2.3 KONSEP REMAJA
2.3.1 Pengertian remaja
Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa (Anonimous, 2009). Masa remaja adalah masa yang ditandai dengan adanya berbagai perubahan, baik secara fisik maupun psikis, yang mungkin saja dapat menimbulkan problem tertentu bagi remaja. Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa (Abdul Rozak, 2006).
2.3.2 Tahap perkembangan remaja
Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, menurut Sarlito Wirawan S (2007) ada tiga tahap perkembangan remaja:
1) Remaja awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan yang menyertai perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali “ego”. Hal ini menyebabkan para remaja awal sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa.
2) Remaja madya (Middle adolescence)
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukai. Ada kencenderungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman yang mempunyai sifat yang sama dengan dirinya.
3) Remaja akhir (Late Adolescence)
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini.
(1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi intelek.
(2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan dalam pengalaman baru.
(3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
(4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
(5) Tubuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umumnya (the public).
2.3.3 Ciri masa remaja
Menurut Abdul Rozak (2006:3) mengemukakan ciri masa remaja yaitu;
1) Pertumbuhan fisik
Perubahan fisik yang terjadi pada remaja berkaitan dengan pertumbuhan dan kematangan seksual. Pertumbuhan fisik seperti menghasilkan panjang lengan dan tungkai maupun tinggi badan yang tidak selalu sesuai dengan harapan remaja dan lingkungan. Perbedaan antara harapan remaja dan lingkungan dengan keadaan fisik remaja dapat menimbulkan masalah bagi remaja sehingga sulit baginya untuk menerima keadaan fisiknya. Karena itu tugas yang harus dilakukan oleh remaja terkait dengan pertumbuhan fisik adalah bagaimana menerima keadaan fisik sebagai hasil dari pertumbuhan alami secara arif dan bijaksana dan tidak berbuat kearah yang destruktif (tindakan buruk) dari keadaan fisik tersebut.
2) Perkembangan seksual
Seksual mengalami perkembangan yang kadang menimbulkan masalah dan menjadi penyebab timbulnya pacaran, perkelahian, tindakan seks bebas, dan sebagainya. Tanda perkembangan seksual pada laki-laki diantaranya adalah perkembangan kelenjar keringat, pertumbuhan penis dan buah zakar, alat produksi spermanya mulai berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang pertama yang tanpa sadar mengeluarkan sperma, pada lehernya mengeluarkan buah jakun yang membuat suara menjadi terpecah. Sedangkan tanda seksual pada perempuan ditandai dengan datangnya menstruasi, penimbunan lemak yang membuat buah dadanya membesar dan sebagainya. Kondisi remaja akibat perkembangan seksual tersebut telah mendorong remaja untuk saling suka dan cinta dengan lawan jenisnya.
3) Cara berpikir kausalitas
Remaja juga sudah mulai menunjukkan cara berpikir kausalitas, yaitu menyangkut hubungan sebab-akibat dan berpikir kritis. Orang tua, guru, dan masyarakat harus memperlakukan remaja sebagai individu yang mempunyai potensi berpikir. Karena itu tidak boleh orang tua, guru, dan masyarakat melakukan tindakan pemaksaan kehendak terhadap remaja, melainkan harus menerapkan cara berpikir dialogis, sehingga remaja akan merasakan keberadaan dirinya dan mendorongnya untuk melakukan aktualisasi diri secara positif.
4) Emosi yang meluap-luap
Keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubunganya degan keadaan hormon. Suatu saat ia bisa sedih sekali, dilain waktu ia bisa marah sekali dan juga bisa gembira sekali. Emosi yang meluap-luap itu dapat mendorong remaja melakukan tindakan yang melampaui batas kepatutan dan kewajaran. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis. Untuk itu remaja dituntut untuk dapat mengendalikan dan mengontrol emosi.
5) Bertindak menarik perhatian lingkungan
Manusia pada masa remaja mulai mencari perhatian dari lingkungan sosialnya baik orang tua, sekolah, dan masyarakat. Karena itu, remaja berusaha mendapatkan status dan peran sosial. Tindakan remaja dalam menarik perhatian lingkungan ada yang diwujudkan dalam bentuk tindakan positif seperti belajar dan berlatih denag rajin dan sungguh-sungguh untuk menjadi remaja berprestasi dalam berbagai bidang seperti menjadi siswa yang berprestasi dalam bidang akademik, juara lomba sains (fisika, kimia, dan matematika) dan sebagainya. Namun, ada pula remaja yang melakukan tindakan negatif dalam rangka menarik perhatian lingkungan, seperti melakukan tindakan perkelahian, menyalah gunakan narkoba, tindakan seks bebas, dan sebagainya. Terkait dengan itu orang tua, guru, dan masyarakat harus dapat menciptakan kondisi yang kondusif agar remaja dapat mengaktualisasikan dirinya dalam rangka menarik perhatian lingkungan sosial secara benar dan tidak melanggar norma agama, sosial, dan pemerintah. Selain orang tua, diri remaja menjadi hal yang utama dalam rangka mengendalikan dan mengontrol dirinya dalam bertindak.
6) Terkait dengan kelompok
Masa remaja dalam kehidupan sosialnya lebih tertarik dengan kelompok manusia yang sebaya dengannya. Karena itu tidak heran bila orang tua dan guru sering kali dinomorduakan oleh remaja, sedangkan teman sebayanya dinomorsatukan. Apa yang dilakukan kelompok sebaya, kemungkinan akan ditiru oleh remaja. Bila tidak mengikutinya, remaja merasa diasingkan dari kelompoknya.
2.3.4 Tugas perkembangan remaja
Menurut William Kay mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja itu sebagai berikut:
1) Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya
2) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur yang mencapai otoritas
3) Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individu maupun kelompok
4) Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya
5) Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri
6) Merperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai. Pinsip-prinsip atau falsafah hidup (weltanschauung)
7) Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekak-kanakan`
2.3.5 Masa-masa Remaja
Masa-masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khasnya dan perananya yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang dewasa. Masa ini dapat diperinci lagi menjadi beberapa masa (Anonimous, 2009), yaitu sebagai berikut:
1) Masa remaja sebagai periode peralihan, yaitu peralihan dari masa kanak-kanak keperalihan masa dewasa.
2) Masa remaja sebagai periode perubahan.
3) Masa remaja sebagai usia bermasalah.
4) Masa remaja sebagai masa mencari identitas.
5) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, karena masalah penyesuaian diri dengan situasi dirinya yang baru, karena stiap perubahan membutuhkan penyesuaian diri.
6) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
7) Ciri-ciri kejiwaan remaja, tidak stabil, keadaan emosinya goncang, mudah condong kepada ekstrim, sering terdorong, bersemangat, peka, mudah tersinggung, dan perhatianya terpusat pada dirinya.
2.3.6 Kebutuhan remaja
Ada beberapa kebutuhan remaja (Anonimous, 2009), yaitu:
1) Kebutuhan akan pengendalian diri
2) Kebutuhan akan kebebasan
3) Kebutuhan akan rasa kekeluargaan
4) Kebutuhan akan penerimaan sosial
5) Kebutuhan akan penyesuaian diri
6) Kebutuhan akan agama dan nilai-nilai social
2.3.7 Problem masa remaja
Problem yang mungkin timbul pada masa remaja (Anonimous, 2008) diantaranya:
1) problem berkaitan dengan perkembangan fisik dan motorik.
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.
2) Problema berkaitan dengan perkembangan kognitif dan bahasa.
Pada masa remaja awal ditandai dengan perkembangan kemampuan intelektual yang pesat. Namun ketika, remaja tidak mendapatkan kesempatan pengembangan kemampuan intelektual, terutama melalui pendidikan di sekolah, maka boleh jadi potensi intelektualnya tidak akan berkembang optimal. Begitu juga masa remaja, terutama remaja awal merupakan masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing. Namun dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana dan pra sarana, menyebabkan remaja kesulitan untuk menguasai bahasa asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini, penguasaan bahasa asing merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karier seseorang. Namun dengan adanya hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan berbahasa asing tentunya akan sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan kariernya. Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek emosional, sosial, dan aspek perilaku dan kepribadian lainnya.
3) Problema berkaitan dengan perkembangan perilaku sosial, moralitas dan keagamaan.
Masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja dapat diterima oleh rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa bangga dan memiliki kehormatan dalam dirinya. Problema perilaku sosial remaja tidak hanya terjadi dengan kelompok sebayanya, namun juga dapat terjadi dengan orang tua dan dewasa lainnya, termasuk dengan guru di sekolah. Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya remaja awal akan ditandai adanya keinginan yang ambivalen, di satu sisi adanya keinginan untuk melepaskan ketergantungan dan dapat menentukan pilihannya sendiri, namun di sisi lain dia masih membutuhkan orang tua, terutama secara ekonomis. Sejalan dengan pertumbuhan organ reproduksi, hubungan sosial yang dikembangkan pada masa remaja ditandai pula dengan adanya keinginan untuk menjalin hubungan khusus dengan lain jenis dan jika tidak terbimbing dapat menjurus tindakan penyimpangan perilaku sosial dan perilaku seksual. Pada masa remaja juga ditandai dengan adanya keinginan untuk mencoba-coba dan menguji kemapanan norma yang ada, jika tidak terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi konflik nilai dalam dirinya maupun dengan lingkungannya.
4) Problema berkaitan dengan perkembangan kepribadian, dan emosional.
Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar