ASKEP ANAK DENGAN DIARE
KONSEP DASAR MEDIS
1.Pengertian
a.Diare adalah keadaan frekuensi BAB lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi faeces encer, dapat berwarna hijau/dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 143)
b.Diare adalah peningkatan frekuensi disertai peningkatan air (Wharley and Wong’s, 1233)
c.Diare adalah peningkatan sebagai suatu peningkatan frekuensi, keenceran dan volume tinja serta diduga selama 3 tahun pertama kehidupan, seorang anak akan mengalami 1-3x episode akut diare berat (Nelson, 20)
2.Klasifikasi Diare
a.Diare akut
1).Pengertian
Meningkatnya kekerapan, bertambahnya cairan/banyaknya tinja yang dikeluarkan relatif terhadap kebiasaan yang ada pada pasien dan berlangsung kurang dari 1 minggu/keluarnya tinja cair lebih dari 3x dalam 24 jam.
2).Etilogi
Infeksi bakteri, virus, parasit
Bakteri : Salmonella, shigella, compylobacteri, E. coli, yasina acromonas, clostridium deficite, stophilococcus aureus.
Virus : Rota virus, norwalk virus, astro virus/corona virus, adeno virus, pesti virus, carieci virus, porvo virus.
Parasit : Entamuba histolitica, clardia lambia, nocros palidium, tricuris tricuria.
Diet : Pemberian susu terlalu dini setelah diare, makanan baru, pemberian gula yang berlebihan, ingesti yang berlebihan dari fruktosa.
Pengobatan : Antibiotik, laxant
Toxic : Bahan-bahan logam berat (arsentik, mercuri) phospates organik.
Fungsional : Iritasi saluran cerna
3).Patogenesis
Virus masuk ke traktus digestifus bersama makanan dan minuman
Berkembang dalam usus
Masuk dalam epithel-ephitel usus
Kerusakan bagian afikal villi usus halus
Replacement bagian apikal oleh sel kripta yang belum matang
Absorpsi yang tak adekuat
Diare
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare anak :
a).Gangguan osmotik
Makanan/zat dalam usus tidak dapat diserap
Tekakan osmotik dalam rongga usus meningkat
Cairan dan elektrolit masuk dalam usus
Diare
b).Gangguan sekresi
Toksin dalam usus
Peningkatan sekresi, air dan elektolit dalam rongga usus
Diare
c).Gangguan mobilitas usus
Hiperperistaltik absorpsi makanan menurun diare
Peristaltik menurun kuman berkembang biak diare
Manifestasi klinik
- Nausea - Nyeri
- Vomiting - Demam
- Klien merasa lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor menurun
- Gangguan metabolik asidosis metabolik
- Denyut nadi cepat (120 x/menit), TD menurun sampai tidak terukur, gelisah, pucat, extremitas dingin, kadang syanosis
- Kurang kalium aritmia jantung
- Perfusi ginjal menurun anusia
Secara klinik diare akut dibagi :
a.Koliriform adalah diare yang terdiri dari cairan saja
b.Disentriform adalah diare dengan lendir kental dan kadang darah
4).Diagnosa
1.Anamnesa
2.Pemeriksaan Fisik
Pengkajian terhadap dehidrasi output urinaria, BB, mukosa membran, turgor kulit, fontamel pada infant pucat, kulit kering, pada dehidrasi sedang TD menurun dan naik.
3.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah tepi lengkap
Pemeriksaan analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan berat jenis plasma.
Pemeriksaan urin lengkap
Pemeriksaan tinja lengkap dan kultur
5).Penatalaksanaan pinsip :
Kaji keseimbangan cairan dan elektrolit
Rehidrasi
Terapi cairan maintenance
Pemberian diet yang adekuat
Umur kurang dari 3 bulan
Umur lebih dari 3 bulan
Dehidrasi berat tiap resolusi
Cairan III : 30 cc/kg BB dalam 2 jam
(5 tts/kg BB/mnt)
Cairan I : 30 cc/kg BB dalam 1 jam
(10 tts/kg BB/mnt)
Dehidrasi sedang tahap penanganan sisa defisit
Cairan III : 70 cc/kg BB dalam 7 jam
(3 tts/kg BB/mnt)
Cairan II : 70 cc/kg BB dalam 3-7 jam
(3 tts/kg BB/mnt dalam 7 jam)
(3 tts/kg BB/mnt dalam 3 jam)
Dehidrasi ringan tahap rumatan dan penanganan kehilangan yang masih berlangsung
Cairan III : 150 cc/kg BB/24 jam
(2 tts/kg BB/mnt)
oral oralit : 10 cc/kg BB/jam
Cairan II : 150 cc/kg BB/24 jam
(2 tts/kg BB/mnt)
Keterangan :
Cairan I : RL, garam padi (Pz/Ns 0,9)
Cairan II : ½ Strergith Daro (Darrow Glukosa)
Dextose 5% + 6 cc NaCl 15% + Bicarbonat + KCL
RL : R 4 Laktase (1,6 M) = 1 : 1 : 4 + KCL
Ka – EN 3 B (Na = 50; K = 20; Cl = 50; Laktat = 20; Kal = 10,8; Ma = 290
Cairan III : Pz = P10 = 1 : 4 + Bicarbonat (15 Mg) + KCL (10 Meg/Lt) Dextrose 10% in ¼ saline + Bicarbonat (15 Meg) + KCL (10 Meg/lt) Dextrose 10% 0,8 NaCl
b. Diare Kronik
1)Pengertian
Adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
2)Klasifikasi
a)Diare persisten
(1)Pengertian
Menetap dalam 2 minggu/lebih setelah epidemi gastroenteritis acut pada seorang bayi berusia lebih dari 3 bulan.
(2)Etiologi
Intoleran laktosa
Menetapkannya patogen penyebab
Sindrome usus halus terkontaminasi
Malnutrisi
(3)Patofisiologi, didasarkan 2 hal utama :
Melanjutkan kerusakan mukosa
Perbaikan mukosa yang terlambat
b)Intraktable diare
(1)Pengertian
Adalah diare yang sukar disembuhkan
(2)Etiologi
Kelainan anatomi, infeksi virus, infeksi intestinal, intoleransi gula, intolerasi protein.
3)Manifestasi klinis
Serangan pertama tidak ada demam maupun tanda toksisitas, gejala pada banyak kasus seperti gastroenteristik.
4)Penatalaksanaan
a)Simptomatis
Rehidrasi : oralit, cairan infus.
Anti spasmodik, antikolinergik (antagonis stimulus kolinergik pada reseptor muskarinik)
Obat anti diare : obat anti motilitas dan sekresi usus (loperamid, difenoksilat, kodein fisfat), oktreolid (Sandostatin) obat anti diare yang mengeringkan tinja dan absorpsi zat toksik.
Anti emetik (Metokloropamid, Proklorpazin, Domperidon)
Vit dan mineral, tgt kebut vit Biz, vit A, vit K, preparat besi, zink, dll.
Obat extrak enzim pankreas
Alumunium hidroksida
Fenotiazin dan As. Nikotorat.
b)Kausal
Pengobatan kausal diberikan pada infeksi/non infeksi, pada diare kronik dengan penyebab infeksi, obat diberikan berdasar etiologinya.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I.Pengkajian
1.Biodata : sering terjadi pada umur dibawah 2 tahun.
2.KU : diare
3.RPS
Frekuensi BAB meningkat dengan bentuk dan konsistensi yang lain dari biasanya dapat cair dan berlendir/berdarah dan dapat pula disertai gejala lain panas, muntah, anoreksia, nausea, vomiting.
4.RPD
Jika disebabkan infeksi parenteral (infeksi) diluar alat pencernaan, OMA infeksi.
5.RPK
Ada pasien yang menderita alergi makanan (diare yang disebabkan adalah alergi terhadap makanan).
6.ADL
a.Nutrisi : terjadi anoreksia, mual, muntah
b.Eleminasi : BAB lebih dari 4x (bayi)/BAB lebih dari 3x (anak) dapat cair, lendir, berdarah dan BAK frekuensi menurun
c.Pesonal hygiene : iritasi pada sekitar usus
d.Aktivitas : lemas dan mengantuk
e.Istirahat tidur : bisa terganggu bisa tidak
7.Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : kedaan dehidrasi ringan, kesadaran kompos mentis keadaan lebih dari lanjut, apatis, somnolen, koma.
Sistem kardiovaskuler : peningkatan jantung, nadi, TD menurun, nadi kecil dan cepat serta meningkat suhu tubuh.
Sistem RR : Pernafasan cepat, dalam dan teratur
Sistem pencernaan : peningkatan frekuensi BAB dan peningkatan peristaltik usus, kembung, distersi abdomen, tympani.
Sistem perkemihan : produksi urine menurun (oliguri – anuri)
Sistem integumen : turgor menurun, panas, pucat, kapiler refill melambat, warna kemerahan/lecet (terutama sekitar anus)
Sistem muskulo : kejang bila panas meningkat, pada hypoglikemi tremor/getar, hipokalemi, distensi abdomen.
Secara spesifik bilamana bayi/anak jatuh dalam keadaan kekurangan cairan/dehidrasi maka untuk masing-masing tingkatan digambar sebagai berikut :
Komponen Pengkajian
Dehidrasi
Ringan
Sedang
Berat
Keadaan umum
Nadi
UUB
Turgor
Mata
Air mata
Selaput lendir
Urine
Kehilangan
Penurunan BB
BJ urine
Sadar, haus, gelisah
Normal
Normal
Dicubit cepat kembali
Nomal
Ada
Basah
Normal
40-50 cc/kg BB
< 5 %
1,010 – 1,025
Haus, gelisah
Cepat, kecil
Cekung
< 2 dt
cowong
Tidak ada
Kering
berkurang
50-60 cc/kg BB
8%
1,010 – 1,025
Somnolerut, lemah, syok
Cepat, kecil, kadang-kadang teraba
Cokong sekali
> 2 dt
sangat cowong
Tidak ada
sangat kering
Tidak ada
100 – 110 cc/kg BB
> 10%
> 1,025
II.Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul
a.Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (diare) s/d. out put yang berlebihan ditandai dengan :
Berak cair/muntah
Mata cowong, UUB cekung
Turgor kulit menurun, produksi urine menurun
Peningkatan BJ urine
b.Pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan s/d. penurunan intake, peningkatan absorpsi nutrisi dan cairan ditandai dengan :
Muntah
Anoreksia
BB menurun
c.Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan hipo/hiperperistaltik ditandai dengan :
Distensi abdomen
Perut kembung
d.Kurangnya pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informasi tentang penyebab terjadinya diare.
e.Kecemasan sehubungan denmgan perpisahan dengan orang tua, lingkungan asing, prosedur tindakan.
f.Resiko tinggi terjadi gangguan integritas kulit (daerah perianal) sehubungan dengan PH darah bersifat asam.
g.Resiko tinggi terjadi infeksi (penularan pada orang lain) sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pencegahan penularan penyakit.
III.Intervensi
1.Dx. I
Tujuan : volume cairan dan elektrolit dalam tubuh seimbang (kurangnya cairan dan elektrolit terpenuhi) dengan kriteria :
Turgor kulit cepat kembali
Asupan dan pengeluaran seimbang
BJ urine antara 1,010 – 1,025
Intervensi :
a.Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam sampai keadaan stabil dan tentukan penyebab dari kekurangan cairan dan elektrolit.
R : Kehilangan cairan yang aktif secara terus menerus akan mempengaruhi tanda-tanda vital dalam mempertahankan aktivitas.
b.Observasi keadaan kulit melalui warna, kelembaban dan turgor.
Pertahankan terapi IV untuk mengganti cairan dengan menggunakan cairan koloid, kristaloid dan berikan cairan PO sesuai kebutuhan.
R : Koloid menghindari ruang intra vaskuler dan mengumpulkan cairan dari interstitium ke dalam pembuluh darah, menggantikan intra extra seluler dan mendistribusikan keluar intra vaskuler dan interstitium.
c.Monitor asupan dan pengeluaran tiap jam dan laporkan bila terdapat pengeluaran yang menghebat.
R : Volume cairan menurun dan hipovolemik yang diakibatkan oleh penurunan plasma sebagai mengakibatkan penurunan aliran kearah ginjal.
d.Timbang pasien tiap hari pada waktu yang sama
R : Berat badan merupakan indikator untuk kesimbangan cairan tubuh yang melalui proses asupan dan pengeluaran.
e.Observasi BJ urine tiap 8 jam
R : Pemekatan urine merupakan respon terhadap kurangnya air sebagaimana pelepasan ADH dalam berespon terhadap osmolitas cairan tubuh.
f.Pantau serum elektrolit adanya kelebihan cairan selama penggantian cairan dan laporkan jika ada tanda-tanda gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit serta keadaan yang memburuk.
R : Kondisi yang memburuk dari gangguan elektrolit atau adanya keluaran urine yang menurun, pemekatan urine, hipotensi, peningkatan nadi dan tensi, kelemahan dan perubahan status mental.
2.Dx. II
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan dengan kriteria :
Berat badan sesuai umur
Anak mengkonsumsi diit sesuai kebutuhan
Intervensi :
a.Bersama pasien dan keluarga tentukan berat badan ideal anak sesuai dengan tahap pertumbuhannya dan program diit yang akan dilakukan anak.
R : Keikutsertaan keluarga secara aktif dalam menentukan asupan nutrisi menyebabkan keluarga berperan aktif dalam tindakan berikutnya.
b.Lakukan program kerjasama dengan ahli gizi dalam menentukan diit anak berikan porsi kecil dengan frekuensi sering.
R : Penentuan diit/kalori yang dikonsumsi oleh anak sangat berperan dalam peningkatan berat badan, berikan porsi kecil dengan frekuensi sering meminimalkan metabolisme dalam tubuh.
c.Ajarkan pada orang tua dan keluarga untuk memonitor pemasukan dan pengeluaran makanan anak.
R : Mencatat asupan oral dan keinginan pasien mempermudah deteksi dini asupan yang tidak adekuat.
d.Bantu anak dan keluarga dalam mengidentifikasi acuan makan makanan yang tinggi protein dan karbohidrat.
R : Penambahan beberapa makanan kecil akan menambah peningkatan asupan kalori.
e.Ajarkan kebersihan oral dan ruangan yang bersih sebelum makan
R : Kondisi oral dan ruangan yang bersih akan meningkat rasa dan selera makan.
f.Timbang berat badan anak tiap hari, monitor asupan dan keluaran
R : Berat badan merupakan indikator dari keseimbangan asupan dan keluaran.
3.Dx. III
Tujuan : rasa nyaman terpenuhi, anak terbebas dari distensi abdomen dengan kriteria :
Abdomen supel tidak ada distensi
Dapat tidur dengan nyaman
Dapat bermain tanpa gangguan
Intervensi
a.Rubah/ganti posisi tidur tiap 3 jam
R : Perubahan posisi dapat merangsang peristaltik usus sehingga mengurangi distensi abdomen.
b.Lakukan kompres hangat pada daerah perut
R : Dengan kompres hangat, distensi abdomen akan mengalami relaksasi, pada kasus peradangan akut/peritonitis akan menyebabkan penyebaran infeksi.
c.Meminimalkan tangis anak
R : Dengan menangis memudahkan udara masuk di dalam lambung sehingga memperberat distensi abdomen
d.Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat dan monitor efek samping obat tersebut.
R : Efek farmakologis pada anak ditentukan oleh sensitivitas individual
4.Dx. IV
Tujuan : keluarga mengerti tentang penyebab diare
Intervensi :
a.Berikan penjelasan tentang penyebab diare
R : Dengan pengetahuan yang kurang anak atau orang tua tidak mengetahui komplikasi dari diare sehingga anak atau orang tua tidak serius untuk mengontrol adanya infeksi dan teknik isolasi sehingga penyakit ini dapat menular pada keluarga atau masyarakat.
b.Ajarkan cuci tangan sebelum makan
R : Mencegah terjadinya infeksi
c.Beritahu pada orang tua/anak tentang bahaya diare
R : Berusaha semaksimal mungkin menghindari penyakit diare
d.Ajarkan teknik isolasi
R : Mencegah terjadinya penularan
e.Ajarkan orang tua untuk membawa anaknya ke klinik apabila timbul gejala lebih dari 1 minggu.
R : Deteksi dini untuk mengetahui adanya kelainan dan komplikasi
5.Dx. V
Tujuan : dapat menunjukan tanda kenyamanan
Intervensi :
a.Berikan perawatan mulut dan kenyamanan bagi bayi
R : Memberi rasa nyaman
b.Berikan kesempatan pada keluarga saat jam kunjung dan partisipasi dalam perawatan.
R : Mencegah timbulnya stres terhadap perpisahan
c.Sentuh, buka, dekap dan ajak bicara sebanyak mungkin
R : Memberikan kenyamanan dan menghindari stres
d.Pertahankan simulasi sensori dan pengenalan pada tahap perkembangan optimum.
R : Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan optimum
6.Dx. VI
Tujuan : mempertahankan kulit perianal tetap utuh dengan kriteria :
Kulit intac/kulit yang mengalami lesi sembuh
Kelembaban kulit stabil
Sirkulasi integumen lancar
Intervensi :
a.Lakukan pengkajian kerusakan kulit dan lakukan pencatatan teratur
R : PH faeces semakin asam, kerusakan kulit semakin meningkat
b.Jaga kulit tetap bersih
R : Kulti yang lembab merupakan media yang efektif untuk perkembangbiakan kuman.
c.Lakukan debridement dan bersihkan luka, gunakan cream/salep untuk luka dan lakukan massage di sekitar luka.
R : Pembersihan luka memungkinkan kotoran-kotoran kuman terangkat sehingga cream/salep dapat diabsorpsi dengan baik.
7.Dx. VII
Tujuan : tidak terjadi infeksi/penularan pada orang lain
Intervensi :
a.Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat anak
R : Kuman/bakteri yang menempel pada tangan akan terdesinfeksi dengan memakai sabun/antiseptik.
b.Lakukan isolasi pada anak dan alat yang digunakan
R : Dengan isolasi dapat memutuskan mata rantai penularan sehingga infeksi silang dapat dihindari.
c.Motivasi dan anjurkan pada keluarga serta pengunjung untuk melakukan pencegahan terjadinya penularan.
R : Pengetahuan yang memadai akan membuat keluarga dan pengunjung kooperatif terhadap pencegahan penularan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar