SELAMAT HARI KESEHATAN NASIONAL KE 50


Jumat, 06 September 2013

KONSEP DASAR MOBILISASI DAN IMMOBILISASI


     I.   Pengertian
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan salah satukebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi adalah memenuhikebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi),mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma), mempertahankan konsep diri,mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non verbal. Immobilisasi adalah suatukeadaan di mana individu mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik.Mobilisasi dan immobilisasi berada pada suatu rentang. Immobilisasi dapat berbentuk tirahbaring yang bertujuan mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh, menguranginyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan. Individu normal yang mengalami tirah baringakan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3% sehari (atropi disuse).
  II.   Tujuan Mobilisasi :
·         Memenuhi kebutuhan dasar manusia
·         Mencegah terjadinya trauma
·         Mempertahankan tingkat kesehatan
·         Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari - hari
·         Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh
   III.          Faktor  yang Mempengaruhi Mobilisasi :
·         Gaya Hidup : Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk.
·         Proses Penyakit Dan Injury : Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untukobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.
·         Kebudayaan : Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.
·         Tingkat Energy : Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.
·         Usia dan Status Perkembangan : Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.
·         Tipe Persendian dan Pergerakan Sendi : Dalam sistim muskuloskeletal dikenal 2 maca persendian yaitu sendi yang dapat digeragan (diartroses) dan sendi yang tidak dapat digerakan (siartrosis).


   IV.          Jenis Mobilisasi dan Imobilisasi
1.      Jenis Mobilisasi
a)      Mobilisasi Penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilisasi penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
b)      Mobilisasi Sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerakdengan batasan jelan dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cidera atau patah tulang dengan kemasan traksi. Pasien paraplegi mengalami mobilisasi sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilisasi sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
·         Mobilisasi Sebagian Temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang bersifat sementara. Dapat disebabkan oleh trauma revelsibe pada sistem muskoluskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.
·         Mobilisasi Sebagian Permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasanyang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf irevelsibe, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cidera tulang belakang, poliomyelitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.

2.      Jenis Imobilisasi
a)      Imobilisasi Fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien dengan hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan didaerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan.
b)      Imobilisasi Intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit.
c)      Imobilisasi Emosional, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Contohnya keadaan stres berat dapat disebabkan karena bedah amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai.
d)     Imobilisasi Sosial, merupakan keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.
  V.   Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilisasi
·         Perubahan metabolisme
·         Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
·         Gangguan fungsi gastriointestinal
·         Perubahan sistem pernapasan
·         Perubahan kardiovaskuler
·         Perubahan sistem muskoluskeletal
·         Perubahan sistem integumen
·         Perubahan eliminasi
·         Perubahan perilaku



   VI.          Masalah Fisik :
·         Masalah muskuloskeletal : Menurunnya kekuatan dan kemampuan otot, atropi, kontraktur, penurunan mineral, tulang dan kerusakan kulit
·         Masalah urinari : Terjadi statis urine pada pelvis ginjal, pengapuran infeksi saluran kemih dan inkontinentia urine.
·         Masalah gastrointestinal : Terjadinya anoreksia/penurunan nafsu makan diarrhoe dan konstipasi
·         Masalah respirsi : Penurunan ekspansi paru, tertumpuknya sekret dalam saluran nafas, ketidak seimbangan asam basa (CO2 O2)
·         Masalah kardiovaskuler : Terjadinya hipotensi orthostatic, pembentukan trombus
VII.          Upaya Pencegahan :
·         Perbaikan status gisi
·         Memperbaiki kemampuan monilisasi
·         Melaksanakan latihan pasif dan aktif
·         Mempertahankan posisi tubuh dg benar sesuai dengan bady aligmen (Struktur tubuh)
·         Melakukan perubahan posisi tubuh secara periodik (mobilisasi untuk menghindari terjadinya dekubitus / pressure area akibat tekanan yang menetap pada bagian tubuh.

  VIII.     Macam-Macam Posisi Di Tempat Tidur :
·         Posisi Fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk a.tau duduk, di mana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Cara:
1)      Dudukkan pasien
2)      Berikan sandaran pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk posisi    semifowler (30-45 derajat) dan untuk fowler (90 derajat)
3)      Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk
·         Posisi Sim
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisi ini dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria).
Cara:
1)      Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi  badan setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada
2)      Tangan kiri diatas kcpala atau di belakang punggung dan tangan kanan di atas tempat tidur
3)      Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kanan lurus, lutut, dan paha kiri ditekuk diarahkan ke dada
4)      Tangan kanan di atas kepala atau di belakang punggung dan tangan kiri di atas tempat tidur
·         Posisi Trendelenburg
posisi pasiom berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk mdancarkan perdaran darah ke otak.
Cara:
1)      Pasien dalam keadaan be;rbaring telentang, letakan bantal di antara kepala dan ujung tempati tidur pasien, dan berikan bantal dibawah lipatan lutut.
2)      Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus dcngan meninggikan bagian kaki pasien.
·         Posisi Dorsal Recumbent
Pada posisi ini pasien berbaring tele;ntang dengan kedua lutut ficksi (ditarik atau direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memc;riksa genitalia scrta proses persalinan.
Cara:
1)      Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah di buka
2)      Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat tidur dan renggangkan kedua kaki.
3)      Pasang selimut
·         Posisi Litotomi
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
Cara:
1)      Pasien dalam kcadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha dan tarik ke arah perut
2)      Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
3)      Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomic
4)      Pasang selimut
·         Posisi Knee Chest
Pada posisi ini pasien menungging dengan kcdua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk mcmc;riksa daerah rektum dan sigmoid.
Cara:
1)      Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada mencmpel pada kasur tempat tidur.
2)      Pasang selimut pada pasien.

















DAFTAR PUSTAKA

1. Ketheleen Haerth Belland RN. BSN, Mary and Wells RN Msed, 1986,
     Chlinical Nursing  Prosedurs,California Jones and Bardlett Publishers Inc.
2.  Diana Hestings. RGN RCNT. 1986,The Machmillan Guide to home Nursing London,Machmillan   London LTD. Ahli bahasa : Prilian Pranajaya, 1980 editor lilian juwono Jakarta,Arcan.
3.  Barbara Koezeir, Glenora Erb, 1983,Fundamental of Nursing , california Addison - Wesly publishing Division.
4.  Barbara Koezeir, Glenora Erb, Oliveri, 1988, Fundamental of Nursing,Philadelpia AddisonWesly publishing Division
                                                                                                               


Tidak ada komentar: