SELAMAT HARI KESEHATAN NASIONAL KE 50


Sabtu, 01 Agustus 2009

Konsep Diabetes Melitus

2.3.1 Pengertian
Diebetes Melitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, 2002).
Diabetes Melitus atau DM adalah keadaan hiperglikemia kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Arif Mansjoer,1999)
Diabetes Melitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan hormon insulin secara absolute dan relative (Sunita Almatsier, 2006)
Dari beberapa penggertian di atas, pengertian Diabetes Melitus secara umum adalah kelainan heterogen yang ditandai dengan hiperglikemia akibat kekurangan hormon insulin baik secara absolute maupun relatif yang menimbulkan beberapa
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis.
2.3.2 Etiologi
Menurut Smeltzer (2002), etiologi Diabetes Melitus adalah sebagai berikut:
1. Insulin Dependenn Diabetes Melitus atau IDDM yaitu Diabetes Melitus Tergantung Insulin atau DMTI disebabkan ketidak mampuan sel Beta pankreas untuk menghasilkan Insulin karena telah dihancurkan oleh proses autoimun.
2. Non Insulin Dependent Diabetes Melitus atau NIDDM yaitu Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin atau DMTTI disebabkan resistensi insulin atau gangguan sekresi insulin. Retensi insulin adalah tidak efektifnya insulin untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
2.3.3 Gejala klinik
Menurut PERKENI (2006) terdapat gejala klasik Diabetes Melitus adalah:
1. Keluhan banyak minum atau polidipsi, banyak makan atau polifagia, banyak kencing atau poliuria.
2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 126 mg/dL
3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dL
2.3.4 Diagnosa Diabetes Melitus
Menurut PERKENI (2006), diagnosis DM dapat ditegakkan dengan 3 cara, yaitu :
1. Jika keluhan klasik ditemukan, glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemerluasan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir
2. Jika keluhan klasik ditemukan, pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam.
3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTS toleransi Glukosa Oral atau TTGO ≥ 200 ml/dl. TTGO dilakukan dengan standar WHO menggunakan beban glukosa.
2.3.5 Komplikasi
Menurut Smeltzer (2002) komplikasi Diabetes Melitus dibagi menjadi 3 yaitu :
2.3.5.1 Akut
1) Hipoglikemia
2) Diabetes Ketoasidosis
3) Hiperglikemia
2.3.5.2 Kronik
1) Makrovaskuler berupa penyakit koroner. Penyakit serebrovaskuler, penyakit vaskuler perifer atau komplikasi gangren
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. Gangren kaki diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam–hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar ditungkai (Elvina Karyadi:2009).
Gangren adalah penyakit pembuluh darah kecil neuropati perifer dengan defisit sensasi nyeri dan respon inflamasi neurogenik serta infeksi sekunder (Smeltzer, 2002), Gangren dapat disebabkan beberapa factor diantaranya :
(1) Gangguan peredaran darah pada kaki mengenai pembuluh darah besar makrovaskuler berupa pengendapan kolestrol, kalium dan bahan – bahan jaringan sehingga terjadi pengeseran dan penyempitan dinding pembuluh darah. Akan darah kurang lancar mengakibatkan pemberian makanan dan oksigenasi juga berkurang. Jaringan di ujung menjadi rawan dan rapuh disamping itu pembekuan darah menjadi mudah. Pada kaki Diabetes terjadi pula gangguan pembuluh darah bagian dalam yang menyebabkan pembuluh darah tidak baik lagi. Kedua hal tersebut menyebabkan mudahnya timbul penyumbatan aliran darah oleh bekuan–bekuan darah. Kematian jaringan ini akan ditandai perubahan warna darah merah menjadi biru sampai hitam. Tanda khas gangren adalah berbau busuk.
(2) Gangguan Persyarafan kaki mengakibatkan bertambah mudahnya luka, karena gangguan ini mengenai syaraf penerima sensasi. Penderita kehilangan rasa sakit pada kaki. Segala gesekan dan roda paksa menjadi tak terasa, luka tiba–tiba sudah menganga tanpa disadari.


(3) Ruda paksa atau trauma.
Penderita diabetes juga mengalami ruda paksa pada kaki. Kesempatan luka lebih besar karena kelainan peredaran darah dan persyarafan. Beberapa ruda paksa yang menyebabkan luka adalah trauma mekanik, misalnya pemakaian sepatu yang sempit, kesandung batu, luka waktu memotong kuku, gigitan serangga dan sebagainya, kemudian trauma suhu, misalnya luka bakar, air panas dan sebagainya.
(4) Infeksi dipengaruhi oleh faktor gangguan gula darah, dengan berbagai akibat gangguan metabolisme sampingannya merupakan sarana baik berkembang biaknya kuman. Faktor daya tahan, kurang mampu darah putih sebagai alat pemungkas atau imunitas selluler disertai gangguan imunitas humoral. Faktor pembuluh darah kecil dan besar menyebabkan aliran darah terhambat, tersumbat, daya penyembuh jaringan berkurang serta faktor saraf.
2) Microvaskuler berupa Retinopati Nefropati
3) Neuropati Diabetes
2.3.6 Pencegahan Diabetes Melitus dengan Komplikasi Gangren
Menurut Ari Sutjahjo (1998), upaya pencegahan kaki Diabetes dilakukan dengan cara penyuluhan kepada penderita meliputi :
1. Memeriksa Glukosa darah secara teratur
2. Melatih untuk merawat kaki
3. Memeriksa kaki secara menyeluruh, meliputi kulit, kuku, adanya jamur ataupun adanya luka pada kaki
2.3.7 Penatalaksanaan
Menurut Askandar Tjokroprawito (1996), terdapat 5 dasar pengobatan Diabetes mellitus :
1. Diet Diabetik
2. Latihan Fisik
3. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
4. Obat hipoglikemia yaitu obat diabetik dan insulin
5. Cangkok prangkreas
Penatalaksanaan diabetes mellitus meliputi pengobatan primer dan sekunder. Pengobatan primer diantaranya adalah diet diabetik, latihan fisik, penyuluhan kesehatan masyarakat. Sedangkan untuk pengobatan sekunder diantaranya adalah obat hipoglikemia dan cangkok pankreas.
Penatalaksanaan Diabetes Melitus menurut Sunita Almatsier (2006) bertujuan untuk membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik, dengan cara :
1) Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal dengan menyeimbangkan asuhan makanan dengan insulin.
2) Mencapai dan mempertahankan kadar lipid serum normal
3) Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal
4) Menghidari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan insulin
5) Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal
Pelaksanaan diet Diabetes Melitus adalah sebagai berikut :
1) Diet
Diet merupakan salah satu syarat utama dalam penyembuhan suatu penyakit makanan memenuhi kebutuhan gizi dan termakan habis akan mempercepat perbaikan gizi pasien, sehingga kondisi umumnya dalam waktu singkat dapat kembali ketaraf normal (Arif M, 1999).
(1) Pedoman 3 J atau Jumlah, Jadwal dan Jenis artinya : J1 : jumlah kalori yang diberikan harus dihabiskan, J2 : jadwal amakan harus diikuti atau interval 3 jam , J3 : jenis gula dan makan yang manis harus dipantang
(2) Tujuan penatalaksanaan Diet,
Menurut Brunner dan Suddart (2001), tujuan panatalaksanaan diet sebagai berikut : memberikan semua unsur makanan esensial, misalnya vitamin, mineral, mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai, memenuhi kebutuhan energi, mencegah fluktuasi kadar glukosa darah glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal, melalui cara– cara yang aman dan praktis, menurunkan kadar lemak darah jika meningkat.
(3) Penentuan gizi penderita dan jumlah kalori perhari.
Menurut Askandar Tjokroprawito (1996), penentuan gizi penderita dan jumlah kalori perhari adalah :


Keterangan :
BBR = Berat badan relative
BB = Berat badan dalam kilogram
TB = Tinggi badan dalam centimeter
Kebutuhan kalori perhari untuk menuju BB normal : gemuk atau BBR lebih dari 120 % kebutuhan kalori sehari = 15 kal / kg BB. Berat badan lebih atau BBR lebih dari 10 %, kebutuhan kalori sehari 20 kal/ kg BB. Berat badan normal atau BBR 90 – 100%, kebutuhan kalori sehari 30 kal/kg BB. Berat badan kurang atau BBR kurang dari 90%, kebutuhan kalori sehari 40 – 60 kal/kg BB
(4) Tujuan pengobatan diet pada Diabetes Melitus.
Menurut Engram Barbara (1999), tujuan pengobatan diet pada Diabetes Melitus adalah mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah mendekati norma, mencapai dan mempertahankan kadar lipid normal, mecegah komplikasi akut dan kronis serta meningkatkan kualitas hidup.
(5) Macam diet diabetes melitus.
Menurut Askandar Tjokroprawito (1996) macam – macam diet Diabetes Melitus meliputi : Diet B, Diet B puasa, Diet B1, Diet B1 puasa, Diet B2, Diet B3, Diet Be, Diet M, Diet M Puasa, Diet G, Diet KV, Diet GL, Diet H.
Menurut Nielson dalam Augusta B (2009), menjaga kadar gula dengan menjalankan diet rendah karbohidrat, prinsip terapy diet rendah karbohidrat adalah membatasi asuhan karbohidrat seminimal mungkin, termasuk glukosa atau gula yang merupakan sumber karbohidrat. Tubuh kita biasanya menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi utama dengan penghantaran hormon insulin. Dengan membatasi asuhan karbohidrat, maka produksi insulin akan menurun.
Tingginya asupan karbohidrat menyebabkan gula darah meningkat diiringi dengan meningkatnya kadar insulin. Kalebihan hasil metobilisme karbohidrat disimpan sebagai lemak di dalam tubuh sebagai cadangan energi. Kondisi ini menstimulasi otak untuk memberikan sinyal lapar. Kita akan mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat. Jika hal ini berlangsung dalam jangka waktu lama, sel akhirnya menjadi resisten terhadap insulin. Akibatnya pankreas bekerja lebih keras untuk memproduksi lebih banyak lagi insulin.
Bila asupan makanan sangat sedikit mengandung karbohidrat, lemak tubuh akan dibakar sebagai sumber energi. Gula darah akan stabil dan kadar insulin turun. Pada penderita diabetes mellitus, sel–sel yang sebelumnya resisten terhadap insulin akan kembali peka.
Diet rendah karbohidrat dibagi menjadi 4 tahap :
(1) Diet tahap I, dilakukan selama 1 minggu. Tujuannya untuk mangadaptasi tubuh. Pada tahap I, makan tiga kali namun dengan asupan karbohidrat setengah dari jumlah yang biasa dimakan, sayur dan protein lebih banyak dari biasanya dan tanpa buah–buahan. Snack dimakan dua kali berupa protein dan sayur.
(2) Diet tahap II, yaitu sama sekali membatasi asupan karbohidrat selama 2 minggu, makan tiga kali tanpa pembatasan jumlah.
(3) Diet tahap III, karbohidrat mulai dikembalikan ke dalam menu secara bertahap. Pada tahap ini biasanya sudah terjadi perubahan perilaku dan pola makan, yaitu tidak dapat merasa lapar, cepat merasa kenyang, lebih menahan diri, tidak banyak membutuhkan karbohidrat dan gula, lebih banyak makan sayur dan protein.
(4) Diet tahap IV adalah tahap pemeliharaan, tubuh akan memberikan sinyal lapar dan kenyang sesuai kebutuhan tubuh. Kita tetap dapat menikmati makanan dalam jumlah yang tidak berlebihan.
2) Latihan Fisik
Latihan fisik adalah proses melakukan kegiatan tertentu secara sistematis dan berulang – ulang menurut cara dan aturan tertentu dengan intensitas, frekuensi, lama tertentu untuk mencapai kinerja yang diinginkan sesuai jenis pekerjaan seseorang.
3) Penyuluhan kesehatan masyarakat
Penyuluhan penting agar regulasi Diabetes Melitus mudah tercapai dan komplikasi Diabetes Melitus dapat ditekan frekuensi dan beratnya.
(1) Beberapa hal yang perlu dijelaskan pada penderita diabetes melitus adalah:apa penyakit Diabetes Melitus itu, cara diet yang benar, kesehatan mulut, latihan ringan, sedang teratur setiap hari, tidak boleh latihan berat berbahaya, baik bagian bawah ankle jaint atau daerah bawah sepatu, potong kuku, tersandung, luka, tidak boleh menahan kencing atau retensio urine memudahkan infeksi saluran kencing.
(2) Media penyuluhan kesehatan masyarakat meliputi: televisi, kaset video, diskusi kelompok, poster, leafet dan sebagainya.
(3) Prinsip dalam penyuluhan kesehatan masyarakat adalah beri dukungan, nasehat positif dan hindari kecemasan, beri informasi secara bertahap, mulai dari hal yang sederhana baru yang kompleks, pakai alat Bantu dengar pandang, lakukan pendekatan pasien dengan memberi pengobatan sederhana, jangan memaksakan tujuan pada pasien, lakukan motivasi dengan cara memberi penghargaan dan mendiskusikan hasil tes laboratorium.
4) Cangkok pangkreas dibagi 2 yaitu : pankreas total atau dengan tanpa Duodenum, pancreas segmental atau hanya karpus dan kauda pankreas
5) Obat
Menurut PERKENI (2006) obat dalam terapi Diabetes Mellitus, sebagai berikut:
(1) Obat Hipoglikemik oral atau OHO
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan, yaitu pemicu sekresi insulin atau insulin secretagogue = sulfonylurea danglinid, penambah senstivitas terhadap insulin = metformen, tiazolidindin, asorbsi glukosa = penghambat glukosidase alfa.
(2) Insulin
Pemberian insulin diperlukan pada keadaan : penurunan berat badan yang cepat, hiperglikemia berat yang disertai ketosis, ketoasidosis diabetik, hiperglikemia hiperosmolar non ketotik, Hiperglikemia dengan asidosis laktat, gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal, stres berat seperti infeksi sistemik, operasi besar, IMA atau infark miokart akut, stroke, kehamilan dengan Diabetes Melitus gestasional yang telah terkendali dengan perencanaan makan, gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat, kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat hipoglikemia oral: dosis dimulai dengan dosis rendah, lalu dinaikkan secara bertahap, harus diketahui betuk, bagaimana cara kerja, lama kerja dan efek samping obat tersebut, bila memberikannya bersama obat lain, pikirkan kemungkinan adanya interaksi obat, pada kegagalan sekunder terhadap obat hipoglikemia oral golongan lain, bila gagal, baru beralih kepada insulin, usahakan agar harga obat terjangkau pasien.
Tabel 2.1 Kriteria pengendalian Diabetes Melitus
Komponen Baik Sedang Buruk
Glukosa darah plasma
vena (mg/dl)
- Puasa, 80-109 110-139 > 140
- 2 JPP 110-159 160-199 > 200
Hb AIC (%) 4-6 6-8 > 8
Kolesterol total (mg/dl) < 200 200-239 > 240
Koleterol LDL
- Tanpa PJK < 130 130-159 > 160
- Dengan PJK < 100 100-129 >130
Kolesterol HDL (mg/dl) > 45 35-45 > 35
Triglisarida (mg/dl)
- Tanpa PJK < 200 < 200 – 249 > 250
- Dengan PJK < 150 < 150 – 199 > 200
BMI / IMT
- Wanita 18,5-23,9 23-25 > 25 atau <18,5
- Pria 20-24,9 25-27 > 27 atau < 20
Tekanan darah (MmHg) < 140/90 140-160/90-95 > 160/95
Sumber : Arif Mansjoer (1999)

Tidak ada komentar: