SELAMAT HARI KESEHATAN NASIONAL KE 50


Rabu, 21 Desember 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MITRAL STENOSIS

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN MITRAL STENOSIS

LANDASAN MEDIS
1. PENGERTIAN
Mitral stenosis adalah blok aliran darah pada tngkat kantup mitral, akibat adanya perubahan struktur mitral leaflets yang menyebabkan tidak membukanya kantup mitral secara sempurna paa saat drastolik.
( Suparman ; 2000:1035 )
Mitral stenosis adalah perubahan progresif dan pengerutan bilah-bilah kanttup mitral yang menyebabkan penyimpatan lumen dan sumbatan progresif aliran darah ( Huddak dan Gallow ; 1998: 825 ).

2. ETIOLOGI
Mitral stenosis terjadi paling sering sebagai akibat dari penyakit jantung rematik, endokardritis, bakterial atau kalsifikasi.

3. PATOFISIOLOGI
R H D

Mitral Stenosis


Atrium kiri meningkat Darah diventrikel kiri berkurang

Vena pulmanal meningkat Curah jantung menurun

Peningkatan tekanan sierkulasi Penurunan perfusi sistemik

Peningkatan tekanan ventrikel kanan Darah menggenang di belakang
Karup yang stenosis

Peningkatan tekanan atrrom kanan Aatrium kiri dilatasi

Kongesti pulmoral sistemik Hipoksia

Odom periter Metab- an aerob

Peningkatan volume cairan Kelelahan

Intoleran aktifitas

Efek fosiologis dan hemodinamik pada stenosis mitral
Peningkatan tekanan dilatasi atrium kiri fibrilasi atrium
Arteri pulmonal

Edema alveolar dan Hipertrofi atrium kiri
Interstitral
- Dispnea Tekanan dan volume
- Artopnea atrium kiri
- Edema pulmonal


Penurunan darah keventrikel kiri

Hipertensi pulmonal Penurunan curah jantung sistemik


- Hemoptisis
- Hipoksemia Penurunan perfusi otot rangka
Penurunan tekanan dan - Kelelahan
Volume ventrikel kanan

Gagal jantung sisi kanan
- Edema perifer
- Distensi vena jugularis
- Pembesaran hepar

4. GAMBARAN KLINIS
Sesak napas 4.7 Kelelahan, kelemahan
Hemoptisis 4.8 Distensi vena jugularis
Hipoksemia 4.9 Polprtasi
Ortopnea 4.10 Nyeri dada
Edema 4.11 Suara parau (hoarsenesis)
Edema perifer 4.12 Fibrilasi atrium

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN FISIS
a. Inspeksi dan Palpasi.
Apeks biasanya normal tetapi kadang-kadang sulit ditemukan vibrasi saat palpasi dirasakan akibat bunyi jantung pertama yang mengeras dan dapat diraba adanya diastolic thriil.
b. Auskultasi.
1. Bunyi jantung pertama yang mengeras
Dapat terjadi apabila mitral masih dapat bergerak (mobil) belum terlalu kaku dan belum mengalami kalsifikasi.
2. Openting snap.
Terdengar di apeks atau parasternal kiri, terjadi sebagai akibat katup terdorong secara cepat ke arah ventrikel kiri, karena perubahan tekanan yang besar antara atrium kiri dan ventrikel kiri pada awal diastolik.
3. Bising diastolik/rumbling
Timbul sebagai akibat turbulensi aliran darah yang melewati atrium mitrale yang sempit.
4. Bunyi jantung P2 yang mengeras
5. Bising graham steel.

ELEKTROKAR DIAGRAM
P mitral yaitu gelombang P yang lebar dengan notch dilead II dan prominen gelombang P negatif pada lead IV, hepetrofi ventrikel kanan apabila tekanan sistolik pada arteri pulmonal lebih dari 70 mmhg.

PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
a. Left atrial appendage dan atrium kiri membesar.
b. Vena pulmonal menonjol terutama terlihat pada basis jantung.
c. Lapangan baru memperlihatkan tanda-tanda bendungan, kadang-kadang terlihat garis pada septrum intrestisial pada daerah sinus kostotrenskus.

EKOKARDIGRAFI M MODE
a. E – F slope mengecil dari anterior leaflets kantup mitral dengan menghilangnya gelombang a.
b. Berkurangnya permukaan kantup mitral.
c. Berubahnya pegerakan katup posterior.
d. Penebalan katup akibat fibrosis dan multiple mitral valve echo akibat kalsifikasi.
KATETERISASI
Terlihat pressure gradient atrium kiri dan ventrikel lerri pada saat distolik.
Mdikasi pemeriksaan kateterisasi pada mitral stenosis :
5.6.1. Keluhan pasien tidak sesuai dengan kelainan obyektif yang ditemukan.
5.6.2 Milhat adanya bentuk lain penyakit-penyakt yang mungkn menyertainya.
5.6.3 Adanya persangkaan regurgitasi mitral.
5.6.4 Adanya persangkaan muksoma atrium kiri pada pemeriksaan ekokardiograsi.
5.6.5 Dugaan adanya silent stenosis mitral dengan hasil pada pemeriksaan ekokardiograsi kurang memuaskan.

6. KOMPLIKASI.
Fibrilasi Atrium.
Emboli sistemik
Hpertensi pulmonal dan dekopensasi jantung

7. DIAGNOSA BANDING.
Regurgitasi mitral
Emfisema paru
Defek septum atrium
Hipertensi pulmonal primer
Miksoma atrium kiri

8. PENATALAKSANAAN.
Obat-obtan selesitasl dan kortikosteroid keduanya mempunyai efek dramatik pada demam dan poli antirstis pada pengobatan demam rematik, obat ini tidak bisa diberikan pada klien atralgia.
Obat stread diberikan pasien Karaditis dan kardiomegoli
Istirahat sempurna  2 minggu bila tidak ada karditis,ambulasi 2 minggu disertai pengobatan salisilat.
Terapi diit dengan tinggi protein, calsium.
OPERASI
Pertimbangan untuk dilakukan operasi adalah sebaga berikut :
1. Seberapa jauh disability yang ditimbulkannya.
2. Keadaan obyektif abstruksinya.
3. bagaimana, mobilitas katup.
4. Ada atau tidaknya regurgitasi.
5. Adanya kelainan vavular lain atau adanya penyakit jantung
6. koroner.
Indikasi Untuk Oprasi :
1. Stenosis sedang sampai berat, dilihat dari beratnya stenosis (<1,7 cm2) dan keluhan.
2. Stenosis mitral dengan hipertensi pulmonal.
3. Stenosis mitral dengan resiko tngg bagi timbulnya emboli misal :
a. Usia tua dengan fibritasi atrial.
b. Pernah mengalami emboli sistemik.
c. Pembesaran yang nyata dari appandage atrium kiri.
Jenis Operasi Yang Dapat Dilakukan :
1. Closed mitral commissurotomy.
Dilakukan pada pasien tanpa komlikasi, caranya yaitu :
Dengan sebuah alat dilator dimasukan sampai diapeks, kemudian dengan dikontrol oleh jari lewat atrium kiri, lalu dilakukan pelebaran katup mitral.
2. Open mitral valvotomy.
Teknik ini dipilih apabila inorn dilihat dengan jelas keadaan katup mitral, lebih akurat dari pada closed mitral commissurotomy dan dipilih apabila ada dugaan ada trombosi didalam atrium, operasi ini akan memperbaiki kelainan hemodinamika dan akan mengurangi timbulnya keluhan.
3. Mitral valve replacement.
Biasa dilakukan apabila disertai regurgitasi dan kalsifikasi katup mitral yang jelas.

LANDASAN ASKEP


1. PENGKAJIAN.
1.1 Biodata.
Menyerang wanita lebih banyak dari pada pria dengan perbandingan kira-kira 4 : 1.
1.2 Keluhan utama.
Sesak nafas.
1.3 Riwayat penyakit sekarang.
Sesak nafas.
1.4 Riwayat penyakit dahulu.
Terdapat riwayat penyakit jantung rematik.
1.5 Riwayat penyakt keluarga.
Terdapat
1.6 ADL.
1.6.1 Aktifitas = Kelelahan
1.6.2 Nutrisi = Penurunan BB
1.6.3 Elminasi = Kelebihan cairan
1.6.4 Personal hygiene = Ketergantungan terhadap keluarga
1.6.5 Istirahat = Sedikit terganggu

1.7 Pemeriksaan
1.7.1 Pemeriksaan fisik.
Pada wajah terdapat bercak-bercak keunguan di pipi pasien.
Inpeksi : Apeks biasanya normal tetapi kadang-kadang sulit ditentukan.
Palpalis : Vibrasi pada saat palpasi dapat dirasakan akibat bunyi jantung pertama yang mengeras dan dapat diraba adanya diastolic thrill.
Auskultasi :
1. Bunyi jantung pertama yang mengeras.
2. Opening snap.
3. Bising diastolik/rumbling
4. Bunyi jantung P2 yang mengeras
5. Bising graham steel.
1.7.2 Pemeriksaan diagnostik.
LED meningkat 80-100 mm/hari
Protein = C reaktif masa eksaserbasi
SPD meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
JDL menunjukan anemia sedang
Sinar X menunjukan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
2.1 Penurunan cairan jantung berhubungan dengan preload yang menurun sekunder terhadap penurunan pengisian ventrikel.
2.2 Intolesan aktifitas berhubungan dengan ketidak keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen sekunder terhadap penurunan pengisian ventrikel kiri.
2.3 Kurang pengetahuan berhubungan dengan mis inter prestasi informasi.
2.4 Resiko terhadap infleksi berhubungan dengan destruksi jaringan dari peningkatan pemajanan sekunder terhadap bersarangnya bakteri dalam kantup yang malfungsi.
2.5 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan sekunder terhadap gagal jantung sisi kanan.
3. RENCANA KEPERAWATAN.
3.1 DX I
Tujuan : meningkatkan fungsi kardio vaskuler
Kerteria hasil : klien mempunyai curah jantung yang adekuat ditandai dengan :
 Haluaran urine > 30 ml/jam
 TD sistolik 20 mmhg dari TD sistolik dasar.
 FJ 60-100 dpm dengan irama teratur.
 Amplitudo nadi pedalis > 2 + pada skala 0-4 +.
 Ekstermitas hangat dan warna normal.
 Beroreantasi terhadap waktu, tempat dan orang
Rencana Tindakan :
1. Pantau TD, nadi, opikal, nadi perifer
R/indikator klinis dan keadekuatan curah jantung.
2. Pantau irama jantung sesuai indkasi.
R/disitma umum pada pasien dengan penyakit katup
3. Tingkatan/dorong tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggihkan.
R/menurunkan volume darah yang kembali ke jantung, menurunkan sesak dan rejatan jantung.
4. Bantu aktifitas sesuai indikasi.
R/melakukan kembali aktifitas secara bertahap mencegah pemaksaan terhadap cadangan jantung.
3.2 DX. II
Tujuan : Klien dapat beraktifitas tanpa ada hambatan
Kreteria hasil : klein dapat menggerakkan tenaga yang dirasakan pada < 3 pda skala 0-10 dan menunjukan toleransi jantung terhadap aktifitas ditandai dengan :
 FJ < 20 dpm diatas FJ istirahat
 TD sistolik dalam 20 mmhg tidak lebih dari TD sistolik istirahat.
 FP < 20 X/menit dengan pola normal (aupnea).
Rencana Tindakan :
1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas
R/parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stres dan indikator derajat pengaruh aktivitas.
2. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas.
R/stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat induvidual.
3. Dorong memajukan aktivitas/toleransi peawatan diri.
R/konsumsi O2 miokoardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah O2

DAFTAR PUSTAKA


Dengoes Marlyn (2000), Rencana Asuhan keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC
Engram Barbara (1998), Rencana Askep Medikal Bedah, Vol : 2, Jakarta, EGC
Huddak dan Gallow (1998), Keperawatan kritis Vol 2, Jakarta , EGC
Suparman (2000), Ilmu Penyakit Dalam Julid I Jakarta : FKUI.

Tidak ada komentar: