Sementara itu proses formasi yaitu pertumbuhan tulang sudah berhenti. Ketidakseimbangn diperburuk oleh turunnya kadar estrogen sehingga kerapuhan tulang semakin cepat. Pada wanita hal ini dapat menyebabkan osteoporosis, penyakit osteoporosis hampir dialami 40% wanita berusia 50 tahun keatas. Faktor penting yang berpengaruh terhadap timbulnya osteoporosisi ini adalah menurunya aktivitas fisik, merokok, mengkonsumsi alkohol, fungsi hormon estrogen yang tidak efisien serta rendahnya kolsium dan fluoride.
2.3.6.6 Sistem Pencernaan
1) Gigi lansia sering mengalami gangguan gigi geligi karena kerusakan gusi, caries pada akar gigi serta tanggalnya beberapa gigi salah satu penyebab adalah karena terjadinya perubahan bentuk rahang atau mandibula kondisi ini mengakibatkan lansia mengalami hambatan dalam proses mengunyah
2) Sensitivitas indara penciuman dan perasa sejalan demngan bertambahnya usia kemampuan indra penciuman dan perasa perlahan-lahan mulai menurun perubahan ini terkadang tidak disadari oleh para lansia. Menurunnya kemampuan tersebut dipengaruhi bebarapa faktor yatitu kepekaan penurunan indra penciuman akibat perubahan sistem penciuman atau olfaktori, intragasi dari sistem saraf pusat, obat-obatan, kebersihn diri, gizi atau akibat penyakit seperti parkinson dan alzhaimer. Kekurangan zat gizi sepeti seng, tembaga, nikel dan beberapa vitmin dapat memicu penurunan kepekaan indra penciuman dan perasa
3) Produksi asam lambung dan enzim pencernaan. Produksi asam lanbung dan beberapa enzim pencernaan akan menurun ketika usia mulai senja kondisi ini akan berpengaruh terhadap penyerapan vitamin B12, asam volat dan besi non –hem dalam usus. Disamping itu akan menghambat penyerapan kalsium,.lambatnya pengeluaran kelenjar usus akan menghambat penyerapan dan pencernaan makanan hal ini menimbulkan beberapa penyakit yang berhubungan dengan lambung dan usus diantaranya tukak lambung atau peptik ulcer, sembelit, difertiklosis, kurng gizi dan lain-lain.
4) Penurunan absorbsi. Tidak efisiensinya absorsi usus lebih sering disebabkan oleh kekurangan elektrolit, laktosa, Vitamin B6, vitamin D, kalsium dan besi. Penyerapan makanan antar lain berlangsung secara difusi dan transporaktif melaliu membran. Untuk memperlancara proses penerapan harus tersedia cairan yng cukup. Oleh karena itu dehidrasi dapat menurunkan penyerapan usus.
5) Lapisan otot usus pertambahan usia menyebabkan kemunduran perkenbangan lapisan otot pada usus akibatnya dinding usus menjadi lemah kemampuan gerak atau motilitas usus juga semakin menurun diikuti dengan hambatan penyerapan air pada feces dan lebih lanjut dan menyebabkan konstipasi. Kondisi ini dipicu oleh diet yang rendah serat, kurang aktivitas serta lemahnya regangan otot dibagian perut.
6) Obat-obatan dapat menimbulkan efek yang negatif terhadap pencernaan. Laksative dan obat diuretik akan mengganggu kesimbangan cairan elektrolit tubuh jenis obat penenang atau trankuilis dapat mengurangi rangsangan untuk minim sedangkan antibiotik akan mengganggu produksi flora usus.
7) Perubahan fungsi hati. Perubahan yang terjadi pada hati antara lain menyusutnya ukuran, kurang lancarnya aliran darah, berkurangya jumlah hepatisit dan terjadinya penurunan kecepatan fungsi metabolik. Hal ini berimplikasi terhadap penurunan kecepatan hati dalm proses racun seperti obat-obtn dan alkohol.
2.3.6.7 Sistem Kekebalan
Degenerasi terhadap thymus atau kelenjar dibagian leher yang bertanggung jawab terhadap pemelihraan T-limphosites untuk mengkoordinasi sistem kekebalan tubuh terjadi secara berangsur-angsur. B-limphosites sel menghasilkan antibodi juga akan kehilangan fungsinya. Dengan kata lain terjadinya penurunan sisitem kekebalan karena kemampuan tubuh untuk merangsang serangan mikroskopis dan kemampuana produksi anti bodi berkurang akibat proses penuaan. Hasil studi menunjukkan bahwa keadaan malnutrisi protein dan energi berpengaruh terhadap lemahnya kekebalan tubuh khususnya sel yang berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh. Perbaikan asupan gizi pada lansia dapat memperbaiki sistem kekebalan tubuh
2.3.6.8 Sistem Jantung
Bertambahnya usia menyebabkan efisiensi kerja jantung dalam memompa darah menjadi berkurang. Hal ini disebabka oleh penurunan elastisitas pembuluh arteri akibat perubahn kolagen dan elastisitas dalam dinding arteri. Selain itu terjadi penurunan kemampuan pembuluh darah untuk berelaksasi dalam mengakomdasi dalam perubahan volume darah seperti denyut jantung kondisi ini lambat laun akan meningkatkan tekanan darah namun bertambahnya usia tidak menyebabkan jantung mengecil atau atropi
2.3.6.9 Sistem Pernafasan
Pada usia 20 tahunan fungsi paru akan bekerja maksimal diukur dari jumlah udara yang dikeluarkan perdetik dengan bertambahnya usia fungsi paru-paru akan menurun akaibat berkurang daya elastisitas otot yang mempetahankan bronkioles pipa kecil didalam paru-paru tetap terbuka penurunan fungsi paru-paru juga terjadi karena kebiasaan merokok dan kurang beraktivitas.
2.3.6.10 Otak dan Sistem Saraf
Bertambahnya usia akan menurunkan kemampuan otak sehingga daya ingat berkuarang. Kondisi ini tidak jarang menimbulkan masalah kesehatan akan lupa makan, lupa minum obat dan sebagainya dan akhirnya mendatangkan penyakit penurunan fungsi otak akibat terhentinya pembelahan sel neuron secara progresif sesuai dengan pertambahnya usia.
Penurunan daya ingat terjadi pada usia beragam ada yang mulai pada usia 50 tahun, 60 tahun bahkan 70 tahun secara biologis volume otak akan berkurang 10% pada usia 30-60 tahun. Setelah usia 30 tahun berat otak mengalami penurunan yaitu sekitar 150-200 gr sampai akhir hayatnya. Penurunan fungsi saraf mata mengalami penurunan pada usia 40 tahun, setelah usia 60 tahun akan terjadi penurunan kemampuaan belajar, depresi, kekakuan dan dimensia. Disamping itu dengan meningkatnya usia fungsi neurotransmiter otak dan reseptornya makin menurun sehingga kemampuan reflek menjadi berkurang.
2.3.6.11 Sistem Metabilisme dan Hormon
Tingkat metabolisme basal rate atau BMR per satuan berat badan badan lansia akan menurun sekitar 20% dibandingkan usia 30 tahun. Pada penderita diabetes akan terjadi penurunan toleransi terhadap glukosa dan resiko terhadap kondisi obesitas semakin meningkat perubahan-perubahan tersebut terjadi akibat penurunan fungsi hormon didalam tubuh.
Penurunan hormon seks atau estrogen pada wanata menjelang menopouse atau 50 tahun ketidakteraturan sampai berhentinya haid disebabkan indung telur yang tidak memproduksi sel telur lagi hal ini terjadi akibat adanya perubahan keseimbangan produksi hormon-hormon seks. Gejala-gejala yang mengalami perubahan ini antara lain berupa keluhan psikologis dan keluhan fisik atau somatik yang dikenal sebagai keluhan premenopouse atau masa klimakterium keluhan psikologis yang terjadi umumnya mudah tersinggung, apatis tidak memperhatikan penampilan, gangguan tidur atau berpeluh pada perasan panas, sedangkan gangguan somatik dapat berupa mengendurnya vagina atau hipoatrofi mengendurnya buah dada dan kemungkinan terjadinya keropos tulang. Selain kadar endokrin akan meningkat sesuai dengan bertambahnya usia sehingga akan menurunkan sensitivitas terhadp rasa sakit, dipihaka lain produksi hormon tyroid yang mengatur metabolisme basal tidak banyakk berubah
2.3.6.12 Sistem Ekskresi
Penurunan aliran darah ke ginjal berhubungan dengan penurunan jumlah nefron atau suatu unit yang bertanggung jawab mengekstrak kotoran dari darah dan membuangnya kedalam urin. Keadaan ini menyebabkan volume urin meningkat sementara itu kapasits kandung kencing menurun sehingga pengeluaran urin setiap harinya meningkat oleh karena itu tidak mengherankan jika kadang lansia sering buang air kecil dimalam hari, dengan bertambahnya umur satuan anatomik dan fungsi ginjal juga menurun sebanyak 35% nefron dan 30% jumlah glumeruli yang aktif menghilang serta berkuarangnya darah yang keluar masuk dari ginjal sebesar 45-53% .
2.3.6.13 Massa Tulang
Massa tulang berkurang sejalan dengan bartambahnya. usia. Puncak penambahan massa tulang terjadi sampai usia sekitar 35 tahun. Puncak massa tulang ini bervariasi, misalnya massa tulang pria 25-30% lebih tinggi dari pada wanit. Massa tulang orang berkulit hitam 10% lebih tinggi dari pada yang berkulit putih. Namun pada setiap kelompok tadi terdapat variasi yang lebar, misalnya satu dari 40 wanita 65 tahun mempunyai massa tulang kurang dari rata-rata .
Penambahan usia sangat terkait dengan berkurangnya massa tulang setiap tahunnya tulang berkurang 0,3% pada pria dan 1% pada wanita kondisi ini memang tergantung pada jenis kelamin aktivitas fisik.asupan zat gizi dan status sosial ekonomi. Kecepatan penurunan massa tulang selain diakibatkan usia juga oleh minimnya asupan kalsium selain itu faktor resiko lainya itu penyakit-penyakit yang berhubungan dengan penurunan massa tulang diantara bentuk tubuh yang kecil minimnya aktivitas fisik, menepouse lebih awal dan anoreksia (Wirakusumah. ES:2000)
2.3.6 Faktor-Faktor Yang Terkait Dengan Kebutuhan Gizi Lansia
1) Aktifitas fisik
Pada umumnya, para lansia akan mengalami penurunan aktivitas fisik. Salah satu faktor penyebabnya adalah pertambahan usia yang dapat menyebabkan terjadinya kemunduran biologis. Kondisi ini setidaknya akan membatasi aktifitas yang menurut ketangkasan fisik, penurunan aktifitas fisik pada lansia harus diimbangi penurunan aktifitas asupan kalori. Hal ini untuk mencegah terjadinya Obesitas, jika pasokan kalori maka akan mengakibatkan keseimbangan kalori positif atau kelebihan kalori, sehingga akan meningkatkan resiko terjadinya serangan beberapa penyakit degeneratif.
2) Kemunduran biologis
Masuk usia senja, seseorang akan mengalami beberapa perubahan baik secara fisik maupun biologis. Misalnya Gigi, kulit keriput, penglihatan berkurang, keroposnya tulang, rambut beruban, pikun, depresi, sensitifitas indra berkurang, metabolisme basal berkurang dan kurang lancarnya proses pencernaan. Perubahan -perubahan ini akan berpengaruh terhadap proses pencernaan, penyerapan, dan penggunaan zat gizi didalam tubuh. Oleh karena itu, asupan gizi untuk lansia harus disesuaikan dengan perubahan kemampuan organ-organ tubuh lansia sehingga dapat mencapai kecukupan gizi lansia yang optimal.
3) Pengobatan
Kadang-kadang bertambahnya usia identik dengan ketergantungan obat pada dasarnya pengobatan dapat memperbaiki kondisi kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup, tetapi dilain pihak pengobatanpun dapat mempengaruhi asupan kebutuhan gizi lansia. Tidak jarang lansia harus mengkonsumsi obat-obatan dalam waktu yang cukup lama. Berikut ini beberapa contoh pengaruh penggunaan obat terhadap kebutuhan zat gizi :
(1). Kebutuhan kalium akan meningkat akibat penggunaan obat-obatan diuretik.
(2). Perubahan selera makan akan terjadi akibat penggunaan obat anti depresan (Pencegahan depresi) atau jenis antibiotik tertentu.
(3). Penggunaan aspirin dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan berkurangnya cadangan besi.
Berdasarkan uraian tersebut, bagi lansia yang harus menggunakan beberapa jenis obat, dianjurkan untuk selalu mengkonsultasikan kepada dokter mengenai kemungkinan efek samping pada obat yang sedang dan akan digunakan. Makanan tersebut harus mendukung proses penyembuhan penyakit dan mencegah terjadinya penurunan cadangan beberapa zat gizi akibat penggunaan obat. Dengan harapan obat yang dikonsumsi tidak mengakibatkan berkurangnya jumlah beberapa unsur jenis.
4) Depresi dan Kondisi mental
Depresi hampir dialami oleh 12-14% Populasi lansia. Perubahan lingkungan sosial, kondisi yang terisolasi, kesepian atau berkurangnya aktivitas menjadikan para lansia mengalami rasa frustasi dan kurang bersemangat. Akibatnya, selera makanan terganggu dan pada akhirnya dapat mengakibatkan terjadinya penurunan berat badan. Dengan demikian, kondisi mental yang tidak langsung dapat memicu terjadinya status gizi yang buruk.
5) Penyakit
Meningkatnya usia menyebabkan seseorang mejadi rentan terserang penyakit. Penyakit tertentu sering menyebabkan keadaan gizi menjadi buruk. Misalnya menderita kencing manis umumnya mempunyai berat badan dibawah batas normal. Diduga penurunan badan ini terjadi karena defisiensi insulin yang dialami oleh penderita kencing manis. Kondisi ini akan menyebabkan sedikitnya glukosa yang dapat diserap tubuh untuk diubah menjadi energi. Dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan energi, tubuh akan merombak lemak atau liposis dan Protein atau Proteolisis untuk dijadikan sumber energi jika kondisi ini terjadi secara terus menerus akan menyebabkan cadangan lemak dan protein didalam tubuh berkurang. Akibatnya berat badanpun akan menurun.
Selain kencing manis, Defisiensi zat gizi tertentu dialami pula oleh penderita osteoporosis. Dalam hal ini, penderita osteoporosis mengalami defisiensi kalsium yang berlangsung secara perlahan-lahan. Lain halnya dengan penderita darah tinggi yang cenderung mengalami defisiensi vitamin C. Dengan demikian jelaslah bahwa penyakit yang diderita seseorang sangat berpengaruh terhadap kesediaan dan kebutuhan zat gizi didalam tubuhnya (Wirakusumah. ES, 2002).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar