SELAMAT HARI KESEHATAN NASIONAL KE 50


Sabtu, 01 Agustus 2009

Konsep Masa Nifas

2.2 Konsep Masa Nifas
2.2.1 Pengertian
Masa nifas dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil berlangsung kira-kira 6 minggu (Saifuddin AB., 2002).
Masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu, akan tetapi alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Sarwono P, 1999).

2.2.2 Masa Nifas
Menurut Saifuddin AB (2002) masa nifas dibagi menjadi 3 periode yaitu :
1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan.
2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

2.2.3 Tujuan Asuhan Nifas
Menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik fisik maupun psikologi. Melaksanakan skrening yang komprehenship, mendeteksi masalah, mengobati merujuk bila terjadi komplikasi, memberikan penyuluhan tentang perawatan diri dan nutrisi, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat serta memberikan pelayanan Keluarga Berencana (Saifuddin AB., 2002).

2.2.4 Perubahan Yang Terjadi Pada Masa Nifas
2.2.4.1 Perubahan Fisik
Perubahan fisik yang terjadi pada masa nifas meliputi :
1) Suhu Tubuh, selama 24 jam pertama dapat meningkat sampai 380c sebagai akibat efek dehidrasi persalinan. Setelah 24 jam wanita harus tidak demam (Bobak, 2005).
2) Denyut Nadi, denyut nadi dan volume sekuncup serta curah jantung tetap tinggi selama jam pertama setelah bayi lahir. Kemudian mulai menurun dengan frekwensi yang tidak diketahui. Pada minggu ke-8 sampai ke-10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekwensi sebelum hamil (Bobak, 2005). Nadi berkisar antara 60 sampai 80 kali per menit, segera setelah partus terjadi bradikardi (Hanifa Hanifa Wiknjosastro, 1999).
3) Tekanan Darah, tekanan darah sedikit berubah atau menetap. Hipotensi ortostatik, yang diindikasikan oleh rasa pusing dan seakan ingin pingsan segea setelah berdiri, dapat timbul dalam 48 jam pertama. Hal ini merupakan akibat pembengkakan limpa yang terjadi setelah wanita melahirkan (Bobak, 2005). Penurunan tekanan segera setelah persalinan sering terjadi akibat kehilangan darah yang berlebihan. Pada umumnya beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi post partum, tetapi akan menghilang dengan sendirnya apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam kurang lebih 2 bulan tanpa pengobatan (Hanifa Wiknjosastro, 1999).
4) Pernafasan, yaitu Pernafasan berada pada batas normal, teratur, cukup dalam, dengan frekuensi kurang lebih 18 kali per menit. Apabila pernafasan tidak teratur, dangkal, berbunyi, frekuensi rendah atau tinggi menunjukkan keadaan jantung dan paru-paru tidak normal (Bobak, 2005).
2.2.4.2 Involusio Alat-alat Kandungan
Menurut Bobak (2005) involusio alat-alat kandungan yang dialami oleh ibu nifas adalah :
1) Involusio, yaitu perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan kelahiran setelah bayi dan plasenta dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti belum hamil. Proses involusi terjadi karena adanya autolysis atau penghancuran jaringan. Otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya hiperplasi, dari jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari waktu hamil, dan akan susut kembali mencapai keadaan semula.
2) Aktivitas Otot-otot, merupakan adanya kontraksi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir, untuk menjepit pembuluh darah dan pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak diperlukan.
3) Ischemia, yaitu kekurangan darah pada uterus. Kekurangan darah bukan saja disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi yang cukup lama tetapi juga disebabkan oleh pengurangan aliran darah yang ke uterus dalam masa hamil. Karena uterus membesar menyesuaikan dengan pertumbuhan janin untuk memenuhi kebutuhannya darah banyak dialirkan ke uterus, agar uterus dapat mengadakan hypertrophy dan hyperplasi.
Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi dengan yang lainnya dalam proses involusi uterus.
2.2.4.3 Uterus Secara Berangsur-Angsur Menjadi Kecil Atau Involusi Sehingga Akhirnya Kembali Seperti Sebelum Hamil.
Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
Sumber : Bobak, 2005

2.2.4.4 Bekas Implantasi Uri
Tempat implantasi placenta bisa mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu ke enam 2,4 cm dan akhirnya pulih (Bobak, 2005).
1) Rasa Sakit atau After Pains, mules-mules yang disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2 sampai 4 hari pasca persalinan (Bobak, 2005).
2) Lochea yaitu cairan sekret yang berasal dari dalam kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.

Menurut Bobak (2005) lochea yang keluar dari ibu nifas setelah bayi lahir adalah :
1) Lochea rubra (crueta), mengandung darah dan debris desidua serta debris trofoblastik, terjadi selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lochea serosa, aliran darah menyembur menjadi merah muda atau coklat. Cairan ini terdiri dari darah lama, serum leukosit dan debris jaringan, terjadi setelah 3 sampai 4 hari.
3) Lochea alba, cairan berwarna kuning sampai putih yang mengandung leucosyt, desidua, sel epitel, mukus, serum, dan bakteri. Terjadi 10 hari setelah bayi lahir sampai dua sampai enam minggu setelah bayi lahir.
2.2.4.5 Serviks
Menurut Bobak (2005) setelah persalinan bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensi lunak, kadang-kadang terdapat pelukaan-pelukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui 2 sampai 3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
2.2.4.6 Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, enam sampai 8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu ke empat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita nulipara, pada umumnya rugae akan memipih secara permanen. Mukosa tetap atrofik pada wanita menyusui sekurang-kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali, penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium (Bobak, 2005).
2.2.4.7 Topangan otot panggul
Menurut Bobak (2005) struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cedera sewaktu melahirkan dan masalah gynekologi dapat timbul dikemudian hari. Jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu sampai enam bulan untuk kembali ke tonus semula.

2.2.5 Kebutuhan Dasar Masa Nifas
Kebutuhan dasar pada masa nifas meliputi :
2.2.5.1 Aktivitas
Sebaiknya ibu-ibu post partum dapat melakukan ambulasi dini setelah kondisi fisiknya mulai membaik. Ambulasi dilakukan secara bertahap yaitu :
1) Miring kanan atau miring kiri setelah 2 jam post partum
2) Duduk sendiri setelah 6 sampai 8 jam post partum
3) Berjalan setelah 12 jam post partum
Mobilisasi di atas mempunyai variasi tergantung pada komplikasi persalinan nifas dan sembuhnya luka (Bobak, 2005).
2.2.5.2 Istirahat
Istirahat disini bukan berarti istirahat fisiknya saja melainkan juga mental. Maka ibu harus terhindar dari masalah-masalah yang menyebabkan tidak tenang. Kebutuhan istirahat tidur pada masa nifas antara 8-10 jam sehari (Bobak, 2005).
2.2.5.3 Nutrisi dan Cairan
1) Pengertian
Nutrisi adalah zat kimia baik organik dan anorganik yang terdapat dalam makanan dan dibutuhkan untuk menajalankan fungsi tubuh (Bobak, 2005).
2) Fungsi utama nutrisi
(1) Menyediakan energi utama proses dan pergerakan tubuh yang bermasalah terhadap nutrisi
(2) Menyediakan struktur material untuk jaringan tubuh seperti tulang dan otot.
(3) Mengatur proses tubuh, sejumlah energi yang dihasilkan oleh nutrisi atau makanan disebut nilai kalori, energi dibutuhkan untuk : Aktivitas muskular, sekresi kelenjar, mempertahankan potensial membran saraf dan serabut otot, sintesa zat dalam sel, untuk absorsi makanan dalam GI (Bobak, 2005).
Menurut Saifuddin AB (2002) makanan dan minuman merupakan faktor penting dalam pemulihan kondisi tubuh serta pembentukan dan pengelaran air susu ibu. Maka diperlukan nutrisi tambahan dan tidak ada pembatasan cairan yang masuk. Ibu yang menyusui seharusnya :
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
2) Makanan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.
3) Minum sedikit 3 litar setiap hari.
4) Minum pil zat besi untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.
3) Kebutuhan nutrisi ibu nifas
Tabel 2.2 : Kebutuhan nutrisi ibu nifas
No Zat gizi Ibu nifas Wanita dewasa
1.
2.
3. Energi (kkal)
Protein (g)
Besi (mg) 220 + 700
48 + 16
26 + 1 22 - 00
45
26
Sumber : Saifudin AB,( 2001: 124)
2.2.5.4 Perawatan Payudara
Perawatan buah dada dilakukan setelah bayi dilahirkan dengan tujuan agar laktasi dapat berjalan lancar. Puting susu perlu mendapat perhatian pada fissura. Karena yang kering kemungkinan bertumpuk dan mengiritasi puting susu (Saifuddin AB., 2002).
2.2.5.5 Perawatan Vulva
Menurut Bobak (2005) perawatan vulva dan perineum pada ibu nifas meliputi :
1) Bersihkan perineum dengan sabun ringan dan air hangat minimal sekali sehari
2) Bersihkan dari simfisis pubis sampai daerah anus
3) Gunakan pembalut dari daerah depan ke belakang untuk melindungi permukaan pembelut dari kontaminasi
4) Bungkus pembalut yang kotor dan buang di tempat sampah yang tertutup.
5) Ganti pembalut setiap kali ibu buang air kecil dan defekasi atau setidaknya empat kali sehari.
6) Cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti pembalut.
7) Kaji jumlah dan tanda lokhea setiap penggantian pembalut
2.2.5.6 Latihan
Dengan dilakukan latihan dapat mengembalikan otot-otot perut dan panggul. Latihan yang dilakukan beberapa menit setiap hari akan dapat bermanfaat (Saifuddin AB., 2002).
2.2.5.7 Eliminasi Uri
Menurut Hanifa Wiknjosastro (1999) kebutuhan eliminasi uri hendaknya dapat dilakukan sendiri setelah 6 jam pasca persalinan. Jika ibu belum dapat kencing spontan, lakukan rangsangan pada kandung kencing dengan menyiram vulva dengan air hangat dan dingin secara bergantian. Sedangkan eliminasi alvi atau buang air besar harus dilakukan selambat-lambatnya 3 sampai 4 hari pasca persalinan. Bila sulit buang air besar dan terjadi obstipasi dapat diberikan obat laksans per oral atau per rektal.
2.2.5.8 Penggunaan Keluarga Berencana
Pasangan suami istri sebaiknya harus menunggu kurang lebih 2 tahun untuk hamil kembali. Masa post partum merupakan saat yang paling baik untuk pemasangan alat kontrasepsi (Hanifa Wiknjosastro, 1999).
1) Kontrasepsi Pascapersalinan, pada umumnya klien pasca persalinan ingin menunda kehamilan berikutnya paling sedikit 2 tahun lagi, atau tidak ingin tambahan anak lagi. Konseling tentang keluarga berencana atau metode kontrasepsi sebaiknya diberikan sewaktu asuhan antenatal maupun pascapersalinan (Saifuddin AB., 2002).


2) Anjuran ibu pascapersalinan
Menurut Saifuddin A.B (2002) hal yang dianjurkan ibu pascapersalinan, diantaranya: Memberi ASI eksklusif atau hanya memberi ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan. Sesudah bayi berusia 6 bulan diberi makanan pendamping ASI dengan pemberian ASI diteruskan sampai anak berusia 2 tahun. Tidak menghentikan ASI untuk mulai suatu metode kontrasepsi. Metode kontrasepsi pada klien menyusui dipilih agar tidak mempengaruhi ASI atau kesehatan bayi
3) Saat mulai menggunakan kontrasepsi
Menurut Saifuddin A.B (2002) waktu mulai kontrasepsi pascapersalinan tergantung dari status menyusui, yakni: Klien menyusui: Klien menyusui tidak memerlukan kontrasepsi pada 6 minggu pascapersalinan. Pada klien pascapersalinan menyusui, masa infertilitas lebih lama, namun kembalinya kesuburan tidak dapat diperkirakan. Klien tidak menyusui: Klien tidak menyusui umumnya akan mendapat kembali haid dalam 4-6 minggu pascapersalinan, kurang lebih1/3 berupa siklus ovulatori, oleh karena itu kontrasepsi harus dimulai pada waktu atau sebelum hubungan seksual pertama pascapersalinan. Karena masalah pembekuan darah masih terdapat pada 2-3 minggu pascapersalinan, kontrasepsi kombinasi jangan dimulai sebelum 1 minggu pascapersalinan. Sebaliknya kontrasepsi progestin dapat segera dimulai pascapersalinan karena metode tersebut tidakmeningkatkan resiko masalah pembekuan darah.

2.2.5.9 Hubungan Suami Istri
Secara fisik aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri begitu darah merah berhenti. Tetapi budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri masa waktu tertentu 40 hari atau 6 minggu setelah melahirkan (Saifuddin AB., 2002).

2.2.6 Perawatan Masa Nifas
2.3.6.1 Tujuan Perawatan Nifas
Menurut Hidayat Aziz Alimul , (2006) tujuan perawatan pada masa nifas adalah
1) Mencegah infeksi, meningkatkan penyembuhan jaringan, involusi uterus dan meningkatkan kenyamanan.
2) Meningkatkan istirahat, aktivitas dan keamanan, serta mencegah komplikasi dan imobilisasi.
3) Meningkatkan asupan makanan dan cairan yang adekuat
4) Meningkatkan pembentukan laktasi atau supresinya.
5) Memenuhi kebutuhan belajar ibu, kebersihan diri, perawatan perineal, perawatan payudara, latihan peregangan otot, hubungan seksual dan kontrasepsi.
6) Meningkatkan rasa percaya diri serta penurunan stress.
7) Mendorong untuk mempertahankan kesehatan melalui penggunaan sumber-sumber kesehatan yang ada di masyarakat.
Menurut Hidayat Alimul Azis, (2006) hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1) Keadaan umum ibu : suhu, nadi, tensi.
2) Albumin dan oedema.
3) Involusi uterus.
4) Perawatan luka perineum.
5) Perawatan payudara.
6) Penyuluhan gizi ibu nifas, imunisasi, senam nifas dan kebersihan diri
2.3.6.2 Asuhan Nifas 6 Hari Setelah Persalinan
Menurut Saifuddin AB (2002) asuhan nifas 6 hari setelah persalinan yang dilakukan adalah :
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makan cairan dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5) Memberi konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat dan menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.

Tidak ada komentar: